Minuman Tradisional yang Kekinian di Makam Peneleh Surabaya – Selama berada di tanah Jawa, banyak sekali hal baru yang saya peroleh. Teman, budaya, karakter dan tentunya kuliner menjadi pengalaman tersendiri buat saya. Dan semakin berlalunya waktu, saya pun sudah terbiasa dengan kehidupan di tanah Jawa ini. Bahkan lidah saya sendiri harus beradaptasi demi bertahan hidup (*lebay banget deh, haha).
Salah satu hal yang masih kaku di lidah saya adalah minuman tradisional yang ada di Jawa. Pasti sudah tahu dengan maksud saya soal minuman ini, bukan? Ya, that is Jamoo. Jamu selalu identic dengan Jawa. Di kampung halaman saya, minum Jamu itu sudah dibilang hebat. Karena tidak semua lidah di tanah Bugis-Makassar suka dengan minuman satu ini.
Kalau bicara soal jamu, pasti yang pertama kali terbayangkan adalah ibu-ibu dengan keranjang berisi botol transparan dimana isinya berupa cairan-cairan berwarna, yang dipanggul dengan menggunakan kain jarik. Tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, minuman tradisional ini pun banyak dimodifikasi. Salah satu bentuk modifikasinya adalah packaging yang kekinian. Kalau dulu hanya di botol-botol transparan yang diameternya besar, sekarang saya menemukan minuman tradisional tersebut dengan kemasan yang eye catching dan sangat modern.
Ya, di Lodjie Besar Koffie & Djamoe saya menemukan keunikan tersebut. Saya sendiri tidak tahu kapan café ini mulai buka. Pastinya, saya sangat senang bisa mengenal café ini saat ikut workshop fotografi dengan menggunakan smartphone a la Mbak Sefa Firdaus yang disponsori oleh Polytron.
Kalau ke café, pasti yang pertama dicari tahu adalah menu dan harganya, bukan? Seperti yang sudah saya sampaikan panjang lebar di atas, bahwa salah satu menu khas dari café ini adalah minuman tradisional a.k.a Jamu. Jenis jamu yang tersedia ada 3 jeni yaitu, Koenir Sinom, Beras Kentjoer dan Pokak. Dan saya paling suka dengan Koenir Sinom. Kalau suami saya paling suka dengan Beras Kentjoer.
Oiya, mungkin dari tadi penasaran nggak kenapa ejaan menunya masih tempo doeloe? Ya, karena Lodjie Besar Koffie & Djamoe ini mengambil konsep seperti itu. Memang bangunannya masih bangunan lama. Di dalamnya pun terdapat barang-barang pajangan yang antik. Mulai dari kursi-meja, lampu gantung, seterika arang dan desain interior masih mempertahankan sebagaimana bentuk aslinya.
Daritadi belum disebutkan harga minumannya ya. Hmm… tenang. Duduk di café sambil bernostalgia dengan masa lalu, tidak perlu bayar mahal di Lodjie Besar ini. Harga minuman tradisional dengan packaging botol (layaknya minuman beralkohol) sangat murah kok. Satu botol kaca (warna hijau) minuman tradisional (Beras Kentjoer, Koenir Sinom, Pokak) masing-masing hanya IDR 10K. Tetapi, jika botol dibawa pulang, maka minuman perbotolnya dikenakan harga IDR 13K. Untuk yang berbotol plastik, masing-masing harganya IDR 12K. jika dibawa pulang menjadi IDR 15K.
Bagaimana dengan harga makanan? Sama saja murahnya. Salah satu menunya yaitu Nasi Tjampoer dikenakan harga IDR 18K. Bagaimana dengan rasanya? Hmm… sayang sekali waktu ke café ini belum sempat mencicipi menu makanannya. Itu semua karena saya excited sekali dengan café bernuansa tempo dulu plus packaging jamu yang benar-benar kreatif. Pastinya kalau kalian ke Surabaya, sayang banget kalau nggak kesini.
*Belajar Motret Botol Kencur* Namanya masih belajar, jadi tentu banyak kekurangannya. Tetapi saya salut sama @lodjibesarkoffie karena sudah menyajikan Kencur + Sinom + Pokak dalam packaging yang wow banget. Kapan-kapan saya datang lagi kesana menikmati suasana tempo dulu di salah satu sudut kota Surabaya. #BelajarMotret #Kencur #Sinom #Pokak #MinumanTradisional #Minuman #wspolytronsurabaya @polytron.communityid
A post shared by Rahmah – Mommy Blogger (@ammachemist) on
Nah itu ceritaku tentang café dan minuman tradisional yang unik menurut saya. Bagaimana dengan kamu? Habis nongkrong dimana nih? Share, yuk!
***
Lodjie Besar Koffie & Djamoe
Jl. Makam Peneleh No. 46, Surabaya
IG: @lodjiebesarkoffie
7 Responses
Nasi campurnya 18K, termasuk murah untuk di Surabaya ya Mbak.
#sdh lama tdk kulineran di surabaya
Ini jamu? Hmmm, doyan nggak ya saya kalo kesini hehehe
Packagingnya bagus. Membuat jamu jadi lebih kekinian. Aku kayaknya bakal suka kalau ke sini, selain suka sama jamu, interior kafenya bagus buat latar foto. Aish
Kalau saya, pertama dengar jamoe yang terbayang langsung…pahit 🙂
Btw, keren karena saya suka dengan hal berbau klasik yang ditampilkan dengan gaya kekinian. Nice.
@ge1212y
konsep yang diusung keren. Jamu yang mulai ditinggalkan kini hidup kembali bukan sebagai obat tetapi gaya hidup. Keren.
kayaknya unik bgt minumanya,, kayak botol kecap. kekwkwk
Mungkin aku lebih milih koffie nya. Hehehehehe