“Anakmu lo itu kok pilih-pilih makanan? Apa tidak takut kekurangan nutrisi?”
Pertanyaan ini seringkali saya dengar keluar dari mulut keluarga besar, teman bahkan tetangga yang setiap hari berinteraksi satu sama lain. Apalagi di musim pandemi seperti sekarang, kesehatan anak-anak memang jadi fokus tertentu agar tidak menjadi salah satu penghuni rumah sakit akibat ada penyakit yang diderita.
Ya, memang picky eater bisa menjadi warning bagi orang tua seperti saya karena harus benar-benar memperhatikan asupan nutrisi anak tercukupi. Picky eater atau pilih-pilih makanan yang akan dikonsumsi mengharuskan ada ekstra usaha untuk mencari bahan-bahan makanan yang kandungan nutrisinya mencukupi kebutuhan anak.
Apalagi jika kondisi anak masih dalam proses pertumbuhan juga. Nah, untungnya meskipun pilih-pilih makanan, anak saya tidak mengalami Anemia yang saat ini menjadi sorotan penting bagi tumbuh kembang anak.
Apa itu Anemia dan bagaimana Anemia menjadi salah satu hal serius yang harus diperhatikan untuk dicegah terjadi di dalam tubuh anak-anak dan juga ibu hamil, just stay tune till the end of this article!
Apa itu Anemia?
Pengertian Anemia itu sendiri adalah suatu kondisi dimana terjadi karena kandungan Hb yang diukur berdasarkan angka lebih rendah dengan yang seharusnya (normal) atau kurang dari 12 gram per desiliter. Hal ini bisa dilihat dari jumlah sel darah merah yang bersirkulasi pada tubuh. Oleh karenanya itu penting untuk mengecek pada tenaga medis agar bisa melakukan pencegahan dan penanganan jika memang dibutuhkan.
Kriteria dan Klasifikasi Anemia sendiri ada banyak. Namun, berdasarkan kelompok umur (berdasarkan data dari WHO 2014) maka kadar Hb (dalam gr/dl) di dalam tubuh, baik normal maupun memasuki gejala Anemia, adalah sebagai berikut:
- Lahir (aterm) Hb normal pada rentang 13,5 – 18,5 dan mulai mengalami Anemia jika Hb <13,5
- Anak-anak usia 2 – 6 bulan Hb normal pada rentang 9,5 – 13,5 dan mulai mengalami Anemia jika Hb <9,5
- Anak-anak usia 2 – 6 tahun Hb normal pada rentang 11,0 – 14,0 dan mulai mengalami Anemia jika Hb <11,0
- Anak-anak usia 6 – 12 tahun Hb normal pada rentang 11,5 – 15,5 dan mulai mengalami Anemia jika Hb <11,5
- Laki-laki dewasa Hb normal pada rentang 13,0 – 17,0 dan mulai mengalami Anemia jika Hb <13,0
- Perempuan dewasa tidak hamil Hb normal pada rentang 12,0 – 15,0 dan mulai mengalami Anemia jika Hb < 12,0
- Perempuan dewasa hamil Hb normal pada rentang 11,0 – 14,0 dan mulai mengalami Anemia jika Hb < 11,0
Nah, dari data di atas sudah bisa disimpulkan bahwa kehadiran ibu hamil yang harus memperhatikan kebutuhan akan zat besi menjadi tantangan tersendiri. Sebab dari ibu hamil yang sudah tidak care dengan asupan nutrisi yang mengandung zat besi akan mempengaruhi kualitas generasi berikutnya.
Mengenal Anemia dan Tantangan Lintas Generasi
Sebagaimana yang sudah saya sebutkan di atas bahwa memang ada tantangan tersendiri mengenai Anemia ini. Apalagi dari berbagai sumber penelitian menyebutkan bahwa Anemia paling banyak terjadi pada ibu hamil, remaja dan anak-anak. Contoh sederhananya, seperti ini:
Remaja putri yang saat proses pertumbuhannya kekurangan zat gizi lalu bertransformasi menjadi ibu hamil yang juga kekurangan gizi penting, salah satunya zat besi maka sudah pasti akan melahirkan anak dengan kondisi yang juga bermasalah dari segi kecukupan gizi.
Tantangan inilah yang menjadi fokus pemerintah saat ini untuk menekan angka kekurangan zat besi pada ibu hamil dan juga anak-anak karena sangat rawan untuk mengalami Anemia. Padahal untuk memastikan anak bertumbuh dengan baik tentunya harus tercukupi nutrisinya mulai dari karbohidrat, protein, vitamin, zat besi, kalsium dan juga mineral.
Dengan memperhatikan hal tersebut maka masalah-masalah gizi pada anak tidak akan terjadi atau bisa ditekan pertumbuhannya. Masalah yang saya maksud di sini seperti stunting yang sedang heboh dibicarakan dimana-mana pada seminar kesehatan.
Penyebab dan Jenis-Jenis Anemia
Ada banyak sekali jenis Anemia, teridentifikasi sekitar 400 jenis dan yang terjadi akibat kekurangan zat besi atau sering disebut dengan isitilah Anemia Defisiensi Besi (ADB) kasus yang paling banyak terjadi. Berikut saya tuliskan jenis-jenis Anemia berdasarkan penyebabnya:
- Anemia karena defisiensi zat besi, hal ini terjadi karena menurunnya kemampuan tubuh menyerap zat besi.
- Anemia karena kehilangan darah, biasanya terjadi karena mengalami proses operasi bedah atau sedang menjalani masa menstruasi
- Anemia karena kerusakan sel darah merah, kasus yang terjadi seringnya karena faktor genetik dan biasanya terjadi sejak lahir sehingga permasalahan hemolitik sudah terjadi dari dalam dan bukan disengaja. Dan ibu hamil yang memiliki keturunan dengan permasalahan sel darah merah, sudah seharusnya lebih care karena bisa diturunkan.
Bahaya Anemia
Namanya kondisi medis ya pasti ada dampak yang ditimbulkan bagi penderitanya. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Dr. dr. Diana Sunardi, M.Gizi, Sp.GK, Spesialis Gizi Klinik dari INA, pada webinar mengatakan bahwa Anemia yang disebabkan kekurangan zat besi pada tubuh berefek pada tumbuh kembang anak yang akan mengalami gangguan, penurunan aktivitas fisik dan kreativitas, serta daya tahan tubuh mengalami penuruan yang akan meningkatkan risiko infeksi.
Kenali Gejala Anemia
Untuk mengenali gejala Anemia yang memiliki banyak variasi karena tergantung pada penyebabnya terjadinya penyakit kurang darah ini, dan secara umum bisa dilihat di bawah ini:
- Kelopak mata pucat
- Kulit pucat
- Nafas cepat atau bahkan sesak nafas
- Sakit kepala
- Tekanan darah rendah
- Denyut nadi berirama cepat
- Pembesaran limpa
- Kelemahan otot
Gejala-gejala di atas memang seringkali tidak begitu dirasakan sangat menganggu, tetapi seiring dengan bertambah parahnya Anemia yang diderita maka gejala di atas bisa menjadi warning agar segera care dengan kondisi tubuh.
Gejala Anemia pada Ibu Hamil
Untuk ibu hamil sendiri sebagai orang yang rentan mengalami Anemia, bisa dilihat gejalanya seperti:
- Wajah, bagian kelopak mata dan bibir terlihat pucat
- Kurang nafsu makan
- Lesu dan lemah sehingga sulit beraktivitas
- Cepat lelah
- Sering mengeluh pusing
- Mata sering berkunang-kunang
Nah, dampak Anemia pada kehamilan sangat serius sehingga harus benar-benar dicegah sebelum terjadi. Karena akan mengakibatkan:
- Pre eklampsia
- Bayi terlahir prematur
- Infeksi
- Perdarahan pasca melahirkan
- Gangguan fungsi jantung
- Gangguan pertumbuhan janin
Dari dampak di atas memang nyata terjadi pada adik ipar saya yang anaknya meninggal dunia usia 18 hari karena lahir prematur dengan gangguan fungsi jantung. Hal ini disebabkan karena kondisi adik ipar saya yang kekurangan zat besi dan kurang cepat diketahui sehingga tidak dapat dicegah.
Gejala Anemia pada Anak
Setelah mengetahui gejala Anemia pada ibu hamil, maka berikut ini adalah gejala Anemia pada anak yang bisa dideteksi sejak dini sebelum terlambat:
- Rewel
- Lemas
- Pusing
- Tidak ada nafsu makan
- Konsentrasinya terganggu
- Selalu mengantuk
- Pertumbuhan terganggu
- Mager alias malas untuk bergerak
Nah gejala-gejala di atas, baik pada ibu hamil ataupun anak, saling bersinergi satu sama lain sehingga dampak jangka panjangnya bisa dilihat akan mempengaruhi prestasi dan daya tahan tubuh pada anak. Dan bagi ibu hamil pun akan mengalami penuruan kebugaran dan kinerja akibat Anemia.
Anemia, Menular atau Tidak?
Pertanyaan ini menarik sekali sebenarnya. Apalagi ketika diminta untuk mencegah karena selalu disandingkan dengan mengobati. Padahal untuk Anemia sendiri, khususnya defisiensi besi, itu tidak menular tetapi dapat diturunkan. Hal ini terkait dengan tantangan lintas generasi yang sedang dihadapi di Indonesia.
Kasus Anemia di Indonesia
Prevalensi Anemia pada ibu hamil dan anak-anak dari hasil berbagai penelitian memang menunjukkan angka yang signifikan. Ibu hamil dan anak-anak menjadi “sasaran empuk” terjadinya Anemia sehingga harus benar-benar diperhatikan.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) bahwa pada 2013, ibu hamil yang mengalami Anemia mencapai 37.1% dan sungguh sangat signifikan prosentase kenaikan pada tahun 2018 yang mencapai 48.9%. Dan usia ibu hamil yang mengalami cenderung 18-24 tahun.
Bagaimana dengan anak-anak? Sama. Kasus yang muncul pun prosentase anak-anak yang menderita Anemia mengalami peningkatan hingga 50% pada tahun 2018. Hal ini disebabkan bahwa sejak usia MPASI, tidak sedikit ibu yang memperhatikan asupan nutrisi zat besi pada anak mereka tercukupi atau tidak.
Kalau pun mengetahui, seringnya malah anak-anak tidak doyan makan makanan yang mengandung nutrisi tinggi akibat rasa yang tidak enak. Padahal 1000 Hari Pertama Kehidupan menjadi golden age yang sayang sekali jika tidak diupayakan sedemikian rupa untuk tercukupi segala kebutuhan gizi. Karena jika dibiarkan begitu saja, mau jadi apa Indonesia 10 tahun yang akan datang?
Ayo Kita Putus Rantai Anemia!
Kalau sudah membaca dengan saksama tentang Anemia dan akibat yang ditimbulkan, maka apalagi yang kemudian menghalangi untuk bergerak dan mengubah pola hidup kita? Jangan sampai ada penyesalan kemudian yang sudah tiada guna. Nah, salah satu langkah untuk memutus rantai Anemia adalah dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi cukup, baik dari nabati maupun hewani.
Selain itu, memperhatikan produk-produk makanan yang beredar di masyarakat. Mulai dari air minum, makanan pokok hingga pada camilan yang mungkin saja dilakukan setiap hari meskipun sembari melakukan mindful eating.
Danone Indonesia dan Komitmen One Planet One Health
Bicara soal produk makanan dan minuman, semua pasti sudah mengenal Danone Indonesia. Melalui informasi dari Bapak Arif Mujahidin, selaku Corporate Communications Director Danone-Indonesia, memberikan penjelasan mengenai Danone sebagai pionir industri makanan di Indonesia yang sudah memiliki lebih dari 20 pabrik dengan 15.000 pegawai dan produk yang dihasilkan sudah mencapai 15 merek.
Beliau menjelaskan bahwa Danone Indonesia berkomitmen untuk mewujudkan One Planet, One Health yang mana sebuah planet, utamanya bumi, dikatakan sehat jika masyarakat di planet tersebut juga sehat. Planet dan manusia sangat berhubungan sehingga berkomitmen dalam penerapan kebiasaan makan dan minum yang lebih sehat.
Untuk itu, komitmen Danone Indonesia mengajak masyarakat untuk berkolaborasi dengan menjalankan strategi menjaga kesehatan planet.
Berbagai Kegiatan Danone Indonesia sebagai Wujud Komitmen
Ada beberapa kegiatan besar Danone yang selalu dilakukan sebagai bentuk komitmen menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan bebas masalah seputar gizi, yaitu:
1. Isi Piringku
Sebuah bentuk edukasi pada ibu-ibu dan anak-anak usia PAUD untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.
2. AMir atau Ayo Minum Air
Sebuah edukasi untuk memberikan kesadaran tentang pentingnya minum air 7-8 gelas per hari yang menyasar anak-anak usia SD.
3. Aksi Cegah Stunting
Sebuah program perbaikan gizi pada daerah-daerah yang ditunjuk dan berhasil menurunkan angka stunting hinga 4.3% selama 6 bulan.
4. Warung Anak Sehat
Sebuah upaya penyediaan makanan dan minuman sehat di kantin-kantin sekolah sehingga anak-anak tidak jajan sembarangan yang akan mempengaruhi kualitas daya pikir dan juga prestasi.
Dan berbagai kegiatan lainnya yang bertujuan untuk mengedukai masyarakat agar sadar betul akan pentingnya kesehatan gizi. Tidak hanya pada ibu dan anak tetapi juga usia remaja dan usia-usia produktif. Dan Danone sudah melakukan program GESID, Taman Pintar dan juga Duta 1000 Pelangi untuk mewujudkan komitmen tersebut.
Generasi mendatang tentunya ada anak-anak kita yang kelak menjadi pemimpin dan penerus bangsa ini. Maka sudah sewajarnya dipersiapkan kebutuhan untuk mewujudkannya dengan sadar gizi sejak dini. Dimulai dari keluarga hingga masyarakat yang kelak akan meluas menjadi Indonesia.
Well, tunggu apalagi? Jika bukan sekarang kapan lagi dan kalau bukan kita siapa lagi?
34 Responses
Tengtong…
Aku tersedak pada kalimat awal artikel ini. Untungnya Ezio badannya lumayan gede, jadi sekarang udah jarang denger kata2 itu. Ezio memang picky eater, doi susah banget makan kalau di luar rumah. Namun alhamdulillah bisa diakali dengan masakan rumahan supaya zat besinya bisa dipenuhin, kak
Anemia ini harus beneran diperhatikan, apalagi untuk anak yang dalam masa pertumbuhan dan untuk wanita hamil dan menyusui. Pemberian makanan yang tepat dan tambahan suplemen pasti membantu
Banyak orang yang menyepelekan anemia, salah satunya aku. Baru kerasa saat habis melahirkan, sudah memang punya kecenderungan HB rendah tiap bulannya, ditambah baru selesai operasi sesar pula, jadilah harus ditransfusi 2 ampul darah untuk menaikkan HB.
Dan ternyata baru kutahu efeknya ke anak. Ciri-ciri anak anemia yang ditulis di artikel ini tidak kutemukan di anakku sih, bahkan typical yang super aktif. Tapi ya itu picky eater dan sepertinya tipe anak yang makan untuk hidup. Saat umur 1 tahun, mulai was-was karena berat badannya nggak naik-naik. Dites TB, alhamdulillah negatif. Lalu dilakukan pemeriksaan tambahan, eh ternyata ada ADB.
Sejak hari itu, anakku selalu kuberi tambahan suplemen zat besi agar anemianya teratasi. Dan pastinya memang emaknya kudu pinter-pinter bikin menu masakan biar gizinya tetap tercukupi.
Jadi keinget dulu pas zaman SMP, badan suka lemes, mudah ngantuk dan pucet. Apalagi kalau berdiri setelah duduk, pasti gliyeng
Kirain kecapean atu telat makan, gak taunya tensi darah rendah banget. Tapi untung setelah rajin berobat, anemia nya ilang. Alhamdulillah