Memaafkan Meski Menolak Lupa Detail Perisitwa

Memaafkan Meski Menolak Lupa Detail Perisitwa

Aku sudah tak marah

Walau masih teringat

Semua yang terjadi kemarin

***

Penggalan lirik lagu di atas itu memang sangat menyentuh saya. Beberapa kali mendengarkan tetap saja bahwa yang disampaikan lirik tersebut seperti itulah adanya. Memaafkan menjadi sesuatu yang sangat berat ketika diri menjadi korban.

Beda halnya ketika salah kemudian meminta maaf bagi saya itu lebih mudah. Sebab saya tidak ingin berlarut-larut merasa bersalah. Meski tetap saja setelah meminta maaf belum pasti juga akan langsung merasakan ketenangan. Selalu ada perasaan bahwa yang menerima maaf saya pun akan berada di situasi seperti saya, memaafkan tetapi tidak melupakannya begitu saja, hiks.

Kesalahan yang Tak Bisa Dimaafkan 

Selingkuh

Hmm, sepertinya saya akan lebih fokus ke kesalahan pasangan jika bicara tentang kesalahan yang sulit dimaafkan. Memulai perselingkuhan adalah salah satu kesalahan yang sulit saya maafkan pastinya. Meski tidak terjadi, tetapi ini sudah saya komunikasikan dengan pasangan. Memang saya bukan perempuan sempurna yang perasaannya akan baik-baik saja melihat pasangannya memiliki hubungan dengan perempuan lain. Apalagi kalau statusnya masih hubungan suami isteri.

Bagi saya selingkuh itu khianat terbesar. Sebab janji suji pernikahan itu pertanggung jawabannya di hadapan Tuhan. Jika Tuhan saja berani dijadikan permainan, apalagi saya yang cuma hamba, bukan? Makanya lebih baik saya berada di posisi tidak akan pernah memaafkan untuk kasus seperti ini. Na’udzubillah min dzalik semoga kelak sampai maut memisahkan tidak ada permasalahan seperti ini di rumah tangga saya.

Kekerasan atau Main Fisik 

Sengaja ditulis di sini supaya pasangan juga baca, haha. Soalnya suami adalah pembaca setia blog ini. Kalau suami sudah main tangan, kaki atau apa saja yang menggunakan kekerasan fisik, sudah otomatis tidak akan berlanjut. Memaafkannya pun tidak akan pernah bisa. Huhu, semoga tidak terjadi deh ya.

Bagaimana dengan kekerasan verbal? Hmm, ini biasanya keceplosan karena kelelahan atau sejenisnya jadi untuk mencegahnya terjadi lebih baik memberikan kesempatan pada pasangan untuk istirahat dan mendapatkan haknya selama kewajibannya sudah dipenuhi.

Membandingkan dengan Orang Lain 

Paling nyesek pastinya ya kalau seperti ini. Makanya saya sangat tidak suka jika keceplosan menyebutkan nama orang lain ketika diri melakukan kesalahan. Jadinya sejak awal disampaikan dan dikomunikasikan agar tidak terjadi. Tidak perlu khawatir menyuarakan apa keinginan kita karena kita juga manusia kok. Jangan mau dibandingkan karena setiap orang punya kelebihan dan kekurangannya. Kalau cuma ingin kelebihannya saja yaa di surga aja, haha.

Memaafkan Meski Menolak Lupa Detail Perisitwa

Adakah Kisah Kesalahan Teman yang Sulit Terlupakan? 

Jujur saja, beberapa kali mengalami kondisi di mana saya berada di posisi korban tetapi lebih dianggap sebagai pelaku. Dalam kondisi tersebut sudah otomatis saya akan mudah mengucapkan maaf tetapi jangan mengira peristiwa itu terlupakan begitu saja, Big No! 

Seperti kasus beberapa waktu silam ketika ketikan saya dianggap menyinggung sementara orang lain yang sama-sama mengetik hal senada tidak digubris. Sama sekali juga isi chat seperti candaan biasanya tetapi entah kenapa saat itu dianggap menjatuhkan harga diri seseorang.

Jujur, sejak saat itu memang menjadi cara saya menjauh pelan-pelan. Tak akan pernah datang ketika tak ada undangan bahkan sekadar sapaan canda pun sudah tidak saya gunakan lagi. Sudah cukup keberadaan saya seperti memang tidak diinginkan. Namun, kata beberapa orang yang berada di lokasi kejadian, saya hanya jadi korban karena pencapaian yang saya miliki. Iri tepatnya.

Namun, saya tidak menjadikannya kemudian sebagai alasan untuk tetap santai. Berjalan menjauh dan introspeksi diri. Memang setiap orang punya sisi ganas dan lembut. Ketika Tuhan ingin menampakkan aib ganas tersebut ya akan mudah sekali. Makanya selalu berdoa agar Tuhan selalu tutup aib meski orang lain berusaha membukanya di sana-sini.

Lalu, bagaimana kabar seseorang yang begitu tega dengan saya? Hmm, pastinya saya melihatnya baik-baik saja meski seringkali tampil seperti bukan dirinya saja. Ya, mungkin seperti itulah tipikal manusia yang bersemayam dalam jasadnya. Pelan-pelan memahami tetapi tidak untuk berinteraksi kembali. Mencegah lebih baik daripada mengobati. Sakit, jenderal! 

Kisah lainnya apa ya? Hmm… pastinya ketika sering berinteraksi dengan orang lain maka rawan timbul gesekan. Untuk itu, cara mencegahnya dengan berusaha bersikap baik-baik saja. Tidak perlu terlihat begitu wow karena siapa saja yang menjadi tertekan dengan kehadiran kita, pasti akan tidak senang. Berusaha mencari-cari kesalahan bahkan sudah terbiasa adu domba antar kelompok.

Jika sudah seperti ini, rukun warga tidak ada lagi, rukun tetangga, rukun antara sesama umat manusia pun menjadi langka. Kasihan anak cucu yang menyaksikan perseteruan hanya karena masalah sepele.

Baru-baru ini pun terjadi di kalangan ibu-ibu wali murid. Ketika berusaha meluruskan permasalahan malah dianggap pro dengan kelompok tertentu padahal tidak demikian. Yaa begitulah isi kepala seseorang memang beragam. Ada yang mudah memahami, ada yang emosi dulu baru bisa tenang dan paham.

Kisah lainnya juga datang ketika saya masih duduk di bangku kuliah pasaca sarjana. Saya kira lulus wisuda magister bisa dengan suami, ternyata ditinggal nikah tanpa kabar, haha. Sedih? Jelas. Marah? Tentu. Hanya saja pelan-pelan sudah memahami bahwa jodoh saya yang sekarang itulah pilihanNya. Jika saja menikah dengan seseorang di masa lalu itu, mungkin tidak bisa memiliki kesempatan merantau di tanah Jawa seperti sekarang.

Semua ada hikmahnya. Meski benar-benar sangat membekas dan sulit terlupakan. Memaafkan sudah berulang kali diucapkan tetapi tidak akan pernah bisa melupakannya kecuali ada yang menghapus memori di alam bawah sadar.

***

Well, menjadi pribadi yang pemaaf itu sangat bagus apalagi kalau menjadi pengikut Rasulullah yang sudah mencontohkan teladan yang sangat baik soal ini. Semoga saja makin berjalannya waktu, orang yang salah dengan kita bukan lagi kita yang menyadari terlebih dahulu tetapi yang bersangkutan dan kemudian menyesalinya.

Facebook
Twitter

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *