Pura-Pura Marah di HUT Fitria Restu Ramadhany

Pura-Pura Marah. Hal yang harus aku lakukan sejak tanggal 23 Maret 2012. Hari itu adalah hari terberat dalam hidupku. Sebab, tidak pernah sama sekali dalam hidupku harus berpura-pura marah. Kalau aku marah yaa marah… Tidak ada kata berpura-pura… 😀

Aku dan 3 orang anggota Bawi Bakena (Putu, Via dan Lelan) serta Yuyun (pemeran tambahan) harus bersandiwara untuk sebuah kejutan di HUT Fitria (salah satu anggota Bawi Bakena).  Berbagai macam hal kami diskusikan hingga semuanya berubah total pada saat menjelang acara puncaknya.

Hari Sabtu, 24 Maret 2012 tepat pukul 14.50, Fitria harus menerima siraman air, adonan cair yang berisi kopi, terigu, agar-agar serta ceplokan dua butir telur di tubuhnya. Seketika tempat itu menjadi ramai dan berisik oleh suara teriakan Fitria yang tidak menyangka bahwa semuanya sandiwara.

Fitria menangis dan semakin galau sebab aku (pengajarnya di kampus) harus berpura-pura marah dan mencari-cari kesalahan Fitria yang sebenarnya tidak ada. Seharian dibuat galau akibat ulah pura-pura marah tersebut. Namun, semuanya kembali tertawa setelah melihat kondisi Fitria yang sudah basah dan bau tersebut.

Memang kalau dipikir, kegiatan ini tidak ada manfaatnya sebab melakukan proses pengotoran, baik itu di tempat kejadian maupun pada diri korban (baca: Fitria). Namun, hikmahnya adalah euforia kegembiraan menyambut hari dimana pada tanggal itu kita terlahir adalah saat untuk merenung dan memaknai kembali perjalanan hidup kita selama ini. Jangan melihat sisi buruknya saja, tetapi lihat apa makna dan pesan yang tersirat dari tanggal yang berulang tersebut.

Pura-pura marah akhirnya harus berganti lapar menanti suapan kue dan traktiran dari Fitria. Mau lihat bagaimana bentuk Fitria setelah disiram dan apa-apa yang sempat terekam dalam Canon 1000D saya? Simak aja gambar dibawah ini :

Semoga di Usia ke-20, Fitria semakin bijak dan tidak lagi cengeng seperti anak kecil 😀