Jauh sebelum pandemi menyerang, Ramadan menjadi bulan dengan agenda buka puasa bersama yang selalu dinantikan. Banyak tempat di Surabaya yang bisa dijadikan pilihan. Mulai dari yang ambience-nya romantis hingga aman ketika membawa anak-anak ikut serta menyemarakkan.
Namun, sejak 2020 semua berubah secara singkat. Tak ada yang namanya bagi-bagi takjil di taman terdekat. Bahkan mudik hanya berupa video call agar tetap berjalan dengan penuh khidmat. Teknologi virtual menjadi jawaban akan semua aktivitas manusia di bumi saat ini. Orang-orang akhirnya dipaksa melek teknologi jika tak ingin tertinggal dan akhirnya hilang ditelan bumi.
Kerinduan saya berbuka puasa bersama dengan kolega ternyata masih harus tertahan di tahun ini. Meskipun besok tanggal 25 April 2021, saya mendapatkan kesempatan untuk buka puasa bersama dengan para peserta workshop foto. Hanya saja, tetap rasanya berbeda. Jika bukan untuk keluar dari zona nyaman dalam hal impian, mungkin undangan berbagi itu saya tolak. Atas nama ingin berkembang lebih baik dan terus mengasah kemampuan diri, maka saya melangkah maju atas ijin suami.
Tempat Kuliner Andalan
Andalan di sini maksudnya adalah jenis makanannya masih aman saya makan. Harganya masih masuk akal dan kalaupun mahal biasanya karena ditraktir, haha. Lalu, dimana tempat kuliner andalan saya saat puasa selama hidup di Surabaya?
Taman Bungkul
Di sini saya mulai mengenal yang namanya Rawon Kalkulator. Ada juga menu bakso, gorengan dan jenis makanan lainnya. Saya suka karena suasananya yang rindang ketika sore dan sejuk di malam hari meskipun Surabaya terkenal dengan hawanya yang panas. Di taman ini saya bisa mengajak anak-anak juga bermain lari-larian sepuasnya di lapangan. Namun, saya harus menyiapkan beberapa uang retjeh untuk membeli mainan yang akan membuat senyum di bibir anak-anak.
Warung Pak Umar
Sejak pertama mengenal beliau sebagai mantan chef di salah satu hotel, saya sudah yakin bahwa masakannya pasti enak dan memang demikian. Racikan bumbunya juga pasti bisa mengobati rasa rindu dengan masakan rumahan dengan cita rasa bintang lima. Nah, di sini saya bisa mendapatkan salah satu menu singkong goreng yang sampai sekarang rasanya masih tetap enak di lidah saya.
Harga standarlah asal tidak setiap hari saja karena harus berhemat, haha. Sudah banyak cabang dan baru dua cabang yang saya pernah kunjungi bersama keluarga dan juga teman. Ramadan 2021 ini rindu ingin kesana, tetapi masih banyak hal yang harus kami selesaikan dulu sebelum masalah timbul, hehe.
Restoran Hotel Pastinya Juga Dong!
Mungkin karena saya ndeso ya jadinya bahagia kalau diajak buka puasa di restoran hotel. Bukan karena bisa makan banyak, bukan! Lebih kepada banyak pilihan dan saya bisa melatih untuk menahan hawa nafsu di situ.
Seberapa banyak sih yang bisa masuk ke dalam perut setelah meneguk segelas air putih? Kalau perut saya tidak banyak. Dan senang sekali jika mendapatkan menu yang menurut saya sulit untuk dibuat di rumah.
Namun, pandemi seperti ini harus bersabar karena harus was-was meskipun saya yakin protokol kesehatan tetap dilakukan. Kalau sekali-kali bolehlah. Sejenak mengajak lidah untuk makan makanan yang sedikit lebih kompleks dari segi bumbu.
Jajanan Kaki Lima Sekitaran Rumah
Tinggal di daerah yang sedikit jauh dari jalan raya, membuat jalan kecil di sekitar rumah saya ramai dengan berbagai jenis takjil. Banyak yang memanfaatkan momen untuk berjualan es, gorengan atau nasi bungkus. Bahkan di tengah ramainya yang berjualan, tidak jarang ada yang berbaik hati membagikan menu takjil secara gratis.
Makanya ketika jelang berbuka puasa dan sedang tidak ingin bebikinan di dapur, maka tidak pernah khawatir soal takjil. Melimpah ruah dan tinggal menyesuaikan ketersediaan bujet saja. Namun, diantara yang menjual jajanan, ada tempat yang seringkali kami membeli mendoan di sana. Lokasinya di Petemon Kali, sudah dekat dengan jalan menuju ke Tidar.
Nah, gorengan di sini memang hanya ada 4 jenis, yaitu:
- Mendoan
- Pisang Goreng
- Tahu Isi
- Ote-ote
Saya belum pernah melihat yang lain dari keempat gorengan di atas. Bapak yang menjual sudah tua. Kalau Ramadan seperti ini akan ramai diserbu pembeli sehingga beliau ditemani dua anaknya plus istrinya juga. Lokasinya di depan apotek. Hmm, jangan tanya dulu apoteknya apa ya, mendadak lupa saya, haha. Soalnya jarang beli obat di situ sih.
***
Well, dimanapun tempat kuliner yang menjadi andalan, pastikan ada niat sedikit saja untuk membantu mereka yang menjajakan dagangannya. Doa yang kita panjatkan akan kembali juga ke kita, kok. Bentuknya bisa saja sama, bisa juga berbeda. Tergantung caranya Tuhan mau seperti apa. Dan berhentilah sebelum kenyang agar Ramadan tidak semata-mata hanya persoalan lapar mata dan perut saja.
Sst… ada perbedaan tempat kuliner andalan tahun 2019 lalu karena seiring dengan waktu dan keadaan, memang tak ada yang abadi, bukan?
One Response
aku rindu makan di tempat rame-rame gitu huhuhu semoga pandemi lekas berlalu, aamiin