Kenali NPD dan Suarakan #BROKENBUTUNBROKEN untuk Edukasi Lebih Luas

“Mbak Amma, kamu tahu enggak NPD?” tanya seorang teman karena habis melihat banyak sekali informasi soal NPD berseliweran di timeline media sosialnya.

“Tahunya sih cuma sebatas narsis berlebihan saja. Memang kenapa?” tanya saya balik karena memang minim info waktu itu.

“Itu lho ada yang memilih cerai daripada hidup sama orang NPD. Gawat ternyata ya.”

“Hah! Penyakit dong itu?! NPD bisa masuk ranah KDRT enggak sih? Kok ngeri ya sekarang banyak masalah mental yang bisa terjadi. Harus cari tahu nih.”

“Ikutan #KEBIntimateSeries saja. Ada NPD Abuse Survivor yang kebetulan beliau lahir di Surabaya lagi kampanye #BrokenButUnbroken soal NPD ini.” Saran teman yang ternyata waktunya pas anak-anak lagi libur sekolah.

“Okay. Setelah ikutan kita diskusi lagi, yuk!” Ucapku pada teman yang sudah menyarankan ikut mendengar langsung dari #NPDSurvivor ini.

Break the Silence

Bagi seorang Kartika Soeminar yang akrab disapa Mbak Kartika, tidak mudah untuk melepaskan hubungan toksik seperti ini. Pasangannya yang mengidap NPD membuat makin anxiety sehingga untuk pisah atau melakukan hal untuk menjauh dari pasangannya adalah sesuatu yang berat saat itu.

Di satu sisi, Mbak Kartika menyesali karena terlambat tahu soal NPD. Namun, itu tidak membuatnya kemudian menyerah dan bangkit untuk mendobrak sikap diam serta tak berdayanya. Dikelilingi teman-teman yang peduli, Mbak Kartika pun berusaha sekuat mungkin dan saat ini sudah berkeliling kota untuk mengkampanyekan #BrokenButUnbroken.

Campaign BrokenButUnbroken

Bagi Mbak Kartika, cara untuk menghadapi pasangan yang NPD adalah dengan berpisah. Jika ada yang bertanya: “Apakah berpisah menjadi satu-satunya cara?” Pastinya Mbak Kartika memilih itu karena pasangannya sudah membuatnya trauma bertahun-tahun hingga mengganggu mental dan kejiwaannya.

Proses Kartika Soeminar dalam Mengatasi Traumanya

Ya, 23 tahun bukan waktu singkat untuk melupakan setiap kejadian yang pernah terjadi dengan pasangan. Maka beruntung mbak Kartika memisahkan diri dari pasangan yang tadinya diharapkan berubah.

Merasakan love bombing, perhatian yang berlebihan sehingga yang tadinya merasa makin sulit melepaskan diri karena berpikir bahwa pasangannya yang NPD masih sangat menyayanginya. Padahal mencintai dan dicintai juga sebaiknya dilakukan dengan wajar sebab jika berlebihan juga menyesakkan.

“Saya bertahan, saya kira orangnya bisa berubah. Tapi setelah saya tahu bahwa tidak bisa mengubah seseorang kecuali orang tersebut yang mau berubah, sejak saat itu saya pun berusaha untuk lepas dan mencari bahagia saya.” Jelas mbak Kartika dengan semangat.

Mbak Kartika menjalani proses pemulihan dari trauma dengan melakukan berbagai aktivitas produktif. Meski ketika momen mengingat kembali masa-masa suram tersebut, beliau masih meneteskan air mata.

Bertemu dengan psikolog, menulis jurnal dan mengeluarkan single terbaru adalah bentuk-bentuk terapi yang dilakukan sebagai proses mengatasi traumanya. Bahkan saat ini sedang menunggu launching buku yang ditulisnya. Masih dalam proses desain dan bocorannya Oktober 2024 mendatang akan launching di Jakarta. Wow!

Orang NPD Tidak Tahu Kalau Dirinya Mengalami Gangguan NPD

“Orang NPD itu tidak menyadari dirinya NPD lalu kemudian ke dokter atau psikiater untuk berobat. Tidak.” Tegas Bu Probo, sapaan akrab psikologi senior yang juga menjadi narasumber di #KEBIntimateSeries yang membahas NPD kali ini. Kehadiran beliau memang sungguh memberikan wawasan tambahan terkait dengan NPD ini. Apalagi kalau yang merasakannya adalah korban sementara si penderita tidak akan pernah menyadarinya.

Di satu sisi memang akan sangat senang jika pasangan kita memberikan perhatian lebih sehingga bahagia, padahal tidak semua bahagia itu bisa muncul dari sikap demikian. Bahagia itu kita sendiri yang ciptakan sehingga tidak perlu mencari dari diri orang lain.

Bahagia Perlu Diciptakan

Cara Mengenali NPD

“Lalu, bagaimana mengenali pasangan kita NPD atau bukan ya?” Gumam saya dalam hati dan disambut dengan jawaban dari pertanyaan tersebut. Menurut Bu Probo, mengenali NPD itu bisa dengan:

  • Sikapnya yang terlalu pelit dengan keluarga tetapi tidak dengan orang lain karena tujuan awalnya memang pamer. Kalau orang Bugis seringnya sebut orang seperti ini “elo diaseng…”
  • Sering playing victim sehingga kesalahannya justru terlimpahkan pada korban yang memiliki pasangan NPD
  • Manipulatif dengan memojokkan pasangan (korban) sehingga orang-orang akan percaya bahwa yang selalu memiliki kesalahan dan kelemahan adalah pasangannya (korban)
  • Tidak punya empati dengan orang lain
  • Seringkali marah meledak-ledak dengan pola yang sama setiap kali ada pemicu hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan. Inilah yang membuat korban akan makin tertekan dari dampak kemarahan tersebut.
  • Haus pujian pastinya

Dan dari semua yang dijelaskan, memang ciri tersebut mayoritas ada pada pasangan Mbak Kartika selama 23 tahun membersamai. Tentu bukan hal mudah berada di dekat pasangan yang demikian sehingga merusak mental dan juga menimbulkan anxiety secara tidak langsung pada diri Mbak Kartika selaku korban.

“Kok Bisa Orang Mengidap NPD?”

Tidak asap kalau tidak ada api.

Begitu juga dengan NPD. Ternyata NPD itu bukan sulapan tiba-tiba terjadi pada diri seseorang. Nah, lewat #KEBIntimateSeries yang ikut menggaungkan #BrokenButUnbroken inilah saya jadi tahu bahwa NPD dipengaruhi oleh beberapa faktor.

  • Faktor Biologi; oranng yang mengidap NPD bisa disebabkan juga karena kebiasaannya yang temperamen, bisa dari hereditas bahkan memang karena ada kelainan dari sistem saraf yang dimiliki sejak lahir
  • Faktor Psikologi; orang yang mengidap NPD bisa disebabkan oleh gaya hidupnya, terpengaruh dari sistem yang berlaku di keluarganya atau dari pengembangan kepribadian dirinya yang menjadikannya bersikap lain dari manusia normal pada umumnya
  • Faktor Sosial; orang yang mengidap NPD bisa terbentuk dari pola parenting yang diterima sejak kecil seperti sering dipuji berlebihan, parental injuction yang mengakibatkan anak salah tafsir pada pola perilaku orang tua dan juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar

NPD itu adalah

Cara Menghadapi Pengidap NPD

Bagi yang bisa langsung merasakan perilaku NPD dan mengalami ketidaknyamanan, tentu akan melakukan berbagai hal dalam menghadapi. Tidak mudah melepaskan diri (baca: langsung cerai) ketika pasangan menunjukkan tanda-tanda seorang pengidap NPD.

Jika memang sudah melakukan kekerasan di antara keduanya, memang perlu bertindak tegas sebelum raga kita makin rusak. Namun, jika memilih untuk menghadapinya, maka bisa dilakukan dengan tindakan psikologi seperti:

Terapkan Batasan

Ini artinya, jika sudah merasakan bahwa pasangan sudah berlebihan maka bersikap cuek bisa jadi jalan keluar. Sikap ini akan memberikan pemahaman pada pengidap NPD untuk tidak melakukan aksi memojokkan terus-menerus.

Afirmasi Positif pada Diri

Saya pun setuju kalau kata-kata yang kita keluarkan itu sangat mampu membentuk pola pikir, psikis dan perilaku kita. Makanya ketika harus menghadapi pengidap NPD, katakanlah pada diri: “Saya bisa. Saya kuat menghadapinya. Saya mampu menghadapinya.” atau kalimat-kalimat positif lainnya yang bisa ditujukan pada diri agar tetap semangat menjalani kehidupan.

Journaling

Saat Bu Probo menjelaskan bahwa salah satu bentuk terapi untuk meredakan amarah, saya jadi teringat bahwa menulis memang cara ampuh untuk meluapkan kekesalan. Bu Probo menjelaskan bahwa terapi meredakan amarah itu menuliskan segala macam hal-hal yang berkecamuk di kepala setelah menghadapi pengidap NPD.

Ungkapan marah, segala hewan yang ada di kebun binatang atau bahkan pisuhan (memaki ala Suroboyoan) bisa dituliskan. Ditulis dengan berbagai jenis tinta warna. Setelah itu kertas disobek-sobek kemudian dibuang.

Terapi ini mirip dengan journaling tetapi kalau saya pribadi journaling mengarahkan saya untuk menuliskan segala macam isi hati tanpa perlu kemudian disobek dan dibuang. Setidaknya lega karena ditumpahkan tanpa membuat orang lain terluka.

Minta Pertolongan Yang Maha Kuasa dengan Ibadah

Semua agama pastinya menyarankan setiap umatnya ketika memiliki masalah tentu mengadukannya kembali pada yang sang Pencipta. Beribadah yang intens untuk memohon petunjuk dalam menghadapi ujian hidup memiliki pasangan NPD itu juga bisa jadi solusi.

Sebab, tidak ada yang paling mampu menghapus masalah dalam hidup kecuali DIA sang Maha Memiliki Solusi Terbaik untuk hambaNya.

Konsultasi dengan Ahli

Ini juga merupakan langkah menghadapi pengidap NPD karena sesi terapi pelan-pelan akan membawa kita mampu rileksasi dan memiliki cara untuk tetap kuat dan semangat meski setiap harinya berhadapan dengan jiwa-jiwa NPD.

Sebab, bagi sebagian orang akan mengalami yang namanya depresi jika jiwa dan raganya tak mampu mencari solusi dengan menciptakan kebahagiaannya sendiri. Sesi bersama psikolog atau psikiater menjadi jalan terang untuk tetap bisa melanjutkan hidup meski memang tak semudah seperti orang lain yang pasangannya non NPD.

NPD tidak akan menyadari dirinya

Pengalaman Tak Terlupakan Saat Sesi Bu Probo

“Mbak, kok nangismu banter sih?”

Kalimat yang dilontarkan salah satu teman ketika sesi Terapi dilakukan oleh Probo. Awalnya saya cuma mengacungkan diri sebagai volunteer untuk mengetahui bagaimana menghadapi orang yang datang ke kita dengan kondisi emosi yang berlebihan. Emosi di sini bukan hanya marah-marah ya, gaes. Catat!

Terapi bersama Bu Probo

Tangis saya tumpah setelah Bu Probo melakukan sesi terapi itu dan puncaknya ketika dipeluk dari belakang setelah punggung diusap-usap pelan. Ternyata sesi tersebut mampu me-release emosi dari dalam dada. Entahlah sesak yang terasa tanpa tahu bagaimana membahasakannya akhirnya tumpah juga dengan tangis.

Mbak Rahmah punya banyak hal yang dipendam sepertinya. Keluarkan saja untuk rileksasi. Kamu berhak bahagia.” Ucap Bu Probo pelan di telinga.)*

Tangisan itu membuat Mbak Kartika ikut memeluk. Ya Allah, benar-benar saat itu saya sangat plong sekali setelahnya. Pundak dan kepala jadi ringan. Itulah pengalaman paling tak terlupakan dan rasanya ingin lanjut konsultasi dengan Bu Probo meski saya tidak tahu apa yang harus saya konsultasikan, hiks.

Selain itu, bonus terapi lima jari pun diajarkan oleh Bu Probo sebagai langkah untuk tetap tenang dan melepaskan beban emosi yang bisa mengganggu proses kita menciptakan kebahagiaan. Dan pastinya benar-benar #KEBIntimateSeries kali ini sangat berkesan sehingga membuat saya bahagia hari itu.

)* Jika ingin lihat prosesnya, bisa cek reels Instagram saya di @ammachemist ya.

***
Well, sebagai seorang perempuan yang diciptakan dengan berbagai kelebihan dan kekurangan, tentu dicintai dan mencintai adalah hak kita juga. Jangan biarkan orang lain merenggut kebahagiaan itu karena bahagia itu sendiri memang tidak dicari tetapi diciptakan.

Facebook
Twitter

Related Posts

51 Responses

  1. Semoga kita semua dihindarkan dari NPD ini Ya Allah Aamiin. Terimakasih atas informasinya mbak, sebenarnya hal ini memang banyak terjadi, tapi saya baru tahu istilahnya.

  2. Saya baru tahu ternyata karakter atau ciri-ciri diatas adalah sebuah penyakit yang dinamai NPD. dan itu berbahaya. Saya temui banyak sekali yang memiliki karakter atau ciri perilaku NPD seperti di atas, tetapi saya rasa mereka belum menyadari bahwa itu sebuah penyakit dan mungkin butuh bantuan untuk meedakan atau menyembuhkannya.

  3. terima kasih literasi kesehatan mental ini akan sangat diperlukan untuk lebih banyak memahami diri sendiri dan orang terdekat

  4. Kalau udah nangis, jadi lega ya mbak. Keluarin semua beban biar langkah kita jadi lebih ringan. Aku bisa merasakan apa yang mbak Rahmah alami. Kuat ya mbak. Makasih sharingnya karena aku punya pasangan yang playing victim juga dan skrg sedang mencari tahu bagaimana cara menghadapinya. Thanks mbak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *