Cara Menjaga Kesehatan Mental Ibu Rumah Tangga

Cara Menjaga Kesehatan Mental Ibu Rumah Tangga

Ibu adalah CEO alias Chief of Everything Ra Uwis-uwis 

Kalimat yang masih saya ingat ketika mengikuti sebuah pelatihan ibu-ibu dalam sosialisasi program pendidikan dari sebuah kementerian. Saya yang statusnya punya anak tiga jadi sangat merasa bahwa memang setelah berubah status menjadi ibu hingga dikaruniai tiga orang anak ini, kegiatan jadi tambah banyak. Bahkan saya pun selalu merasa waktu 24 jam tidaklah cukup.

Padahal kalau dipikir kembali hakikat penciptaan ke bumi, sebenarnya tidak perlu memaksakan diri. Kesenangan dunia memang seringkali menipu akhirnya segala hal diporsir berlebihan dan lebih parahnya lagi, jadi sakit fisik dan mental.

Nah, bicara soal kesehatan mental bagi ibu rumah tangga, saya ada beberapa tips yang terbiasa saya lakukan agar tetap bahagia meski memang dari luar orang melihatnya yaa bahagia terus, Alhamdulillah.

Cara Menjaga Kesehatan Mental Ibu Rumah Tangga

Yakini Jika Prioritas itu Menenangkan 

Seringkali saya diingatkan sama pasangan seperti ini:

“Bun, kalau kamu ingat prioritasmu apa, pasti kamu tidak akan sesak, pusing bahkan stress di rumah.”

Ya, sederhana tetap dalam sekali. Prioritas saya saat ini sejatinya adalah anak-anak tetapi tidak dibatasi jika ingin mengembangkan diri di berbagai bidang. Apalagi kalau urusan blogging, mau tidak mau harus tetap dilanjutkan karena habit yang sudah sejak 2008 ini sangat sayang jika ditinggalkan. Apalagi masih menghasilkan dan saat pandemi kemarin memang jadi penolong finansial keluarga kami.

Secara fisik memang lelah mengurus anak-anak tetapi selama tangki cinta anak terpenuhi, feedback yang diterima ke diri sebagai orang tua akan jauh lebih baik. That’s why tetap harus yakin bahwa anak-anak tidak akan selamanya jadi anak-anak. Waktu cepat berputar.

Berhenti Sejenak Jika Penat 

Sama seperti ketika saya lelah menghadapi berbagai karakter dalam setiap perkumpulan manusia yang saya ikuti, melipir sejenak. Saya tidak akan berhenti memberikan semangat pada diri bahwa ada masanya menjauh demi jari, mulut dan pikiran tidak makin jauh melakukan hal yang tidak seharusnya. Menjaga agar dosa tidak bertambah banyak memang dengan menepi dan berpikir bahwa semua yang terjadi di dunia ini memang seperti itulah.

Saya akui kalau dulu memang suka memaksakan diri karena tidak ingin dianggap tidak solid atau apalah sebutannya. Namun, makin berjalannya waktu, memang tidak semua hal harus dikritisi dan tidak semua perasaan harus diungkapkan serta tidak selamanya mampu membuat orang senang. Ya, namanya manusia dengan kondisi hati yang mudah terbolak-balik, hari ini senang sama kita, sedetik kemudian bisa benci bahkan iri karena hal-hal sepele.

Jadi, memang lebih baik menghindar sementara waktu…

Urusan rumah tangga pun demikian. Saya akan selalu komunikasi dengan suami. Jika saya lelah dengan semua pekerjaan rumah tangga, tidur adalah solusinya dan itu tersampaikan ke suami. Mau tidak mau beliau harus memahami karena tahu mengurus anak tiga itu tidak mudah apalagi dengan ketiganya aktif luar biasa.

Nah, inilah salah satu yang bisa menjaga mental saya tetap on track karena tersampaikan dan selalu berupaya mencari solusi masing-masing.

Makan dan Minum yang Disukai 

Kalau lagi butuh mood booster yaa saya mencari makanan atau minuman yang bisa menenangkan. Makan dan minum ini pun tidak perlu mahal. Beruntung sekarang sudah punya lemari es sehingga bisa menikmati air dingin setiap hari. Kalau dulu masih di kontrakan yang lama, setiap butuh minuman favorit, harus berjalan sekian meter karena di rumah belum ada kulkas. Semuanya pun tersampaikan dengan baik ke pasangan sehingga beliau mengerti.

Makanan kesukaan juga tidak harus mahal. Bisa makan mie instan dengan telur setengah matang dan perasan jeruk nipis plus sambal itu sudah salah satu cara menyehatkan mental. Bahkan jika dana memungkinkan, ajak suami makan di warung atau ajak teman yang hobi makan juga untuk hunting kuliner di mall atau di mana saja.

Menulis yang Tak Harus di BLOG 

Tidak satu dua teman yang bertanya pada saya:

“Mbak Amma katanya jaga mentalnya sehat dengan menulis, tapi tulisan blog-nya kok sponsor semua?”

Saya hanya membalas seperti ini biasanya:

“Ah, masa sih sponsor semua? Mungkin yang kebetulan famous dan keluar lebih sering di tampilan homepgae itu yang ada sponsornya. Curhatannya juga ada. Bahkan ada beberapa yang pengunjungnya selalu ada meski tidak dioptimasi.”

Ya, terkadang orang mencari tulisan yang menye-menye. Padahal dari awal sudah saya bilang kalau memang tulisan di blog ini kebanyakan kaku, haha.

Balik ke “menulis” sebagai cara menjaga kesehatan mental sebagai ibu rumah tangga…

Menulis tidak selalu saya tuangkan di blog memang. Ada diary yang biasanya jadi teman. Kadang juga saya salurkan dalam bentuk lain seperti membantu copywriting beberapa komunitas yang saya ikuti. Bahkan mengelola blog juga sehingga tulisan saya ada di sana.

Belum lagi saya memang punya blog dua, terkadang menulis di blog lainnya karena sayang domainnya kalau saya tidak pertahankan. Ya, hadiah pernikahan masa iya saya harus relakan dibeli orang asing, hehe.

Manfaat Menulis untuk Mental 

Kalau ada yang tahu bagaimana perjalanan saya setelah ditinggal bapak, pasti tahu mengapa blog ini selalu ada, media sosial pun tetap terawat. Sebab, di situlah saya bisa meluangkan semua isi hati dan pikiran. Di situlah saya bisa “teriak” dengan kata, menangis dengan rasa.

Jika saja tidak menulis, mungkin saya tidak sampai di titik ini. Bisa keluar dari zona nyaman hingga berperang dengan kehidupan saya sendiri. Andai saja tidak menulis, bisa jadi saya pun tidak punya banyak teman yang senasib dan menuangkannya juga dalam tulisan. Kehilangan bapak itu benar-benar membuat saya terpukul. Menulis menjadi salah satu cara saya menuangkan rasa yang tak sempat kusampaikan pada bapak. Kutulis dengan harapan Allah menjadikannya wasilah bapak dilindungi di alam kuburnya. Pelan-pelan bena berkurang dan bisa berdamai dengan kenyataan.

Andai saja menulis itu bukan hobi, mungkin pula tak bertemu dengan teman sesama pencinta buku, tidak bertemu dengan yang punya hobi fotografi. Bahkan bisa jadi tak bisa bertemu dengan Kumpulan Emak Blogger yang dulu menjadikan saya sebagai salah satu Srikandi Blogger.

Ya, menulis banyak sekali manfaatnya. Bisa menuangkan apa yang tak mampu diucapkan. Bisa menyampaikan pesan yang tak harus berkirim surat dengan biaya sekian. Menulis memang seajaib itu manfaatnya.

***

Well, apa pun cara menjaga kesehatan mental bagi ibu rumah tangga, jadilah support system yang baik. Berikan mereka kesempatan untuk menjalankan apa yang sudah menjadi rutinitas dan hal-hal yang membuat bahagia. Jangan tambah bebannya dengan julid berlebihan.

Facebook
Twitter