Ketika Wanita Mampu Bangkit dari Stigma Kusta

Yuliati Wanita Makassar yang Bangkit dari Stigma Kusta

“Saya harus bisa lebih baik dari orang lain, harus buktikan!”

Kalimat di atas masih terngiang terus di telinga saya sampai sekarang. Ucapan yang disuarakan dengan lantang oleh Yuliati, OYPMK yang berdomisili di Takalar Sulawesi Selatan. Seketika saya merindu dengan kampung halaman ketika menyebutkan beliau dari Sulawesi Selatan. Takalar tidak terlalu jauh dari Maros, tempat saya dilahirkan. Dan makin terenyuh ketika tahu bahwa Yuliati adalah OYPMK dengan kisah yang tak sederhana tetapi patut dijadikan pelajaran.

Yuliati Wanita Makassar yang Bangkit dari Stigma Kusta

Orang-orang yang berada di tanah Makassar selalu berjuang penuh semangat melawan kusta. Saya pun teringat dengan Mas Mahdis dengan upayanya mengubah stigma kusta. Beliau juga berjuang meningkatkan taraf hidup OYPMK dengan caranya.

Balik ke kisah Yuliati…

Ragam Kisah Pilu dalam Berjuang Melawan Stigma Kusta 

Ketika mengalami penyakit kusta, tentu yang menyadari dengan sepenuh hati sempat berada di titik tidak menerima keadaan tersebut. Selalu merasa bahwa Tuhan tidak adil karena memberikan cobaan begitu besar. Namun, ketika orang beriman pasti selalu dikelilingi orang-orang yang mampu membuatnya bangkit dari keterpurukan dan berupaya memberi semangat agar tetap hidup.

Sempat Ingin Bunuh Diri

Begitu juga dengan Yuliati, OYPMK wanita dengan semangat tinggi sekali bisa melepaskan pikiran bunuh diri dari dirinya setelah tahu ada bercak yang menandakan bahwa itulah awal dari kusta dan mimpi buruk kehidupan yang menjadi nyata.

“Kamu itu bisa sembuh, bercak cuma satu. Nggak masalah!” 

Kalimat inilah yang diperoleh Yuli sehingga membuatnya bisa bangkit dari pikiran bunuh diri. Merasa tidak akan diterima di masyarakat, keluarga ditambah lagi melihat media sosial yang memperlihatkan dampak yang akan dirasakan oleh penderita kusta, memang sangat memicu semangat down. 

Ditinggal Pacar, Tidak Masalah 

Awalnya pacar Yuliati mengatakan tidak masalah dengan kondisinya yang memiliki bercak dan sudah dikonfirmasi sebagai kusta. Namun, Yuliati tidak memaksa ketika sang pacar sudah menunjukkan gelagak yang menunjukkan ingin berpisah dan merasa terganggu dengan penyakit tersebut.

Yuliati percaya bahwa suatu saat akan ada orang yang mau menerima dirinya apa adanya. Tentang dambaan pasangan hidup, Yuliat berkata:

“Kalau mau terima saya apa adanya saya bersyukur, kalau tidak ya no problem.”

Kalimat itu membuat saya makin bangga bahwa wanita memang jauh lebih kuat menghadapi kenyataan dan selalu punya semangat dalam diri untuk menerima dan tetap percaya diri.

Sosialisasi Kusta = Sales, Oh Tidak! 

Memang tidak semua paham makna sosialisasi. Meski memang sebagian “orang nakal” menjadikan sosialisasi untuk menutupi aktivitasnya dalam berjualan, sehingga wajar sebagian masyarakat menjadi tidak respek. Inilah yang dialami Yuliati dan rekan-rekannya di PerMaTa, Sulawesi Selatan.

Berniat untuk edukasi tentang kusta tetapi dianggap sales yang hendak menjajakan produk memang tantangan tersendiri. Namun, tidak akan berhenti hanya karena stigma tersebut dan terus bekerja sama dengan berbagai pihak dalam upaya membasmi stigma kusta dan penyakit kusta itu sendiri dengan mengajak terus berobat dan segera lapor ketika merasakan keanehan dalam tubuh sendiri, apalagi jika tanda-tanda tersebut mengacu pada penyakit kusta misalnya.

Keluarga Selalu Mendukung 

Dari cerita Yuliati saat menjadi narasumber di Ruang Publik KBR, keluarga ternyata menjadi supporter paling setia dalam mendukungnya. Justru Yuliati sendiri yang merasakan ketidaknyamanan hanya karena satu bercak di kulit dan sudah pasti kusta.

Status mahasiswi menjadikan makin tidak percaya diri, tetapi keluarga terus mendukung dan sampai sekarang Yuliati terus berjuang memberikan edukasi di lingkungannya mengenai kusta.

Ruang Publik KBR dan Sosialisasi Stigma Kusta 

Yuliati adalah salah satu dari narasumber OYPMK yang dihadirkan Ruang Publik KBR tanggal 30 Agustus 2023 lalu, dalam upaya sosialisasi kusta. Ragam latar belakang narasumber dihadirkan karena memang seburuk itu stigma kusta di luar sana dan sebagian besar stigma tersebut tidaklah benar.

Sosialisasi Kusta oleh Ruang Publik KBR dan NLR Indonesia

Upaya meluruskan pola pikir masyarakat saat ini terhadap kusta bahwa:

  • Kusta bisa sembuh
  • Kusta bisa menular ketika ada kontak erat dengan penderita
  • Kusta tidak selamanya mengakibatkan disabilitas

dan masih banyak lagi hal yang terus digaungkan sehingga masyarakat mau berada dan mendukung OYPMK. Mereka pun sakit bukan karena kehendak mereka sehingga sangat dibutuhkan dukungan dari kita agar mereka tetap bisa semangat dan melanjutkan hidupnya seperti manusia pada umumnya.

Saya sangat berharap Ruang Publik KBR dan NLR Indonesia tidak berhenti sampai kusta benar-benar musnah di muka bumi.

***

Well, saya cuma ingin menyampaikan lewat tulisan ini untuk kak Yuliati, Ewako, Daeng… OYPMK Bisa Tonji Bangkit dari Kusta. Sudah ada bukti nyata. Jika penilaian orang masih sebelah mata, percaya bahwa Tuhan selalu ada. Ya, semua akan berjalan baik-baik saja.

Facebook
Twitter

Related Posts

17 Responses

  1. Sosialisasi tentang kusta memang harus digalakkan sih, kusta itu ada obatnya, bisa sembuh tapi masih banyak yang memandang sebelah mata, bahkan menganggap penyakit kutukan…

  2. Senang sekali karena ada ruang publik KBR dan Yuliati sebagai OYPMK yang memberikan pengetahuan seputar kusta dan serba-serbinya yang masih terjadi di masyarakat.
    Bagaiamana strugglenya dan tips agar para penderita kusta dan OYPMK mampu tetap berdiri tegak dan terus berkarya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *