Teman dalam Komunitas itu Sumber Rezeki

Teman dalam Komunitas

Banyak Teman Banyak Rezeki

Tidak satu dua orang yang tidak sependapat. Mereka bilang harusnya anak. Padahal anak dan teman juga sama-sama manusia. Sama-sama ditakdirkan Tuhan berada di sekitar kita. Bagaimana sekiranya tidak ada teman? Apakah kehidupan ini ada? Hmm… abot beut yak, haha.

Kembali fokus…

Sebenarnya waktu kecil saya punya teman perempuan lebih sedikit daripada teman laki-laki. Saya suka berteman dengan anak laki-laki karena kuat, mampu melindungi dan pastinya didengarkan oleh siapa saja di sekitarnya. Maka tidak heran ada yang menganggap saya punya banyak kekasih padahal satu pun dari mereka tidak ada yang menyatakan apa-apa selain ingin bersahabat sampai akhir.

Jadilah saya tumbuh dewasa dengan aktivitas yang padat dan tidak pernah senang diam di rumah. Selalu saja ikut program sekolah atau kampus yang mengharuskan berada di luar rumah. Bertemu orang baru dan pastinya sebagian besar laki-laki, haha. Cibiran makin dahsyat tetapi saya percaya bahwa ketika sikap masih normal dan tidak aneh-aneh tidak aakan apa-apa. Justru punya teman laki-laki membuat saya aman di jalan karena bisa calling salah satu dari mereka ketika menghadapi masalah meski satu yang dihubungi lainnya pun ikutan, haha.

Di situlah konsep rezeki yang menjadikan saya tidak melulu berpikir lembaran rupiah berwarna merah. Ya, rezeki punya teman laki-laki yang mau diajak diskusi hal ringan dan berat bahkan curhat masalah keluarga pun mereka dengan senang hati terbuka bahkan memberikan solusi. Apalagi ketika saya ditinggal nikah, teman-teman seperti inilah yang hadir dan meyakinkan bahwa dipertemukan orang yang salah itu wajar dalam hidup.

Teman dalam Komunitas

Pembatasan gerak sehingga perlahan membuat teman laki-laki memahami. Ketika memutuskan berhijab lebih baik, semua mendukung bahkan mereka menyadari harus mengambil sikap seperti apa. Meski demikian mereka mengaku tidak akan pernah lari ketika saya ada masalah. Namun, saya pun perlahan mulai sungkan melibatkan mereka lagi karena di sisi agama sudah paham dan di sisi status saya pun harus sadar diri.

Komunitas Di Jawa 

Sejak menulis blog, maka sejak saat itu saya punya beberapa komunitas blogging yang tidak hanya ada di Sulawesi Selatan. Saya pun akhirnya ikut komunitas menulis di mana ketuanya orang Riau. Kemudian pelan-pelan kenal dengan berbagai penulis lokal dan akhirnya memasukkan saya juga ke berbagai komunitas yang mereka ikuti.

Paling saya ingat, di komunitas inilah pelan-pelan muncul teman yang bisa diajak komunikasi, baik masalah pribadi maupun soal blogging. Salah satunya komunitas KEB (Kumpulan Emak-Emak Blogger). Bahkan karena mereka juga kemudian saya untuk pertama kalinya berdiri di atas panggung bisa sharing suka duka ngeBLOG. Sejak itu pula kemudian saya mencari banyak teman untuk mendapatkan inisight bahkan motivasi agar terus bisa menulis setelah resign dari pekerjaan sebagai dosen di Pulau Kalimantan.

Ragam Karakter Teman, Seleksi Alam Mulai Terjadi 

Banyak komunitas, banyak teman, banyak rezeki. Masih selalu saya pegang. Kali ini rezeki tidak hanya informasi bahwa ada job A, B, C dan seterusnya tetapi rezeki bisa membaca karakter beberapa teman yang seringkali berinteraksi, baik langsung atau pun via chat di grup WhatsApp.

Ya, saya pun jadi ikut membentuk karakter yang makin ke sini harus makin sadar bahwa seiring bertambahnya usia, maka teman tidak akan sebanyak masa remaja dulu. Masing-masing sudah punya kesibukan dan impian yang harus dikejar sesuai dengan visi misi keluarga. Tidak perlu merasa tertinggal atau bahkan ditinggal sebab memang semua sementara.

Jika tak bisa sering bersua, bukankah kekuatan doa menjadi senjata ampuh membuat teman-teman kita selalu bahagia di sana? 

Meski sesekali hati dibuat sesak karena perselisihan sepele atau mungkin karena chat yang terlalu diinterpretasikan sesuai sudut pandang sendiri. Percayalah setiap manusia tidak akan benar selalu. Pasti ada masanya dia akan menyendiri dan menyadari kesalahannya meski tanpa harus mengatakannya terus-terang.

Baper? Udah berkali-kali tetapi tetap saja mau main dan pergi bersama lagi. Semua memang butuh kedewasaan dalam menanggapi berbagai hal. Meski memang Tuhan takdirkan selalu ada yang sifatnya tidak menyenangkan bahkan seolah-olah menutup pintu rezeki kita. Percayalah sikapnya seperti itu juga sudah ditakdirkan supaya kita yang menghadapinya makin sabar dan makin yakin bahwa semua yang diciptakanNya unik dan punya tujuan sendiri-sendiri.

Lelah? Menjauh Sejenak tapi Bukan Benci 

Ya, terkadang saya melakukannya agar bisa memvalidasi perasaan sendiri agar chat-chat yang tertuang lewat jari ini makin tidak kebablasan dan menyakit banyak orang. Merenung sendiri dan memaafkan dengan cara diri itu lebih melegakan. Meski tak terlupakan, bukan berarti benci.

Soal job misalnya yang menurut kita dihalangi, buang jauh-jauh. Percaya saja begitu cara Allah ketika ingin mengatakan bahwa Job itu Bukan Rezekimu, maka selalu ada cara unik yang ditunjukkanNya. Namun, memang namanya manusia yang punya hati dan perasaan seringkali dimainkan kondisi tersebut, kemudian setelah semua tenang dan pikiran kembali normal pasti mengakui bahwa memang sudah demikianlah jalan rezeki yang bukan untuk kita.

Siapa Saja yang Dekat? Banyak, bahkan Tahu Selalu Didoakan 

Dari komunitas pun saya belajar bahwa mereka sebenarnya peduli meski cara menunjukkannya terkadang kurang elegan atau nyelekit tetapi sifat dan karakter semua orang tidak bisa disamakan sesuai keinginan. Kalau dapatnya teman yang suka protes tetapi isi protesnya memang benar, yaa terima saja dan besar-besarkan hati supaya tidak selalu memasukkannya dalam perasaan sehingga timbul bibit benci.

Banyak yang peduli ketika sakit saja membuat saya terharu. Ketika saya harus masuk rumah sakit dan lama tidak berkabar, saya ada di rumah sakit beberapa hari. Berjuang mempertahankan kesehatan demi anak ketiga yang diamanahkan pada saya. Teman-teman yang pikir saya dekat justru tidak memberi kabar apa pun tetapi yang jauh, tak hanya doa yang mereka kirimkan. Saya pun speechless bahwa memang teman itu beragam. Ada yang datang ketika hanya bahagia, ada yang memang datang ketika sedih. Tujuan mereka apa? Saya bukan Tuhan yang mampu menyelami hati mereka masing-masing. Pastinya, saya sangat berterima kasih dan melambungkan doa banyak-banyak buat siapa saja yang masih menganggap saya teman.

Doa mereka yakin tidak akan pernah putus untuk teman-teman terdekatnya. Bahkan saya sendiri pun jadi sadar bahwa keberadaan mereka sangat berarti dan di sinilah pentingnya komunitas.

***

Well, gesekan dalam komunitas itu tidak akan pernah bisa hilang. Beda kepala beda cara berpikirnya. Latar belakang pendidikan tinggi pun jika memang sedang tidak bersahabat dengan kenyataan bisa mengalami yang namanya shock sehingga harus disadari, dipahami dan benar-benar butuh pengertian lebih dalam.

Jadi, jangan sampai komunitas yang tempat kalian mencari banyak teman malah sebaliknya, hanya musuh yang bertumbuh setiap menitnya.

Facebook
Twitter

Related Posts

20 Responses

  1. Biasanya memang kalau gak berapa aktif di sosial media atau di wag, ada atau gak ada jadi gak berasa.
    Aku si yang kaya gini.
    Malah yang nanyain biasanya temen di dunia nyata. Karena biasanya aku aktif kajian, terus blas ngilang.
    Yang parah pas aku kena cacar air kemarin. Rasanya belum pede buat ketemu sama orang. Hiiks~

  2. betul banget. pertemanan dan networking itu membuka peluang rezeki. rezeki ga melulu tentang uang cash kan. rekomendasi, informasi, saran dan lainnya juga rezeki 😀 seneng banget join komunitas, apalagi komunitas yang 1 frequensi

  3. Setujuu sekali pertemanan networking apalagi ibu rumah tangga spt saya serasa diumtungkan dg mengikuti.beberapa.komunitas positif. Ilmu terasah jugaa dan bikin tdk galau atau postingan curhat gak banget dah.

  4. Bener ya mbak. Berteman dalam komunitas yang kebanyakan teman maya kadang juga ada yang bermasalah loh. Kaget juga. Tapi disikapi bijak aja. Tetap membaur dan berteman baik. Jadi pilih pilih teman kan ya jadinya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *