Women In Digital Era dalam Kacamataku  sengaja saya tulis untuk sedikit memberikan motivasi pada kehidupan saya. Mungkin juga bagi siapa saja yang membaca tulisan ini. Secara jujur, tulisan ini untuk memukul keras semangat saya agar tetap bangkit menjadi sosok yang mampu mensyukuri setiap keadaan yang ada.

Women in Digital Era sudah bukan lagi sesuatu yang asing untuk didengarkan. Kemajuan teknologi membuat kiprah wanita menjadi sedikit meluas meski harus berada di dalam sebuah istana yang bernama rumah tangga. Saya adalah salah satu wanita yang terlahir di saat kemajuan teknologi mengalami perkembangan hingga menjadi maju seperti sekarang. Kecanggihan teknologi memaksa dan mendesak untuk lebih berpikir kreatif dan cerdas. Tidak hanya untuk kebutuhan pribadi tetapi juga untuk kebutuhan orang banyak.

Menjadi Dosen Wanita Digital Mampu Memudahkan Proses Belajar dan Pembelajaran

Saya sendiri adalah salah satu tenaga pengajar di Universitas terkemuka di sebuah Propinsi di Pulau Kalimantan. Saya sedikit tertantang untuk bekerja di daerah tersebut. Bukan karena kemajuan teknologi yang belum menyentuh masyarakat akademik tersebut, namun lebih kepada membangkitkan kemauan mereka untuk ikut dalam memanfaatkan fasilitas yang ditawarkan oleh kecanggihan teknologi.

Jujur saja, keinginan untuk menjadi dosen ini adalah sepenuhnya untuk mengabulkan permintaan terakhir dari mendiang Ayah saya. Ketika di akhir hayatnya, beliau berpesan agar saya terus berjuang untuk menjadi Dosen PNS. Hingga kini takdir dan nasib belum juga berpihak pada saya untuk status Dosen PNS. Honorer? Ya, saya hanya terus bersabar mengabdi untuk membahagiakan mendiang Ayah.

Pada Proses pembelajaran, saya menggunakan media pembelajaran, seperti Power Point, Video, dan Macromedia. Kebetulan sekali mata kuliah yang dipercayakan kepada saya adalah Sumber Belajar Elektronik Kimia. Mata kuliah tersebut memancing daya kreativitas saya untuk menunjukkan manfaat dunia internet kepada mereka. Dari situlah kemudian mereka belajar tentang tata cara mencari ebook kimia, artikel, serta mengajari mereka tentang cara membuat power point agar menarik namun tetap fokus pada pokok permasalahan yang dibahas.

Selain itu, saya juga mengajarkan kepada mereka manfaat nge-Blog, dimana itu adalah pekerjaan saya juga yaitu Blogger. Saya mengajak kepada mereka untuk beramai-ramai menuliskan ilmu yang mereka geluti saat ini (Pendidikan Kimia) di blog masing-masing. Bahkan setiap kali saya memberikan tugas kepada mereka, selalu saja harus menggunakan surat elektronik (baca: Email). Secara tidak langsung memancing mereka untuk mengetahui lebih dalam tentang dunia internet itu sendiri. Usaha itu sedikit demi sedikit saya lakukan. Tujuannya agar mereka tetap mengerti dunia teknologi dan tak sekedar hanyut dalam perkembangan fashion.

Gaya Hidup Seorang Dosen Digital yang Juga Blogger dan Istri Seorang Blogpreneur

Sepeda. Salah satu kendaraan yang siap menemani saya kemana saja saya inginkan. Mengapa bukan motor atau mobil? Bagi saya di era digital ini kendaraan itu masih belum saya butuhkan saat ini. Mengapa? Karena di daerah saya masih terkendala dalam pasokan minyak tanah, bensi dan solar. Hal ini sangat mengganggu jika kemudian saya harus tergantung pada kendaraan yang berbahan bakar tersebut.

Women In Digital Era dalam Kacamataku 1

Lagipula, era digital tidak menuntut semua harus dalam konteks mesin atau canggih. Namun efisiensi waktu yang menjadi esensi dari konsep era digital. Dimana semua mudah diakses dan memberikan informasi yang uptodate.

Kembali kepada gaya hidup saya. Saya saat ini tidak pernah lepas dengan yang namanya notebook, modem, smarthphone, kamera digital dan handycam. Mengapa? Ya, karena alat-alat digital tersebut yang mampu menghubungkan saya dengan segala bentuk pekerjaan saya selain menjadi dosen.

Women In Digital Era dalam Kacamataku 2

Blogger adalah profesi yang seringkali menjadikan profesi dosen saya terbantu. Akses informasi dunia digital dapat dengan mudah diperoleh dengan seringnya membaca di situs-situs tertentu dan tentu saja situs tersebut dikelola oleh seorang admin yang disebut blogger atau netter. Menjadi blogger, saya dapat menuangkan ilmu kimia saya dalam sebuah blog dan hal-hal apa saja yang menjadi passion saya. Gadget-gadget yang saya sebutkan tadi sangat berperan penting. Hasilnya, bisa dilihat di http://chemistrahmah.com. Blog yang saya kelola juga tidak hanya satu. Ada beberapa dengan konten berbeda tergantung dari konsep saya membangun blog tersebut. Di era digital seperti sekarang, menjadi blogger ternyata tidak sekedar menjadi luapan ekspresi pikiran lalu menuliskannya dalam sebuah blog, akan tetapi dari blog itu juga saya mendapatkan penghasilan. Sungguh indah menjadi seorang blogger memang. Apalagi Tuhan memberikan rezeki pendukung kepada saya adalah jodoh seorang blogpreneur. Suami saya ini memanfaatkan dunia digital (internet for nge-blog) untuk mengembangkan bisnis desainnya. Desain-desainnya juga saat ini sudah diakui oleh salah satu corporate besar seperti Idblognetwork. Benar-benar dunia digital memudahkan segalanya. Di samping itu, dunia digital seperti internet memberikan ruang sosial media dimana di tempat itulah saya berinteraksi dengan berbagai manusia-manusia yang hebat dengan bidangnya masing-masing. Saling berinteraksi hanya dengan melalui smartphone dengan mereka sangat mengefissienkan waktu, biaya dan tenaga.

Terpisah Jarak Oleh Suami dan Keluarga

Kondisi saya saat ini adalah jauh dengan suami dan keluarga tercinta. LDR alias hubungan jarak jauh harus saya lakoni setiap hari. Namun, itu semua tidak membuat saya kemudian patah semangat dan menjadi renggang dengan mereka. Justru di era digital seperti ini, LDR sudah hampir tidak menjadi masalah. Rasa rindu yang menggunung seringkali terlampiaskan dengan menggunakan beberapa fasilitas teknologi digital, seperti jaringan internet, smartphone dan juga ekspedisi.

Women In Digital Era dalam Kacamataku 3

Internet mampu mendekatkan saya dengan suami, misalnya dengan fasilitas skype dan video chat Yahoo Messenger. Jadi, perkembangan yang terjadi setiap hari dengan diri saya dan suami saya selalu bisa saling dibicarakan layaknya berbicara face to face. Keluarga saya ada di Pulau Sulawesi. Karena mereka masih sulit untuk mengakses internet setiap waktu di rumah, maka smartphone bisa menjadi alat yang penting untuk saling bertukar kabar. Ekspedisi juga demikian. Mengirimkan oleh-oleh atau apa saja untuk wilayah Kalimantan (saya)-Sulawesi (keluarga)-Jawa (suami) itu sangat mudah dan cepat. Jadi, tidak ada halangan untuk tetap membina hubungan harmonis dan cinta antara saya dan suami meski berada jauh dari sisinya.

Tetap Cantik dengan Jilbab

Alhamdulillah, saya diberikan pemahaman agama sejak kecil dari keluarga saya, khususnya Ayah. Ayah seringkali mengajari saya agama, baik langsung maupun tidak langsung. Hingga kemudian hidayah (berjilbab) itu datang tatkala saya duduk di bangku SMA kelas II. Menurut teman-teman saya yang lebih dahulu mengenakan jilbab bahwa saya terlambat. Namun, saya yakin bahwa tidak ada kata terlambat untuk berbuat kebaikan. Meskipun sibuk dengan dunia digital yang ditawarkan oleh perkembangan zaman dari masa ke masa sampai sekarang, jilbab saya masih tetap terpasang cantik jika berada di sekitar orang-orang yang bukan mahram saya.

Apakah cukup dengan jilbab saja? Tentu tidak. Menjaga kebersihan dan kecantikan wajah/tubuh menjadi kewajiban saya. Sebab bersih itu juga sebagian dari iman. Lagipula menjadi cantik agar nyaman dipandang orang itu juga pahala buat kita karena membuat orang lain menjadi senang dan bahagia tatkala berjumpa dengan kita. Dan yang paling penting adalah menyenangkan hati suami. Suami mana yang tidak akan bahagia jika istrinya bisa tampil cantik dan indah dalam pandangan matanya? Hmmm… suami saya-pun demikian.

Women In Digital Era dalam Kacamataku 4

Pada intinya, era digital tidak menghalangi untuk berkiprah, khususnya bagi saya (wanita Indonesia). Wanita memang memiliki keterbatasan apalagi jika sudah berkeluarga, namun keterbatasan itu bukan harga mati jika dikonsep dengan kreativitas dan pengendalian diri yang baik. Maju dan berkembangnya dunia digital saat ini justru seharusnya mampu menginsiprasi wanita-wanita Indonesia agar terus eksis dalam hal-hal yang bermanfaat.

Tulisan ini saya hadirkan untuk mengikuti Fastron Blogging Challenge

lomba blog Fastron

Facebook
Twitter

Related Posts

One Response

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *