3 Bentuk Kebiasaan Buruk yang Ingin Diubah

Kebiasaan Buruk yang Ingin DIubah

“Ayah, aku kok rasane nyesek ya. Habis nimbrung di grup tapi ternyata pendapatku sepertinya keliru.”

“Risiko berinteraksi dengan banyak orang, Nda. Memangnya bahas apa?”

“Biasa, Ayah. Soal anak dan statusku S2 tapi katanya eman karena gak kerja. Persis sama grup keluarga.”

“Cari circle yang lain. Circle yang saling dukung.”

“Hmm, sudah ada yang begitu. Cuma di grup ini banyak teman-teman yang sudah kenal lama.”

“Harusnya kalau sudah kenal lama sudah tidak mempermasalahkan hal itu. Toh tidak merepotkan mereka.”

“Nah itu dia.”

“Bunda saja mungkin pas buka grup kondisi hati lagi tidak baik. Lelah atau kurang tidur jadinya mudah baperan. Wes turu ae, Nda.” 

Saya pun beranjak perlahan meninggalkan ruang tamu dan masuk ke kamar. Memang sepertinya sifat sensitif ini sangat sering terjadi kalau sedang lelah. Harusnya sih sudah mengukur diri tetapi tetap saja mau nimbrung. Jadinya yaa seperti itu hasilnya.

Inilah kebiasaan buruk yang harus saya ubah. Setidaknya tahu mengukur diri, kalau sedang tidak baik-baik saja lebih baik tidak menyentuh grup-grup percakapan yang isinya random. Apakah ada yang lain? Simak sampai habis!

Bentuk Kebiasaan Buruk yang Ingin Diubah

Kebiasaan Buruk yang Ingin DIubah

Saya akui kalau kebiasaan buruk ini biasanya dampaknya berlarut-larut. Namun, seiring berjalannya waktu maka saya pun berusaha. Berikut kebiasaan buruk tersebut:

Tidak Bisa BILANG TIDAK

Namun, itu DULU!

Sekarang perlahan-lahan sudah bisa. Contohnya seperti:

  • Diajak Bu RT ikut arisan lebih dari satu nama
  • Kamera Mirrorless mau dipinjam tetangga yang saya tahu kalau dia tidak paham fotografi (khawatir kamera rusak karena asal pencet ini itu)
  • Bilang TIDAK saat anak mau beli yang belum jadi kebutuhannya
  • Menolak pekerjaan blog atau fotografi jika memang tidak bisa kompromi dengan jadwal sekolah anak-anak
  • Diajak hangout sampai malam di mall 

Dan beberapa lagi lainnya. Setidaknya saya sudah bisa SAY NO untuk hal-hal yang prioritasnya harus melangkahi prioritas utama, hehe.

Menumpuk Pekerjaan Satu Waktu

Ini nih yang masih terus ada sampai sekarang. Soalnya selalu berpikir kalau raga masih kuat. Ternyata seringnya berakhir dengan tempelan anti nyeri di bagian kaki dan punggung bahkan di dahi, haha. Makanya ini perlu saya ubah segera sebab makin menjelang usia 40 tahun, rasanya memang sudah harus menyayangi diri sendiri dengan tidak menumpuk pekerjaan.

Contoh kecilnya adalah menumpuk tugas blogwalking yang akhirnya kelimpungan dan selesai hingga tengah malam. Tidak hanya itu, kadang juga tugas menulis, desain dan lainnya ditumpuk semua makanya kebingungan dan tidak jarang menangis sendiri di depan leppy ketika jarum jam DL makin mendekat, haha.

Suara Tinggi

Sebenarnya saya juga bingung mau mengubah ini seperti apa. Soalnya bawaan orok, haha. Bahkan keluarga suami yang berasal dari Jawa yang bahasanya halus kadang kaget kalau saya bicara. Saya bicara biasa tetapi suaranya besar jadinya disangka marah atau bahkan bertengkar dengan suami, haha.

Padahal bicara dengan teman sekampung atau siapa saja sudah terbiasa dengan suara tinggi. Alhasil juga kalau bicara sama anak kadang terdengar suami suara saya tinggi jadinya disangka marah ke anak. Jadinya selalu dengar suami bilang begini:

“Wes to Nda, kok muring-muring ae to?”

***

Well, yang sering berinteraksi dengan saya pasti tahu dan hafal bagaimana upaya mengubah semua itu. Tidak jarang curhat via WhatsApp agar sejenak bisa membuka pikiran. Namun, dengan beberapa orang entah seringnya juga bawa perasaan, haha.

Facebook
Twitter

Related Posts

34 Responses

  1. Aku orang yang bisa bilang “tidak” dan tegas nolak kalau ada yang ngutang (apalagi kalau orangnya pernah sekali ngutang dan mbeler) wkwk. Gpp juga pendapatku berbeda dan dibenco org, aku cuek baik.
    Tipsku pakai mantra “selama yang aku lakukan nggak merugikan orang lain, yawda lanjut.” Wes gitu bae lha pokoke hehe.
    Soal numpuk kerjaan ini aku juga masih keder wkwk. Tapi biasanya akhirnya aku suka majuin misal DL tgl sekian aku munduri H-1 biasanya efektif 😀

  2. Merasa ketimpuk banget bacanya Mak. Wakakkakaka. Sama kita, ngomongnya keras, jadi bawaannya kayak orang marah aja.

    1. Kayaknya kalau orang Surabaya atau org yang dari Indonesia Timur nada bicaranya emang keras dan tegas gtu yaa. AKu pun kadang ma org terdekat dikira marah2 padahal kagak, emang nada suaranya gini wkwk

  3. Jujur, yang masih sulit saya ubah adalah kebiasaan menumpuk pakaian yang mau disetrika. itu kan sama dengan menumpuk pekerjaan.
    Kalau bilang NO itu bukan kebiasaan saya sih, saya termasuk orang yang suka tegaan, hihihi. Kalau tidak suka yah tidak suka.

  4. Mengubah kebiasaan untuk bilang tidak cukup susah buat aku. Padahal lagi sibuk-sibuknya, kalau ada yang minta tolong tetep bae bilang yes.
    Soal menumpuk pekerjaan juga, awalnya tuh nanti-nanti, eh kebablasan dan malah makin numpuk.

  5. Bener banget sih. Gak bisa bilang tidak sama suara tinggi itu merugikan kita banget. Suara tinggi itu justru bisa ngasih ke kita efek merasa bersalah dan gak enak hati aja :((

  6. Nomor satu dan dua masih bisa dilakukan tapi yg sulit buatku yg nomor tigaaaa…

    Padahal bukan marah lho, tp emang suaranya agak ngegas dan intonasi suara agak sopran. (Cieee, menghibur diri) Kadang di rumah sering jd perdebatan ama anak dan suami. Jadi klo ada malasah biasanya paksu bakal ingetin “di awal suaranya turunin jadi bass atau bariton dulu”

    Tapi emang semuanya butuh latihan, Mbak! Yuk, yuk semangat ❤️😊

  7. Hihihi aku ketawa pas baca tentang suara tinggi. Ada tetanggaku yang tiap saat mesti bersuara keras juga ke anaknya. Tapi klo tetanggaku itu, anakanya memang bandel dan dia bersuara kerasnya untuk mengomeli anak. Nah, itu klo seharian kok sunyi, bikin aku bertanya-tanya. Ada apa? Sedang pergi atau anaknya sedang sakit? Karena klo sakit si bocah enggak bisa melakukan kebandelan.

  8. Menurutku scroll-scroll sosmed tanpa tujuan yang jelas juga harus dihindari. Karena buang-buang waktu dan membuat kita menjadi tidak produktif.

  9. Ammaaaa, sepertinya kalau ketemu dirimu aku juga akan terkaget-kaget mendengarmu berbicara. Tapi yaaa Amma juga mungkin kaget kalau dengar aku bicara. Kapan ya kita bisa ketemu dan kaget bareng? Wehehehe…..

  10. Aku baru belajar bilang tidak di usiaku yg 20an ini kak, setelah banyak berinteraksi sama orang-orang juga. Latihan mengasah emosi ternyata beda kalau dilakukan sendiri vs dilakukan bersama orang-orang wkwkwk, karena dinamikanya jugaa berbeda

  11. toossss Kak, saya juga ini masih suka tumpuk kerjaan, hasilnya jadi deadliner sejati, otak jadi encer kalau DLnya sudah mevveeet *huffft
    naahh yang ketiga itu juga saya, hmmm sudah dari sononyami memang mungkin karena orang Sulawesi ki.
    yuukk, semangat yuukk moga kebiasaan buruk bisa enyah segera ya Kak 🙂

  12. Procrastination atau menunda-nunda, numpuk kerjaan itu juga jadi masalahku sekarang. Huhuu semangat mengubah diri buat kita!

  13. menumpuk pekerjaan itu kayak tantangan banget sihhh karna kalo ngerjain dikit itu kayaknya nanggung banget hehe, duhh ternyata ini kebisaan buruk yang harus dihilangkan yahhhh

  14. aku juga engga bisa bilang tidak mbak
    susah buat nolak
    tapi pada suatu titik aku merasa harus diubah nih
    kalau engga lama lama jadi bumerang
    makanya sekarang belajar menolak kalau emang engga bisa

  15. Istri saya juga orang jawa dan kadang ga enakan, tapi karena saya orang sumatera, jadi udah terlatih kebal hahah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *