Tetap Jadi Manfaat Meski Rekening Sekarat mungkin terkesan memaksakan diri. Namun, bagi kepercayaan yang sudah dibentuk bapak ke anak-anaknya sejak dini. Apalagi bapak sudah tak lagi di dunia saat ini justru menambah semangat untuk terus percaya diri.
Kami memang bukan orang kaya raya. Tak punya mobil untuk bepergian keluarga. Bahkan motor ayah hanya pinjaman kantor dan sudah dikembalikan saat mengurus berkas kematiannya. Namun, kepergiannya meninggalkan banyak pelajaran hidu agar tidak berhenti jadi manfaat untuk orang lain. Terbukti, di hari bapak berstatus almarhum, rumah sesak karena kedatangan pelayat dari berbagai kota lain.
Dari situ saya percaya bahwa nama baik bisa hadir ketika banyak memberi manfaat kepada sesama. Dan itu tidak dipupuk sehari dua hari pastinya. Bertahun-tahun hingga tanpa terasa memberi itu kebutuhan jiwa.
Lalu, bagaimana dengan saya yang hanya seorang ibu rumah tangga? Punya anak dua dan sebentar lagi hadir yang ketiga. Di tengah pandemi yang sempat memporak-porandakan finansial keluarga, apakah bisa tetap menjadi manfaat bagi sesama? Bagaimana caranya?
Itu yang selalu muncul di kepala. Kekhawatiran akan rezekiNya pun sempat jadi diskusi dengan suami saya. Beruntung pola pikir beliau justru berbeda.
“Kalau bunda ragu makan apa besok, itu sudah meragukan Allah Maha Memberi, Allah Maha Kaya. Kalau bunda sedih karena saldo rekening makin sekarat, itu artinya rezeki hanya berupa uang, padahal kita terbebas dari virus yang mengerikan ini sudah rezeki. Bahkan kita masih bisa berkumpul bersama tanpa ada yang diisolasi dan tinggal terpisah. Itu rezeki, Bunda.”
Sejenak tertegun sambil bergum istighfar. Betapa kalutnya pikiran sehingga bisa tergelincir pada pikiran demikian. Padahal pandemi menakutkan sejak awal 2020 bisa terlewati, tentu ketika rekening yang nominalnya makin menipis pasti akan berlalu selama berusaha dengan maksimal.
Nah, sekarang fokusnya bukan di situ. Saat rekening menipis ini dan memasuki bulan Ramadan yang penuh berkah, apakah akan terlewati sia-sia tanpa jadi manfaat dengan berbagi pada sesama?
Tak ada yang tahu usia sampai kapan lamanya. Bisa saja setelah menulis ini pun Allah cabut jika sudah waktu dan keinginannya. Apakah masih mau menunda?
Diuji Masuk IGD Jelang Akhir Ramadan
Ibu rumah tangga yang tadinya sudah semangat untuk melakukan donasi ternyata harus menerima kenyataan sakit dan butuh perawatan intensif di Instalasi Gawat Darurat sebuah Rumah Sakit di Surabaya. Rencana untuk 30 Hari Jadi Manfaat sempat membuat tidak percaya diri. Rekening sekarat ditambah kondisi harus dirawat kembali jadi bahan overthinking. Sedemikian hebat hambaNya diuji keyakinan bahwa dalam keadaan sempit tetap harus bisa jadi manfaat orang sekitarnya.
Maka saya pun akhirnya memaksimalkan diri ketika berada di ruang IGD. Dengan pasien lain yang jenis penyakit berbeda tetapi masih dalam payung Obstetri dan Ginekologi, saya mencari cara agar tidak terpuruk.
Bisa dibayangkan di dalam ruang rawat tak ada keluarga yang dibolehkan menjaga, bahkan suami sekali pun. Belum lagi ada pasien yang meninggal dan teriakan plus tangis yang memecah kesunyian di tengah malam. Suara para dokter yang silih berganti mengutarakan opini medis dan menyemangati pasien malam itu, sempat membuat saya down.
Namun, saya percaya Allah pasti menyayangi saya dengan memanjangkan umur jika saya mau berusaha bangkit dan semangat. Maka saya pun ikut menyemangati pasien yang ada di samping saya untuk tidak takut bersama. Saya mencoba membuatnya tersenyum dengan memberikan camilan yang kebetulan dititipkan suami lewat suster. Dan akhirnya obrolan kami pun berjalan dan mulai akrab.
Tak hanya itu, ketika ada pasien yang merasa kesakitan sementara posisi dokter tak ada di meja jaga, saya berusaha mencari cara agar segera ada yang masuk dan menghampiri pasien yang ternyata sudah mulai kontraksi untuk melahirkan janinnya yang sudah tiada. Ya, ibu itu sabar sekali mengetahui kondisi anaknya yang baru berusia 4 bulan tetapi ada masalah dan meninggal di dalam perut. Saking sabarnya, dia tetap melahirkan layaknya ibu pada umumnya. Lahiran yang tak akan mendengar tangisan bayi.
Hal ringan jadi manfaat buat sesama pasien adalah terus tersenyum ketika bertatapan dengan mereka. Berusaha membantu jika memang mampu. Sekecil apa pun itu. Bahkan memberikan tisu atau sebotol air saja itu sudah memberikan manfaat besar bagi yang menerimanya. Meski dipandang sebelah mata karena “hanya sekecil itu.” Karena bantuan dan memberi manfaat tak sekadar selalu identik dengan memberikan uang rupiah.
Tetap Jadi Manfaat dengan Donasi dari Rumah
Sebagai ibu rumah tangga yang juga bekerja dari rumah dengan menulis di blog, sesekali dapat penghasilan yang cukup nominalnya. Tak ingin melewatkan momen Ramadan, maka saya mencari layanan untuk menyalurkan donasi yang benar-benar tepercaya.
Ya, harus hati-hati juga karena musim Ramadan seperti ini banyak yang menjadikannya penipuan berkedok donasi. Jadi, agar tidak tertipu, perlu teliti. Pastikan semua hal mengenai lembaga penerima donasi itu memiliki track record yang baik selama ini.
Beruntunglah dikenalkan lebih dekat dengan Dhompet Dhuafa. Sebuah lembaga yang memang sudah terkenal amanah dalam mengurus keperluan kaum dhuafa. Berbagai macam jenis donasi berdasarkan tujuan pun bisa dilakukan di sini. Bahkan untuk menunaikan zakat bisa dibantu dengan baik oleh tim Dompet Dhuafa.
***
Well, sekecil apa pun yang kita lakukan selama itu sangat berarti dan dibutuhkan oleh orang yang kita beri, hasilnya tidak akan kecil di mata Allah jika niatnya benar-benar lillahi ta’ala.
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jadi Manfaat yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”
9 Responses
Ya Allah…. Sungguh Maha Besar Allah yg telah memberikan banyaaakkk bgt rezeki buat kita ya mbaaa
Semoga mb Amma sekeluarga selalu sehaatt dan bahagia..Dd memang inspiring bangett
Banyak cara untuk bisa jadi manfaat, walaupun kecil tapi akan memberikan sejuta makna bagi yang membutuhkan apalagi jika dikelola dengan baik. Ini jadi pengingat buat kita semua
Semoga menjadi amal baik mbak amma n keluarga, InsyaAllah selalu ada rejeki di balik kesusahan y, dan sedekah membuka pintu rejeki lebih banyak lagi, amin
Masya Allah, setuju banget nih dengan kalimat tetap jadi manfaat meski rekening sekarat. Banyak hal yang bisa dilakukan untu jadi manfaat bagi sesama ya kak. Semoga kita semua bisa selalu bermanfaat bagi sesama, Aamiin.
Mataku hangat membaca ini. Inget bapak alm yang berpangkat tapi ya secara materi juga nggak punya apa-apa. Amma sehat-sehat yaaa, begitu juga janin dalam kandungan. Iya nih, aku juga masih terus belajar tentang rezeki ini. Keuanganku juga lagi parah, pas anak-anak butuh biaya besar buat sekolah dan kuliah pula. Tapi kalau diingat-ingat, masya Allaaaah, rezeki sehat yang Allah kasih ini luar biasa.
Rezeki itu tidak selalu berupa uang tapi kesehatan, keluarga bahagia, dan memberi tak selalu berupa rupiah melainkan bisa berupa hal kecil yang bermanfaat, Masya Allah semoga mbak dan sekeluarga sehat2 selalu dan sllu dalam lindungan Allah SWT. AMIN
Setuju! Sekecil apapun asalkan diniatkan baik serta iklhas Insya Allah berkah. Apalagi sekarang ini ada banyak fasilitas yang mempermudah kita untuk beramal, yang penting niatnya dulu baik.
Hadirnya dompet dhuafa ditengah masyarakat emang membantu banget, apalagi dari saya sendiri pernah menggunakan dompet dhuafa untuk membantu saudara-saudara yang terkena bencana atau sedang kesulitan untuk berobat. Bangga banget deh bisa ikut ambil bagian membantu dan memberikan manfaat untuk orang banyak…
Alhamdulillah ya Mba. Meskipun kondisi mungkin lagi ada problem, tetep bisa berzakat maupun berdonasi via dompet Dhuafa. Emang sih skrng mah kalau apa2 bisa tinggal scroll via ponsel