Siapa sih di muka bumi ini tidak suka dengan jenis makanan yang rasanya manis, asin serta berlemak? Begitu kuasanya Tuhan yang menciptakan indera perasa sehingga semua rasa tersebut menjadi nikmat tersendiri. Apalagi jika urusannya dengan “kampung tengah” dan kepuasan. Namun, sudah benarkah cara mengkonsumsi makanan manis, asin dan berlemak tersebut? Atau masih terlena sehingga sulit melepaskan lidah dari rasa makanan yang memang sangat menggoda selera tersebut?
Jawaban sebagian orang memang akan mengatakan sangat sulit untuk tidak makan makanan manis, asin dan berlemak dalam sehari. Hidup terasa hambar katanya. Hmmm… sebenarnya BUKAN larangan untuk tidak mengkonsumsinya, tetapi MENGURANGI jumlah asupannya ke dalam tubuh. Tujuannya sederhana, hidup bahagia dengan tubuh yang sehat.
Sudah ada Peraturan MenKes nomor 30 tahun 2013 yang menyatakan bahwa konsumsi gula lebih dari 50 gram (4 sendok makan), natrium lebih dari 2000 miligram (1 sendok teh) dan lemak/minyak total lebih dari 67 gram (5 sendok makan) per orang per hari akan meningkatkan risiko hipertensi, stroke, diabetes, dan serangan jantung. Namun sayang sekali tidak sedikit di antara kita yang seolah menutup mata bahkan acuh dengan peraturan ini. Hasilnya, banyak yang terbaring lemah dengan penyakit-penyakit berat seperti yang disebutkan di atas. Tetapi tetap enggan meninggalkan kebiasaan makan gula, garam dan lemak secara berlebihan.
Sebenarnya, saya pun juga pencinta cokelat, es krim bahkan semua yang manis-manis. Apalagi jika dalam keadaan galau, sasaran empuk untuk dijadikan teman adalah cokelat. Ya, kandungan thebromin dan senyawa-senyawa lainnya dalam cokelat bisa memberikan efek anti depresi, mengembalikan mood dan juga mengurangi kelelahan.
Makanan dengan rasa asin pun demikian. Menikmati keripik singkong dengan asin yang menggoda, bahkan keripik kentang yang merupakan cemilan enak (banyak sekali bermunculan di reklame-reklame televisi) pun sepertinya sudah hampir menjadi cemilan pokok yang harus ada di dalam kamar. Nikmat dan serasa dunia milik sendiri 😀
Belum lagi dengan kebiasaan makan masakan asli daerah saya. Hampir semuanya berbahan dasar daging, seperti Coto, Konro, Sop Saudara pun sangat menggoda selera. Dan terkadang harus berjuang untuk mencari makanan-makanan tersebut jika berada di luar kota. Kandungan lemak yang diberikan dari makanan tersebut untuk tubuh saya pun terbilang sudah sangat banyak.
Namun, setelah menikah dengan pria dari luar pulau tempat saya dilahirkan, kebiasaan tersebut mulai berkurang bahkan berhenti sama sekali. Hanya saja jika sedang mudik ke kampung halaman, yaa disantap juga dengan lahap 😀
Sejak berinteraksi dengan keluarga suami (khususnya dalam hal masakan), saya ikut diet garam dan gula serta lemak. Hal ini dikarenakan mertua saya tidak boleh makan masakan asin, manis dan lemak berlebihan. Sehingga pola masak menjadi berubah. Akhirnya, lidah saya pun dari hari ke hari semakin terbiasa dengan masakan yang tidak terlalu asin, manis dan juga berlemak. Lemak, khususnya dari hewani, sangat jarang hadir di meja makan. Namun, bukan berarti bahwa dilarang sama sekali. Justru saya diberikan kebebasan akan menu yang akan saya santap setiap hari. Tetapi, kalau mengingat kesehatan tentu niat untuk mengkonsumsi masakan yang serupa di kampung halaman secara terus-menerus menjadi urung dilakukan.
Jika dirinci, berikut beberapa bahaya mengkonsumsi manis, asin dan lemak berlebihan:
Konsumsi Manis Berlebih
- Obesitas
- Diabetes melitus
- Merangsang tumbuhnya sel-sel kanker
- Menurunkan kadar kolesterol baik
Konsumsi Asin Berlebih
Sudah umum diketahui jika terlalu tinggi kadar garam dalam tubuh akan memicu terjadinya tekanan darah sehingga memicu gangguan kerja jantung. Hasilnya, terjadilah serangan jantung.
Konsumsi Lemak Berlebih
Lemak ada 2 jenis, lemak baik dan lemak jahat. Keberadaan lemak baik tentu sangat diinginkan namun sebaliknya kehadiran lemak jahat justru sangat dikhawatirkan. Lemak jahat mampu menaikkan kolesterol jahat sehingga kinerja jantung terganggu. Apalagi jika proses pengangkutan tersebut dalam jumlah yang begitu banyak. Kebanyakan kolesterol jahat akibat konsumsi makan berlemak akan mendorong terjadinya penyempitan pembuluh darah dan akibatnya terjadi stroke atau serangan jantung.
Manis, asin dan lemak boleh saja asalkan tidak berlebihan. Jarak dengan jenis-jenis makanan asin, manis dan berlemak tersebut senantiasa dijaga (mengurangi). Sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya tentang kadar yang seharusnya dikonsumsi setiap hari. Tujuannya tetap pada gizi seimbang dan pola hidup sehat. Lebih banyak membaca seputar perkembangan gizi (melek gizi), mengolah makanan sendiri (homemade) yang akan dikonsumsi dan berolahraga adalah cara sederhana yang bisa dimulai dari sekarang.
Bagaimana dengan kamu? Masih suka manis, asin dan lemak juga dalam makananmu?
#10HariNonstopNgeblogGizi
Referensi:
- http://mommiesdaily.com/2013/07/24/bijak-mengkonsumsi-gula-garam-dan-lemak/
- Pedoman Gizi Seimbang, Kementerian Kesehatan RI (pdf)
3 Responses
asin masih suka aku mak
Jiahhh baru tau kalo hal seperti ini ada kep menkesnya 🙂
Katanya sih apapun yg berlebihan yah tidak baik ujung-ujungnya, 🙂 thanks for share
kebiasaan buruk sy terkait tentang makanan sejauh ini adalah mengkonsumsi mie instan hampir tiap hari
betapa kejamnya saya sama raga sendiri :((