Perantuan memang tempat yang jauh dari sanak keluarga. Semuanya serba asing dan butuh adaptasi agar tetap bahagia. Cara agar sukses di perantauan memang tergantung dari perilaku perantaunya.
Namun, bukan berarti bahwa kesuksesan itu hanya untuk orang-orang beruntung. Setiap orang punya kesempatan dan semua kembali bagaimana Tuhan menjadikannya semua sesuai dengan harapan.
Flashback Awal Mula Merantau
Saya tidak pernah terpikir untuk pergi jauh dari rumah pada awalnya. Namun, ketika saya ditakdirkan menjadi yatim, saya kehilangan arah karena kepergiannya. Bapak pergi menghadap penciptanya. Terpukul karena saat itu adalah waktu dimana saya sangat membutuhkan kehadirannya.
Beruntung penelitian tesis saya sudah selesai. Hanya tersisa analisis data dan menyerahkan ke dosen pembimbing untuk dikurasi. Namun, semua sempat tersendat karena saya tak punya motivasi.
Lalu pada saat saya ke kampus, tawaran ke pulau Kalimantan datang. Saya diminta mengajar di sana yang katanya bisa membuat ilmu berkembang.
Kalimantan, Perantauan Pertama
Semua berjalan lancar sesuai keinginan hingga tiba saat persaingan muncul. Saya pun digeser karena dianggap kecil dan pendatang yang tidak punya kelebihan (baca: orang yang bisa mengurus untuk tetap bisa di kampus) sementara yang lain punya keluarga dekat yang bisa menjamin.
Saya tidak kecewa karena dari Kalimantan, saya bisa bertemu jodoh. Dari sana saya mengenal kerasnya kehidupan dan tidak boleh jadi orang bodoh.
Kalimantan yang membawa saya bertemu dengan dunia blogging yang lebih luas. Bahkan melihat orang-orang hebat tadinya memicu semangat untuk terus belajar.
Kalimantan, di sana saya mengawali sukses sederhana. Dan cara sukses di perantauan ini tidak lain adalah:
1. Niat yang baik untuk hijrah dan berubah
Ini harus karena semuanya akan berjalan sesuai dengan prasangka. Niatkan untuk berubah, dalam hal ini jadi lebih bahagia. Dengan begitu, semuanya akan mengikuti dan kemudahan pun di depan mata.
2. Rajin menabung
Ini selalu diingatkan nenek saya. Kalau punya penghasilan, jangan dihabiskan semua. Karena masa di rantau tidak akan pernah diketahui seberapa lama.
Jika ada dana, semunya bisa dipenuhi tanpa harus utang sana-sini. Dan pantang utang karena itu akan menyusahkan diri sendiri.
3. Cari teman akrab
Kalau dulu saya lebih akrab dengan mahasiswi yang saya ajar karena mereka sering memberikan informasi seputar kota yang amat asing. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang selalu mengulurkan bantuan ketika saya mengalami kesulitan.
Bahkan ada beberapa yang suka mengajak berkeliling kota, mengajarkan bahasa daerah hingga tidak sedikit menjadikan saya tempat konsultasi, baik masalah akademik atau internal pribadi.
Mereka senang karena saya mudah akrab jika memang atmosfer-nya mendukung untuk itu. Ah, saya jadi rindu.
4. Asah kemampuan
Saya ingat dulu bisa mendapatkan penghasilan tambahan karena kemampuan menjawab soal Matematika dan Bahasa Inggris tingkat SMP-SMA. Saya bisa mengajarkan kedua mata pelajaran ini di samping mata kuliah wajib sesuai latar belakang pendidikan.
Nah, pastikan orang di sekitar memahami kemampuan atau skill kita ini.
5. Mental baja diperkuat
Meskipun banyak kemudahan, ujian hidup tidak akan berhenti. Masalah akan mengiringi. Usahakan berada di rantau, mental tidak seperti kerupuk yang mudah melempem.
Jangan pernah takut menangis, karena ini bukan kelemahan. Meluapkan emosi itu penting agar jiwa punya saluran pembuangan.
Namun, menangis juga ada batas wajarnya. Jangan sampai semuanya ditangisi. Senyumjn aja kata orang-orang yang selalu memberikan motivasi.
***
Well, sekarang bisa tetap nyaman di perantauan bukan berarti tanpa drama. Banyak sekali yang bisa memicu untuk memutuskan kembali dari rantau. Namun, percayalah bahwa setiap badai, di baliknya pasti ada pelangi.
One Response
Kalimantannya di kota mana ?
Jadi orang rantau buat pertama kali pasti home sick ya..kangen keluarga
tapi akhirnya betah juga malah dapat jodoh, berarti ada hikmahnya kak..