Ketika Support System Punya Lifetime Power

Ketika Support System Punya Lifetime Power dalam Hidup

Tidak semua perempuan memiliki pertemanan yang membawanya pada kondisi harus mengerahkan segala upaya dalam meningkatkan kemampuannya.

Tidak semua perempuan memiliki lingkungan yang baik sehingga bebas bergerak menentukan pilihannya

Tidak semua perempuan memiliki support system yang kuat sehingga bisa tetap berdaya meski status sudah berubah dari perempuan, istri dan ibu.

Ketika Support System Punya Lifetime Power dalam Hidup

Support System itu Apa? 

Makin ke sini istilah makin banyak saja, haha. Dukungan dari orang-orang terdekat pun kini diistilahkan sebagai support system. Orang-orang yang berada di belakang kita dengan berbagai kemampuan yang dimiliki tetap berdiri dan memberikan semangat pada diri untuk terus bergerak dan bertumbuh serta berdaya.

Jadi ketika ada yang menghalangi tentu saja bukan bagian dari support system sebab tentunya akan membuat masalah di berbagai sisi sehingga perlu untuk disikapi dengan baik.

Nah, kebetulan dalam dunia blogging saya sangat beruntung berada di sekitar orang-orang yang mendukung. Laptop untuk mulai menulis pun dengan sangat mudah saya peroleh waktu itu meski sebenarnya lebih banyak untuk dipakai tugas kuliah.

Support System Saat Masih Gadis 

Masih gadis di sini adalah usia kuliah, haha. Kemampuan saya di bidang kepenulisan ternyata mulai diperhatikan bapak sejak SMA. Saya suka menulis puisi dan mengirimkannya di surat kabar. Alhamdulillah dimuat meski wujudnya sudah entah kemana karena beberapa kali pindahan. Pun foto saya waktu itu dipanggil kepala sekolah karena puisi dimuat tersebut pun sudah tak berbekas.

Dengan kondisi itu, saya pun dibelikan laptop oleh bapak. Katanya selain memudahkan tugas kuliah, saya bisa mulai menuliskan puisi, cerpen atau bisa jadi novel dengan laptop tersebut. Alhamdulillah memang beberapa kumpulan puisi bisa saya buat, sayangnya ketika laptop rusak setelah naik ke bangku kuliah pasca sarjana, saya pun kemudian harus merelakan foldernya ikut rusak. Namun, dukungan tersebut yang akhirnya saya terus menulis.

Singkat cerita, ketika kuliah saya bekerja part time sebagai tentor di salah satu bimbingan belajar di kota kelahiran, bertemulah dengan operator bimbingan tersebut yang mengenalkan saya dengan blog. Sejak saat itu dia pun mengajari saya membuat blog, menulis hingga publish. Bahkan sesekali beliau membayarkan domain blog saya jika dapat bonus dari gajian.

Support System Setelah Menikah 

Perkenalan dengan teman tadi akhirnya pertemanan saya makin meluas karena blog. Bertemulah saya dengan blogger-blogger dari Jawa. Ikut kopdar blogger yang mendatangkan peserta dari Sabang-Merauke itu adalah momen tak terlupakan. Bahkan di situlah bibit jodoh saya bertumbuh, haha.

Ya, saya menikah dengan seorang blogger dengan kegigihan yang sangat. Berani ke Maros meminang saya dengan segala harapannya bisa menafkahi saya dari penghasilannya sebagai blogger. Namanya jodoh akhirnya menikah, dong. 

Laptop dan semua printilan ngeBLOG disediakan. Bahkan boleh dibilang saya tinggal menulis saja dengan rutin. Beliau juga otomatis jadi guru SEO saya karena pengalamannya waktu itu membantu beberapa blog untuk ngangkring di halaman pertama mesin pencari. So, dari sinilah tulisan saya sudah terlihat kaku sejak awal karena setiap menulis pasti beliau bertanya keyword-nya apa, haha.

Support System Setelah Jadi Ibu

Waktu masih di awal pernikahan, kesibukan belum begitu berarti. Masih satu orang yang harus saya layani dari pagi hingga pagi kembali. Aktivitas ngeBLOG juga berjalan lancar. Bahkan terkadang ada job meliput sebuah event, kami bisa datang berdua.

Namun, setelah punya anak satu, sempat lama tidak ngeBLOG karena memang ada prioritas. Bahkan sebenarnya ada saja beberapa job berdatangan tapi tetap harus ditolak ketika harus meninggalkan anak di rumah sementara kami tidak punya ART. Ya, semua urusan rumah tangga diurus tanpa bantuan pihak ketiga.

Melihat saya dengan aktivitas baru sebagai ibu, suami memberikan semangat untuk menulis lagi sebagai proses healing karena uneg-uneg tetap harus dikeluarkan. Apalagi tinggal di rumah mertua nyaris setahun karena anak pertama dan cucu pertama dari anak laki-laki satu-satunya di keluarga mertua itu sangat banyak ini itunya.

Nah, menulis di blog bisa jadi “pelampiasan” dan senangnya job mengenai balita pun tidak sedikit. Jadilah saya terus ngeBLOG dan menghidupi blog ini dengan konten-konten positif seputar parenting dan apa saja seputar dunia seorang ibu baru.

Tak Ada Support System? Cari! 

Ya, saya sarankan demikian. Kalau di sekitarmu tidak ada yang mendukung kegiatan ngeBLOG, cari! Gabung komunitas dan selalu berinteraksi dengan mereka. Saya pun kalau sedang down dalam menulis blog, buka grup blogging dan mencari oase yang bisa jadi bahan buat menulis. Setidaknya jika tidak membuat konten yaa memperbaiki daleman blog seperti alt img, meta description dan lain-lain.

Bahkan saya kadang mengedit tulisan lama yang ditulis asal-asalan agar sedikit lebih enak dibaca dan mengikuti kaidah penulisan yang sebaiknya dilakukan saat blogging. Support System tidak harus datang dari keluarga atau orang-orang yang punya hubungan darah. Justru terkadang mereka yang menjadi salah satu kuman yang merusak keinginan kita untuk lebih produktif sebagai perempuan, istri dan ibu. Oleh karena itu, pastikan untuk mencari komunitas yang baik pula.

Jangan pernah lelah mencari dan terus belajar di dunia blogging. Makin kita menyelaminya maka makin banyak hal yang kita tidak mengerti sehingga keberadaan kita berada di komunitas yang tepat sangat penting.

***

Well, bersyukurlah lebih banyak ketika pasangan masih memberikan izin keluar rumah meski sekadar me time. Berikan yang terbaik tanpa lupa dengan prioritas utama. Sebab support system pun terbentuk dari kesadaran akan tanggung jawab kita yang sebenarnya.

Facebook
Twitter

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *