5 Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Jepret Objek

5 Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Jepret Objek – Belakangan ini saya sangat senang melakukan aktivitas fotografi. Bukan karena ikut-ikutan, tetapi lebih kepada self-healing karena menjalani hidup sebagai ibu rumah tangga yang merangkap sebagai blogger, rasanya waktu 24 jam itu harus tetap “stay waras”.

Mengenal fotografi sebenarnya sudah sejak 2008 lalu dan langsung diperkenalkan dengan kamera jenis DSLR, yaitu Canon 1000D yang jika teman-teman mengenal saya, maka kamera ini saya sebut dengan “Si Canny”. Nah, sejak perjalanan menyukai fotografi tersebut, saya mengalami masalah dimana elemen sensor si Canny mengalami bercak atau semburat yang sangat mengganggu.

 

Dengan permasalahan tersebut, saya kemudian meninggalkan si Canny beberapa tahun dan fokus pada fotografi menggunakan smartphone. Daan awal 2018 kemarin, saya baru menemukan teman yang juga menyukai fotografi dan bisa menyembuhkan si Canny dengan harga yang sangat murah bagi dompet saya.

Nah, seiring dengan sembuhnya si Canny, jiwa saya terpanggil kembali untuk melakukan aktivitas fotografi ini. Alhamdulillah karena saya tidak pernah sendiri. Selalu ada tempat untuk mencari ilmu dan memupuk semangat. Betapa tidak, menghasilkan sebuah foto yang maksimal, ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bahkan tidak jarang saya harus merogoh kocek untuk ikut sebuah workshop fotografi.

Dan dari semua yang sudah saya lakukan, inilah 5 hal yang perlu diperhatikan sebelum jepret objek:

Check Your Camera!

Kalau istilah teman-teman yang menyukai fotografi menyebutnya dengan “Kawin Dulu dengan Kamera”. Ya, kamera sebagai tools penting untuk mendokumentasikan sesuatu, harus benar-benar diyakinkan sudah diketahui dengan baik.

Jangan sampai ada hal yang belum diketahui, khususnya mengenai tombol yang ada dalam kamera. Karena kamera sebagus apapun jika kita tidak mampu menyelaminya, yakin saja hasilnya akan biasa.

Bagaimana dengan kamera ponsel? Ya, sama saja. Tetap harus cari tahu fitur apa di dalam kamera yang kita miliki saat ini. Because the best camera is that you have on your hand…

Source of Lighting

Ada yang tahu sumber cahaya darimana?

Sudah tahu kalau fotografi itu “melukis dengan cahaya”, bukan? Nah, kalau cahaya tidak maksimal, pikirkan caranya. Diantaranya:

  • Memotret hanya di jam-jam tertentu dimana sinar matahari sedang bagus, adanya di jam 9 pagi dan jam 3 sore.
  • Jika musim hujan, cahaya sedang tidak maksimal, maka kalau saya pribadi, pergunakan lighting Pastikan watt-nya yang tinggi. Namun, bagi saya pribadi yang belum senang bermain lighting buatan, maka saya lebih baik tidak memotret.
  • Hindari memotret malam hari jika tidak memiliki lighting tools memadai
  • Jika berada di tempat dengan cahaya lampu kuning, tidak perlu memaksakan diri untuk memotret. Apalagi jika berada di dalam ruangan atau lokasi seperti restoran dan sebagainya. Karena mengandalkan editing pun harus dengan hasil foto yang sudah maksimal sebaiknya.

Tentukan Genre!

Hmm… ini juga sedang menjadi kendala saya sebab sampai saat ini saya masih suka memotret selain kopi. Mengapa harus menentukan genre? Kata mentor-mentor saya adalah jika memotret sesuatu yang kita sukai, hasilnya akan lebih punya rasa.

Lebih senang memotret kopi

Seperti kopi yang saya foto, memang jauh lebih bercerita dibandingkan ketika saya memotret manusia atau human interest.

Temukan Angle yang Tepat!

Memotret begitu saja pasti hasilnya yaa gitu-gitu saja, bukan? Cobalah untuk memahami teknik mengatur komposisi sehingga hasil fotonya memiliki nyawa, rasa dan pastinya membuat orang tertarik. Selain itu, angle atau posisi kamera dalam menangkap objek harus diperhatikan.

Apakah angle-nya berupa top angle, bottom angle, frog eye dan angle lainnya. Sesuaikan dengan objeknya juga.

Properti Foto

Banyak yang bilang foto apa adanya itu kesannya natural. Saya tidak menyalahkan orang yang berada dan memegang prinsip ini. Karena saya pun sejatinya suka yang natural. Namun, lambat laun dunia fotografi dibanjiri oleh konten-konten foto yang sangat memukau. Dan properti foto sepertinya menjadi sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari seorang fotografer. Apalagi jika genre yang disukai adalah food photography. Properti menjadi sesuatu yang dapat “menghidupkan” foto saat dilihat.

Dengan properti sederhana: Kartu Pos + Notebook + Ponsel

Namun, sebagai orang yang mulai berkecimpung di dunia fotografi tidak perlu memaksa diri untuk membeli semua properti. Manfaatkan apa yang ada di sekitar kita. Tetapi tetap berusaha memperbanyak koleksi properti sebagai bagian untuk mempercantik foto.

***

So, silakan beraksi dengan kamera akan objek yang ada di depan mata. Hasilnya bagus atau tidak, jangan pernah malu untuk berdiskusi dengan yang sudah expert atau sekadar meluangkan waktu mengikuti workshop dan sejenisnya.

Selamat mengabadikan momen terbaik lewat lensa.

Salam,

@katalensaku

Facebook
Twitter

Related Posts

29 Responses

  1. dari semua genre foto aku lebih tertarik dengan potrait, landscape dan macro. Lainnya masih belajar untuk tetap bisa bertahan

  2. Terima kasih tipsnya mbak Amma.. Love deh <3 hahaa.. aku masih males2an praktik motret padahal udah ada kameranya, sekarang jadi semangat lagi nyoba2 motret benda2…

  3. Harus tau genrenya apa ya mbak? Kalau aku apa yaaa? Soalnya masih pingin bisa semuanya, entah landscape, makanan, dll. Tapi memang kita harus fokus ya mbak. Aaaah

  4. Wah suka moto kopi juga mbak? Sama dong kita, tos dulu ah. Aku sepaham dengan 5 hal ini, sebenarnya dari 5 point diatas juga ada konsep foto. Kalau aku selalu konsep dulu, baru nanti diikuti lighting dan props. Yang paling penting itu no 1 kenali kamera sendiri.

  5. Yg peer banget buat sy smpe skrg ituuu adl cahaya. Cm bagus pas jam 10-2 siang. Jd kalo ga punya waktu foto dijam itu ya udah deh.. Bye bye.. Haha. Mgkn perlu beli kamera atau hp baru kali ya. *eh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *