unique content

“Ami, berapa lama lagi kamu harus menunggu? Tak ada kabar berita tentangnya. Sudahlah. Laki-laki di dunia ini tidak hanya dia.” kata Tio menghiburku, meskipun aku tahu Tio menjadi benci dengan Er karena sikapnya seperti itu.

“Aku hanya mencoba setia.” jawabku singkat.

Aku memang tak pernah lagi mendengar kabar Er sejak mendengar berita kematian kakaknya yang sempat kurawat di rumah sakit. Tak satupun kabar kuterima dari keluarganya. Tetapi, aku masih di sini menunggunya.

unique content

Tiga tahun kemudian…

“Tio, besok aku ke Borneo. Titip mama dan adik-adikku ya. Aku tidak bisa di sini terus. Semua kenangan tentang Er membuatku sulit untuk bergerak. Aku harus move on. Dan salah satunya dengan merantau.

Yeay, that’s good idea, dear. Aku tahu kamu mampu. Sukses di tanah orang ya. Soal keluargamu di sini, percayakan sama Allah saja.”

***

Hidup di tanah Borneo memberikan semangat baru dalam hidupku. Teman baru, lingkungan berbeda dan pastinya pengalaman hidup yang tak terlupakan. Intrik kehidupan pun sesuatu yang tidak bisa hilang. Tetapi semua harus kujalani. Jauh dari keluarga membuat sayapku bisa terbang untuk mencari pengalaman lebih banyak, termasuk memantapkan diri sebagai blogger.

Sembari bekerja, aku berusaha menyempatkan waktu menulis untuk update blog. Kontenku pun terbilang kaku karena dulunya sudah sering menerima job menulis artikel sebagai bahan makanan mesin. Otakku pun setiap hari dijejali dengan keyword dan teknik menulis konten SEO. Ada yang sesuai syarat ada juga yang harus revisi. Tetapi aku senang mengerjakannya. Hitung-hitung sebagai tambahan tabungan karena bekerja di tanah rantau.

“Halo, Ami. Masih kenal saya kan? Ini saya mau sampaikan bahwa kamu mendapatkan kesempatan untuk hadir di event akbar Blogger se-Indonesia. Kamu wakili Borneo ya.” ajakan Mas Ge membuatku tidak percaya. Baru saja kembali serius merawat blog, sudah ada tawaran menggiurkan seperti ini.

Blogger se-Indonesia akan dikumpulkan dalam satu event. Seluruh master di bidang blogging akan menjadikan acara ini sebagai ajang untuk saling bertukar pengalaman. Lalu aku, blogger yang sempat hiatus karena sibuk menyelesaikan tesis dan mendapatkan kesempatan langka ini. Satu dari sekian tanda bahwa Allah sayang padaku pun terbuka.

“Baik, Mas Ge. Aku coba ijin dulu dengan atasanku. Tapi ngomong-ngomong tahu nomorku dari mana Mas?”

“Ah, sudahlah. Jangan panggil aku Mas-mu kalau tak tahu soal kamu.”

Deg. Kalimat itu unpredictable, haha. Dan akupun mulai mempersiapkan diri. Atasanku pun baiknya kebangetan. Memberi ijin plus uang saku. Maka untuk pertama kalinya, menginjakkan kaki di Pulau Jawa.

Bertemu dengan blogger, berkenalan dan tukar cerita menjadi hal paling asik di event itu. Hingga akupun merasa bahwa perpisahan begitu jahat untuk membawaku kembali pulang pada rutinitas. Dan di jalan menuju bandara, Mas Ge pun mengajakku berbincang yang sarat dengan pesan.

“Dunia blogging tak sesederhana sesuai interpretasimu, Mi. Tetap jadi unique content dimanapun kamu berada.”

Unique Content? Maksudnya? “

“Semua orang bisa jadi blogger. Semua orang bisa suka menulis. Tetapi menjadi seseorang yang menulis dengan gayanya sendiri itu jauh lebih baik dan bertahan lama. Mas tahu kamu bisa, Mi.”

“Tapi, ini bukan berarti Mas sudah nggak mau ajarin aku kan? Masih bisa diganggu kan?”

“Hahaha… Ami… Ami… benar-benar kamu ya. Udah ah, jangan pasang wajah melas begitu. Tanpa aku, kamu bisa belajar dari siapa saja. Mungkin besok atau lusa, kamu sudah lupa dengan Mas karena ada seseorang yang akan memahami style menulismu.”

“Maksudnya? Aku kenal sama laki-laki yang bisa membawamu lebih terarah di dunia blogging. Kalau kamu mau, aku bisa menyatukan kalian.”

“Mas Geee… apa-apan sih?”

“Udahlah… kamu pasti suka sama orangnya. Jika doaku dikabulkan, Allah akan mempertemukan kalian di saat yang tepat.”

Berdebar kencang. Aku seperti terpojok. Mas Ge seperti bisa menebak kegalauanku yang diusia seperti sekarang tetapi belum juga mendapatkan pasangan. Dan kalau pulang ke kampung halaman, pertanyaan tetangga pun seputar pernikahan.

***

Sebulan berlalu dari kegiatan itu, Mas Ge masih seperti biasa. Mengajari ilmu blogging meski via chat online. Beruntung karena koneksi internet di rumah kontrakan pun sangat bagus. Sesekali namaku pun muncul menjadi pemenang lomba blog karena kualitas konten katanya. Ditambah lagi backlink penuh dari Mas Ge.

Meskipun akrab dengan Mas Ge, tak jarang kami bertengkar soal blog. Mas Ge bilang harus begini, tetapi bagiku itu menyalahi etika penulisan. Bahkan untuk menulis konten yang gue banget menjadi bahan kritiknya yang sering berakhir pasrah. Aku harus mengakui bahwa memang seperti itulah jika ingin cepat terbaca di search engine. Konten boleh unik, tetapi teknik tetap harus diikuti. Tidak bisa seenaknya juga dalam menulis.

Memang benar sih, apa yang Mas Ge bilang. Dia pasti capek juga kalau aku terus-terusan menerornya dengan kalimat: Mas Geee, kok page view-ku nggak naik-naik sih? Kok tulisanku nggak di page one sih? Dan deretan pertanyaan lainnya yang kuajukan meskipun aku sudah tahu jawabannya.

Begitu seterusnya hubungan kami, hingga sebuah pesan singkat menyapa:

“Kamu bisa saya kontrak menulis konten blog seumur hidup?”

“Maaf, ini siapa?”

“Aku laki-laki yang akan beruntung jika kamu menerima tawaranku.”

“Oh, jadi dia yang dimaksud Mas Ge.” gumamku dalam hati.

“Berani bayar berapa untuk konten unik sepertiku? Yakin bisa buat kontenku berada di page one terus?”

“Cukup dengan perjanjian di depan penghulu. Soal page one, kita usahakan bersama.”

***

Facebook
Twitter

Related Posts

4 Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *