Search
Close this search box.

Ketika Tak Punya Uang

Sebenarnya bingung juga ini menuliskan kisah ini. Khawatir dianggap membuka aib, tetapi saya coba menuangkannya, siapa tahu ada yang juga mengalami. Bisa juga ada yang akhirnya terinspirasi.

Kondisi tak punya uang bukan hal baru dalam kehidupan. Bahkan sejak dilahirkan memang kita tak bawa apa selain sebuah perjanjian. Ya, perjanjian dengan sang Maha Kuasa bahwa akan menunaikan tugas utama karena diberi kehidupan.

Uang bukan segalanya tetapi dengan uang segalanya jadi terasa mudah

Kalimat di atas seringkali benar dan nyata di depan mata. Namun, sejak kecil almarhum bapak hanya mengajarkan bahwa menjadi orang baik dan berjalan lurus, maka segala masalah akan terselesaikan dengan caraNya.

Saya sudah terbiasa dengan kondisi finansial yang biasa-biasa saja. Bahkan seringkali di sekolah jadi bahan bercandaan teman yang tahu kalau nenek saya orang kaya.

Ya, nenek memang orang kaya tapi bapak tidak mau kalau kami menjadikan itu sebagai sesuatu yang membuat terlena. Kami harus bersikap biasa saja karena memang seperti itu adanya.

Beranjak dewasa, saya jadi memahami bahwa tidak punya uang memang sesuatu yang membingungkan. Apalagi jika tepat ada keperluan. Mau tidak mau harus mencari cara agar tetap bisa terselesaikan.

Nah, apa yang saya lakukan ketika tidak punya uang?

Menunggu Transferan dari Kerjaan

Hal ini saya lakukan jika memang kebutuhan itu tidak terlalu mendesak untuk dipenuhi. Kondisi seperti ini juga melatih saya untuk mengontrol diri. Ya, istilahnya puasa melihat apa-apa yang bisa saja menjadi sesuatu yang ingin dibeli.

Seringnya, transferan masuk memang pas lagi memerlukan. Kalau pun ada kerjaan dan uangnya belum harus dikeluarkan, saya jadikan tabungan.

Memang terlihat aneh, tapi seringnya saya benar-benar tidak punya uang dan transferan masuk begitu saja. Dan sayabjuga sering lupa dengan kerjaan yang saya lakukan. Ketika ada transferan masuk, baru sadar dan ingat pekerjaan apa yang telah saya lakukan.

Pinjam Saudara

Sebenarnya ini pilihan paling akhir sih karena sebisa mungkin saudara dekat apalagi sedarah tidak perlu tahu kondisi seperti ini. Saya berusaha baik-baik saja supaya tidak dianggap “ngemis” atau “bikin repot” keluarga besar apalagi mereka masih tidak menerima kalau saya tidak bekerja di ranah publik lagi.

Seringnya pinjam saudara, pengembalian utangnya jadi sedikit longgar. Nah, alasan ini sebenarnta sebisa mungkin tidak meminjam saudara karena takut terlena dan akhirnya tidak bayar.

Namun, saya selalu diajari suami supaya tidak demikian. Punya utang sama saudara yaa harus segera ditunaikan. Soalnya suami pernah mengalami hal buruk karena meminjamkan ke keluarga yang akhirnya selesai tanpa terbayarkan.

Menjual Apa yang Bisa Dijual

Saat tidak punya uang, menjual apa yang bisa dijual itu salah satu jalan keluar tercepat. Kalau saya di awal pernikahan harus menjual satu stel perhiasan emas untuk membangun bisnis daring via blog atau website.

Menjual beberapa props fotografi yang saya gunakan pun pernah dilakukan. Semuanya untuk tetap bertahan (baca: makan). Apalagi sekarang ada dua anak yang kebutuhannya berbeda tapi sama-sama penting dicukupkan.

Pinjam di Bank

Ini pernah dan semoga tidak akan pernah lagi. Lebih baik mencari teman atau saudara agar proses pengembalian tidak bertambah dengan riba yang perkaranya dibawa sampai akhir nanti.

Memang sih cepat dan seolah sangat membantu. Namun, tambahan bunga itu yang tidak akan bikin tidur pulas karena khawatir selalu.

Khawatir mencukupkan dan pasti hukumannya di akhirat. Riba termasuk salah satu dosa berat. Untuk itu, pinjam di bank harus dipikirkan dengan tepat.

***

Well, ketika tak punya uang memang seringkali membuat rasa yang tak biasa. Namun, karena percaya bahwa Alla selalu punya cara, membuat uang itu sebatas hanya di tangan saja. Karena kalau disimpan di hati, jadinya akan merasakan nelangsa luar biasa.

Ya, saya belajar itu dari almarhum bapak dan sekarang dari suami. Bahkan di saat awal pandemi kemarin yang kami seolah kembali di masa awal pernikahan dengan finansial menyedihkan, semua bisa survive karena ketegaran suami.

“Ayah wes pernah ngerasain duit di rekening itu minus. Buktinya, gusti Allah masih ngasih hidup dan bisa makan. 

Facebook
Twitter

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *