[Review Buku] Cara Mengenalkan Literasi Emosi pada Anak

cara mengenalkan literasi emosi yang baik dan benar pada anak

Beruntung sekali karena diberi kesempatan untuk membaca dan mencoba memahami kata demi kata pada buku Literasi Emosi. Ya, kesempatan yang diberikan Tuhan dengan usia sampai saat ini memang patut disyukuri. Tak banyak orang yang akhirnya mampu duduk atau sejenak menjadikan waktunya untuk membaca apalagi untuk buku yang mengasah pola pikir pribadi. Ya, tidak banyak yang jatuh cinta dengan buku non fiksi.

Buku Literasi Emosi yang ditulis dengan detil oleh Dandi Birdy dan Diah Mahmudah, pasangan suami istri yang concern untuk memberikan pelatihan dan edukasi terkait pengasuhan anak yang baik sejak dini, ditulis benar-benar sebagai reminder bahkan alarm bagi orang tua agar tidak keliru dalam memaknai sebuah emosi bahkan melampiaskannya dengan cara yang tidak seharusnya. Apalagi menurut data yang diperoleh Dandiah Care tahun 2021 bahwa sekitar 75-80% orang tua justru tidak mendapatkan pengetahuan tentang literasi emosi, baik itu di rumah maupun di sekolah saat mereka masih kecil.

Beruntung pastinya karena sudah mendapatkan solusi untuk mengajak anak memahami emosi melalui buku ini. Saya yang biasanya senang membaca dan sekali duduk bisa selesai, buku Literasi Emosi ini justru lebih banyak terjadi perenungan karena mengaitkan dengan diri sendiri di masa lalu dan masa sekarang. Ya, sebelum mengajak anak untuk mengenal emosi tentunya saya sebagai ibunya yang harus memahami dulu dan menerapkan literasi emosi pada diri sendiri. Sebab, anak pastinya paling pertama akan mencontoh ibunya sebagai madrasatul ‘ula.

Lalu, apa yang diperoleh dari membaca Literasi Emosi ini?

Mengenal Lima Menu Utama dalam Literasi Emosi

Mengenal Dunia Rasa dan Emosi

Tidak banyak yang tahu bahwa hal paling utama yang perlu diterapkan sebagai salah satu dimensi literasi emosi adalah mengenal emosi dan rasa itu sendiri. Tak kenal maka tak sayang, bukan? Jangan menyalahkan orang yang sensitif (dalam konteks positif) karena orang seperti ini justru memiliki kepekaan terhadap nama emosi, kadar, alasan, pesan bahkan bahasa tubuh yang bisa ditunjukkan oleh orang sekitarnya. Jika mampu dikelola dengan baik, maka kepekaan seperti ini justru menjadi awal untuk memahami literasi emosi dengan baik.

Mengasah Hati dengan Empati

Empati seringkali kita dengar tetapi seberapa banyak yang kemudian mengaplikasikan rasa ini sehingga mampu benar-benar merasakan emosi orang lain dan menyikapinya dengan benar? Nah, Bu Diah dan Pak Dandi memberikan semacam reminder betapa empati ini mudah disebut tetapi dalam aplikasinya sulit. Jadi harus memiliki kepekaan dalam berempati secara perasaan, mental dan welas asih yang dibuktikan dengan sikap yang seharusnya.

Mengelola Emosi

Jika sudah memahami makna emosi yang hadir dan berempati dengan emosi tersebut, langkah selanjutnya adalaha mengelola emosi itu agar tidak merusak apa pun di sekitarnya. Emosi diajak untuk mengikuti arahan yang benar, sehat dan bermanfaat sehingga tujuan hidup lebih tercapai dengan cara yang baik pula.

Menangani dan Memperbaiki Emosi yang Rusak

Terkadang ada sesuatu yang bisa dicegah untuk terjadi tetapi ada yang akhirnya harus diatasi dengan penanganan baik. Salah satu yang diajarkan dalam buku Literasi Emosi ini adalah dengan pemaafan yang tulus dan bertanggung jawab hingga masalah emosi itu selesai sebagaimana harusnya.

Mengintegrasikan Dimensi Literasi Emosi yang Ada 

Manfaat membaca buku ini sebagai menu utama adalah sebuah pelatihan kemampuan mengintegrasikan hal-hal yang sudah disebutkan di atas dalam lingkungan untuk mencapai kehidupan yang harmonis. Saling mengaitkan satu sama lain dan tak terpisahkan membuat kepandaian dalam literasi emosi bisa diarahkan lebih baik.

cara mengenalkan literasi emosi yang baik dan benar pada anak

Manfaat Positif Mengenalkan Literasi Emosi pada Anak

Seperti yang sudah saya sebutkan di awal-awal artikel ini bahwa beruntung bisa mengenal literasi emosi meski terkesan terlambat karena sudah punya anak dua. Namun, bersyukur karena usia mereka pun masih terbilang dini sehingga mengenalkan literasi emosi tidak begitu terkendala karena mereka memang di masa-masa keingintahuan yang sangat tinggi. Kepo dengan apa saja yang terjadi di sekitarnya menjadi awal yang sangat baik karena kepekaan itu bisa menjadi pemantik.

Anak Mengenal Diri dan Emosi yang Dimiliki

Setidaknya anak makin mengenal siapa dirinya dan emosi apa yang kerap datang dalam dirinya. Hal ini bisa menjadi bahan diskusi dengan orang tuanya sehingga tak sekadar mengenal tetapi tahu makna dan apa yang harus dilakukan dengan emosi yang hadir.

Anak Menjadi Lebih Peka

Peka dalam artian yang memahami kondisi orang di sekitarnya. Tahu kapan harus mengatakan hal yang ingin disampaikan pada orang terdekatnya dengan melihat dan membaca situasi rasa yang sedang terjadi. Bahkan dari kepekaan itu bisa semakin positif ketika anak diajarkan bagaimana menyayangi sesama apalagi memiliki perbedaan signifikan dengan dirinya.

Anak Merasa Dihargai

Anak itu manusia sama dengan kita hanya saja tubuhnya masih sangat kecil. Sama halnya dengan orang dewasa yang ingin dihargai, dimengerti maka anak-anak pun demikian. Bahkan keinginan untuk merasa dihargai kehadirannya sangat besar karena masih dalam proses belajar mengenal kehidupan diri dan lingkungannya. Mengenalkan literasi emosi, anak akan merasa dihargai sebagai manusia yang punya rasa untuk disampaikan.

Anak Berani Mengungkapkan Perasaan

Saya sangat senang jika anak mau menyampaikan isi hatinya meski terkadang dengan cara yang ajaib. Namanya anak-anak memang butuh diasah kemampuannya untuk mengungkapkan perasaan. Nah, dengan literasi emosi pastinya anak bisa mengungkapkan dengan cara yang lebih santun, no tantrum apalagi drama emosi yang berlebihan.

Anak yang berani menyampaikan apa yang sedang dirasakan tentunya menjadi bahan diskusi orang tua dengan si anak sehingga selalu membentuk bonding antara keduanya. Namun, sebelum itu orang tua yang harus benar memahami lebih dulu tentang mengungkapkan perasaan dan emosi yang baik dan benar sehingga anak tidak mencontoh hal yang tidak baik.

Anak Lebih Bahagia

Di buku ini diberikan materi tentang pemaafan tulus, maka dari konsep memaafkan ini anak menjadi lebih baik dan bahagia. Anak diajarkan untuk memahami bahwa sejatinya memaafkan itu baik untuk diri sendiri. Ekspektasi dan harapan yang terlalu tinggi terkadang yang memicu kekecewaan, maka sebaiknya diputuskan dengan menyadari dengan memaafkan. Dengan begini, anak bahagia bisa tercipta lebih banyak apalagi jika orang tua pun ikut mengaplikasikan pemaafan tulus dari semua yang terjadi di sekitarnya.

Langkah Cerdas Mengatasi Dampak Buruk karena Luput Mengenalkan Literasi Emosi pada Anak

Segera mengikuti Assesment Literasi Emosi yang ada pada buku ini. Dari hasilnya nanti bisa terlihat sejauh mana anak memberikan dampak buruk terhadap lingkungannya dengan emosi yang belum dikenal dengan baik. Bahkan pihak Dandiah Care sudah menyediakan media untuk mengatasi hal ini. Di dalam assesment ini akan disebutkan berbagai pertanyaan dan pernyataan yang akan memperlihatkan profile anak sebelum dan sesudahnya.

Penasaran? Bisa langsung kontak saja:

  • Instagram @dandiahconsultant
  • Call 0815 742 82922

***

Well, jika merasa terlambat mengenalkan anak dengan berbagai emosi yang harus dikelola dengan baik, tidak perlu merasa rendah diri. Saya pun bersyukur bisa mengenalnya sekarang meski mungkin terlambat menurut sebagian orang. Namun, tidak ada kata terlambat untuk belajar menjadi lebih baik selama napas masih ada artinya kesempatan itu masih ada.

Facebook
Twitter

Related Posts

30 Responses

  1. Nah, dulu anak-anak susah sekali memanajemen emosi. Tambahan lagi tradisi ‘mama nggak boleh marah” di keluarga. Harusnya memang ada pemahaman literasi emosi di keluarga.

  2. agar anak gak ngalamin inner child kelak, perlu banget kita sebagai ibu atau ortu untuk beresin dulu inner child sendiri dan mengimplemetasikan isi bukanya dandiah ini. aku perlu banget deh buku ini kayaknya. kadang bingung juga ngejelasin berbagai macam emosi kepada anak. apalagi anak SD yang mulai banyak pertanyaan agak dewasa.

  3. Memahami emosi anak sangatlah penting agar mudah dalam berkomunikasi. Apalagi anak-anak tidak mudah utk berkompromi kecuali yang sudah dekat. Tulisan yang bermanfaat…

  4. setelah baca ini saya langsung merefleksikan prilaku keponakan kecil di rumah yang kadang suka emosi dan gak mau kalah. Literasi emosi ini perlu sekali yaa dilatih dan dibiasakan sejak kecil

  5. Bukunya menarik banget mbak, setiap keluarga terutama orang tua saya rasa perlu baca buku ini biar bisa lebih paham mengenali emosi anak sehingga bisa membantu anak mengenal emosinya sendiri

  6. Ada assesment-nya juga di buku ini? Hm … menarik!
    Contoh klasik yang paling sering ditemukan di masyarakat kita soal literasi emosi ini adalah “cowok kok nangis” dan “baperan amat sih jadi orang”. Yaaah .., mending baperan kan daripada mati rasa :))

    1. Bener juga yah, anakku udah masuk usia todler nih, dan aq skrg belajar bgmna bisa mengenalkan emosi sama anak, untung aja mampir di postingan mba rahmah

  7. khusus buat ortu, kakek, nenek baca buku ini deh. Mendidik anak, memang gampang-gampang susah, apalg anak sdh byk terpengaruh game online jd sering marah2

  8. Harus baca juga nih, buki literasi emosi. Sekalian mengajarkan pada anak mengenai emosi ini. Apalagi anakku masih cilik dan belum paham dalam mengendalikan emosi.

  9. Ada buku mirip ini juga aku lupa deh mba judulnya, tapi intinya mengenalkan emosi pada anak gitu. Cuman yah gitu akhirnya hanya jadi rujukan dan susah banget menerapkannya dgn konsisten haha. PR bangetbuat aku

  10. Penting banget mengajarkan anak tentang literasi emosi ini. Jadi ini semacam kayak Spiritual Quotient yang rame beberapa tahun lalu. Emosi ini emang harus diajarkan sejak dini biar mereka tahu empati kepada sesama.

  11. Sejak dini sudah diperkenalkan dengan literasi emosi kepada anak-anak, ternyata manfaatnya bagus ya mbak. Karena biar peka memang agak susah, tapi bisa diasah berarti

  12. Pengenalan emosi dan pembelajaran mengelola emosi ini memang perlu dan penting banget diketahui dan dilatih oleh anak ya. Sebelumnya, sudah barang tentu orangtua pun wajib memahami juga… Maka buku ini saya rasa perlu dimiliki oleh setiap keluarga sebagai panduan dalam perihal literasi emosi

  13. wahhh bahkan ada yaa literasi emosi, terkadang term emosi juga sering disalahartikan yang marah-marah aja yaa, padahal sedih, senang, bahagia juga bagian dari emosi, insight-insight baru dan menarik nih buat parenting

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *