Value Menjadi Seorang Blogger – Sama seperti kebanyakan bloger di Indonesia. Menulis di blog untuk menuangkan apa yang dirasa. Melampiaskan apa yang sesak. Memberi manfaat pada siapa saja yang membutuhkan. Menerima reward yang beraneka ragam dengan menjadi jalan tersebarnya informasi. Mungkin itu beberapa value ketika saya melantangkan suara: I am a blogger.
Menjalani kehidupan sebagai seorang bloger memang penuh lika-liku. Banyak kisah duka, suka bahkan nyaris memutus silaturahim. Hal ini karena perspektif seseorang memandang dunia bloger tidak semuanya sama. Ada yang menganggap pekerjaan ini adalah membuang waktu saya yang berijazasah S-2 bahkan tidak jarang ada yang menyerang dengan kalimat-kalimat skeptic tentang hidup saya di dunia blogging. Untungnya, saya tidak termakan semua itu hingga masih survive seperti sekarang.
Lalu bagaimana sekarang? Value apa saja yang saya dapatkan sehingga masih berjalan di dunia dengan semakin banyak saingannya ini? Let’s check it out:
Role Model di Komunitas Ibu Profesional
Ibu Profesional adalah cita-cita saya. Mencapainya membutuhkan kesungguhan dan stimulasi yang tepat agar benar-benar tergali dengan baik. Nah, beruntung bertemu dengan komunitas Ibu Profesional. Di sini saya bisa memberikan sedikit apa yang saya pahami tentang bagaimana seharusnya menulis di blog. Karena mayoritas dari mereka belum memahami aturan copy paste di media blog. Maka beruntung bisa menjadikan ini sebagai ladang amal karena menebar ilmu bermanfaat. Jadi, selain saya menggali banyak ilmu tentang dunia parenting, saya pun bisa sharing dengan anggota lain seputar blog.
Tawaran Job via Email Berdatangan
Seringkali harus menolak job karena tidak sesuai dengan passion. Bahkan untuk sekadar datang event guna memeriahkan pun menjadi pemikiran panjang. Sebab, saya harus bertanggung jawab tidak hanya pada klien dan diri saya, tetapi juga pada pencipta. Mengerjakan sesuatu yang bertentangan dengan hati itu sungguh membuat hidup jadi tidak tenang, was-was dan sebagainya. Dan inilah salah satu value yang saya dapatkan karena bisa menolak apa yang memang seharusnya saya tolak.
Dianggap Bisa Membagi Waktu
Menjadi blogger dan juga full time mommy, pastinya harus pandai memenej waktu agar tidak keteteran. Apalagi jika urusan domestic terbengkalai. Huft, jangan sampai deh. Karena suami akan menjadi orang nomor yang tidak setuju dan bisa saja menghentikan pengeluaran SIB (Surat Ijin ngeBlog) untuk saya. Jadi blogger boleh tetapi amanah utama sebagai isteri dan ibu serta hamba harus tetap jadi prioritas.
Mudah Personal Branding di Dunia Bisnis
“O itu produk rok celana yang dijual Mba Amma yang blogger itu?”
“Jadi yang jualan jogger itu kamu ya, Mba Amma?”
Dan beberapa celetukan lainnya dimana saya sudah bisa membawa branding produk bisnis dengan mengaitkan status saya sebagai blogger. Bahkan senangnya karena sebagian customer pun ada beberapa yang dari kalangan blogger. Jadi saya tidak perlu mengeluarkan biaya khusus untuk copy writing mempromosikan produk saya. Toh mereka sudah mengenal bagaimana saya sehingga tidak mungkin melakukan hal bodoh hanya sekadar untuk mendapatkan keuntungan jualan. Bahkan tidak jarang dari teman-teman sendiri jugalah para customer lainnya berdatangan.
Diminta Jadi Pembimbing Pembuatan Blog
Pernah beberapa kali diajak mahasiswa dan juga kumpulan ibu melek teknologi untuk meminta bantuan saya agar mereka paham apa itu profesi blogger dan harus seperti apa dalam menulis. Antusias mereka pun akhirnya melahirkan beberapa tulisan menarik sesuai dengan style masing-masing.
***
Mungkin inilah beberapa value yang bisa saya tangkap selama bergelut di dunia blogging. Kalau ditanya sampai kapan akan terus nge-blog, maka saya menjawab: Selama Allah masih memberikan kemampuan kepada saya untuk menulis dan berbagi.
3 Responses
Mbak Rahmah Chemist, menjadi Ibu dengan dwi fungsi juga sebagai blogger, pasti seorang yang penuh perhitungan dalam mengatur waktu.Salut, memang terkadang sebutan blogger akan meluncur dari mulut orang lain sebagai sebuah apresiasi untuk kita, misalnya. Wah, si Ibu ini mah keren bisa nulis karena beliau adalah blogger. Hehe…padahal walaupun bukan blogger bisa aja kan bisa nulis, tapi yang pasti gak bisa dibaca dan dikomentari karena nulisnya gak di blog, hehe…
Haha iya, Bunda
Bunda keep writing terus ya.
Love from Surabaya
Hidup para blogger