Surat untuk Diri Sendiri di Masa Depan

surat untuk diri sendiri di masa depan

Menulis surat untuk diri sendiri seringkali hanya sebatas angan saja. Semacam bayangan kalau kelak memang harus berkomunikasi dengan masa depan mungkin sesuatu yang istimewa. Namun, tidak berlu berandai-andai terlalu jauh melainkan terus berusaha yang terbaik yang kita bisa.

Nah, kalau memang mau membaca surat yang saya tujukan untuk diri sendiri, coba simak sampai habis saja postingan ini, ya!

***

Dear, aku… 

Bagaimana kabar hari ini? Apakah aku benar berubah di masa depan? Ataukah ada yang harus aku korbankan (lagi) untuk meraih impian? Jika iya, aku harus berbuat apa lagi?

Sebenarnya aku ingin berjalan kembali ke masa lalu. Banyak yang ingin aku perbaiki. Banyak hal yang ingin aku kembalikan pada tempatnya. Termasuk hati yang entah kenapa saat ini begitu rapuh. Padahal menurut orang-orang di sekitarku, aku perempuan hebat yang dipercaya dengan dua orang anak perempuan.

Ya, aku adalah perempuan berhati terlalu lembut sehingga tampak cengeng, bukan? Sampai detik ini air mata itu selalu saja datang menghampiri. Padahal sudah tahu kalau habis menangis akan pusing kepala berhari-hari, mengapa masih saja terus melakukannya? Apakah aku tidak lelah?

Dear, aku…

Aku senang karena beberapa harapan di masa lalu terwujud satu per satu. Meskipun tidak dalam wujud seutuhnya. Banyak hal yang aku sudah lalui, termasuk menjadi orang lain dengan dalih ingin bahagia lebih lama. Dan pada akhirnya tahu bahwa bahagia di dunia tidak pernah abadi. Hidup biasa saja masih sering dilanda pusing apalagi kalau memegang amanah di sana dan di situ.

Sudah berapa jauh aku meluangkan waktu untuk sejenak memikirkan dan menciptakan bahagiaku? Apakah masih ada yang terlewat atau hati yang tersaikiti olehku? Jawab aku, wahai diriku di masa depan. Apakah aku di masa depan benar-benar meraih sukses yang seharusnya membuat aku bahagia? Ataukah hanya sekadar mengikuti arus dan berhenti ketika ada persinggahan kemudian bertualang lagi tanpa lelah?

surat untuk diri sendiri di masa depan

Eh iya…

Aku sudah percaya diri dengan hasil jepretan dari senjataku. Beberapa tahun terakhir aku sibuk mengasah kemampuan itu. Beberapa sudah percaya dan senang dengan semangat belajarku. Meskipun ada saja yang tidak suka dan menganggap fotoku biasa saja. Itu wajar saja. Karena teman tidak semuanya pun suka dengan setiap kesuksesanku. Dan berharap di masa depan aku jauh lebih siap dengan komentar negatif atau menjatuhkan karena seperti itulah hidup.

Dear, aku

Terima kasih sudah sampai di titik yang sangat hebat untuk saat ini. Aku sudah berani mengambil langkah percaya diri untuk membantu sesama dengan ilmu. Ya, meskipun harus tertatih karena prioritas memang ada keluarga. Terima kasih karena sudah bertahan dan tidak pelit ilmu. Bahkan selalu mencari apa yang baru dan mengumpulkan sebanyak-banyaknya ilmu, baik offline maupun online. 

Jangan sedih lagi dengan kondisi pandemi ini. Jalani saja karena memang sudah kemauanNya yang tidak satupun bisa menghindari. Tetap patuhi protokol kesehatan dan tetap di rumah saja jika tidak ada yang mendesak untuk dikerjakan di luar rumah.

Aku tahu sedih banget tidak bisa melihat keluarga tetapi doa terbaik akan tetap sampai untuk mereka.

Dear, aku

Selamat menjalani Ramadan yang nyaris sama dengan tahun 2020 lalu. Tidak bisa pulang ke kampung halaman itu bukan kegagalan. Anggap saja kerinduan yang terus dipupuk untuk kemudian dirayakan dengan cara terbaik. Teknologi sudah canggih. Internet bisa digunakan. Saling berkomunikasi meskipun tak bisa bersentuhan tangan. Percayalah, Tuhan punya maksud indah di balik semua ini. Tungu saja dengan berbesar hati.

Dear, aku

Kelak jika mendapatkan hal yang kurang nyaman lagi, kembalikan semua padaNya. Jangan berkeluh-kesah pada siapapun yang boleh jadi justru semakin senang dengan yang terjadi. Sujudlah dan minta sang penguasa dan yang mengendalikan ketidaknyamanan itu berubah menjadi lebih nyaman dari sebelumnya. Percayalah bahwa kekuatanNya tidak akan pernah terkalahkan apapun. Buang jauh-jauh pikiran buruk dan kedepankan pikiran positif agar tubuhmu tidak tergerus dan menjadi penyakit.

Selamat menjalani hidup, wahai diriku. Sampai jumpa di masa depan dengan sejuta cerita yang mengharu biru.

***

Well, apapun yang hendak dibahas dalam surat untuk diri sendiri di masa depan ada baiknya menyisipkan informasi sejarah, membagikan di media sosial dan pastinya menyerahkan sepenuhnya pada Dzat yang Maha Baik. Sebab tak ada angin bertiup, daun yang gugur atau lainnya di luar dari kuasaNya.

Facebook
Twitter

Related Posts

27 Responses

  1. .. write for yourself, both your present self whose thinking will be clarified by distilling an idea through writing and editing, and your future self who will be able to look back on these words and be reminded of the context in which they were written.”

    “.. tulislah untuk dirimu sendiri, baik dirimu saat ini yang pemikirannya akan diklarifikasi dengan menyaring ide melalui penulisan dan penyuntingan, dan dirimu di masa depan yang akan dapat melihat kembali kata-kata tersebut dan diingatkan akan konteks penulisannya.”

    Makasiii udah menghadirkan surat untuk the future-self, mbaaa

  2. Selamat menyambut bulan suci Ramadan ya mba… Semoga ibadah kita lancar dan bisa bertemu dh Ramadanbtahun depan, aamiin…

  3. Mbak Amma, kok kayaknya kenal nih Ama fotonya, ini Salfa ya? Hihihi.

    Btw menyentuh banget sih, as always deh, kalau nulis selalu detail.
    Dan mari kita berpelukan, sesama ga bisa pulang, btw ga pulang ke mbahnya Salfa juga kah?

    Kangen mudik ya, tapi dilarang mudik, jadi pulkam aja deh 😆

    Semoga Ramadan kali ini lebih berkah, dan penuh dengan kebaikan serta pahala yang banyak, aamiin 🙂

  4. Surat seperti ini sangat menyennagkan untuk kembali dibaca di masa depan. Pertanyaan2 yang muncul di sana akan terjawab dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.

  5. Surat yang keren Mbak. Tentunya di masa depan ingin menjadikan diri kita hamba-Nya yang lebih baik dari saat ini. Semoga sehat selalu Mbak.

  6. Ungkapan rasa yang menyentuh kalbu. Dari seorang aku yang bertutur sendu, membuat hatiku terhanyut haru. Ahay …. Terima kasih ananda Rahmah.

  7. Hai mba Rahmah, terima kasih untuk suratnya yang menginspirasi…

    Menulis surat untuk diri sendiri, bisa menjadi penyemangat untuk terus menggapai mimpi-mimpi dan terus berusaha terhadap apa yang kita kerjakan…

    Jadi kepikir, kalau menulis untuk diri sendiri yang sekarang, bisa jadi penguat pas baca-baca di masa yang akan datang kali ya?

  8. Menulis untuk diri sendiri memang ada rasa healing juga, sedikit retrospeksi sudah sejauh mana kita melangkah

  9. Mantap, sesekali memang perlu “menulis surat untuk diri sendiri”, sebagai refleksi dan pemulihan jiwa. Aku pernah beberapa kali melakukan ini, tapi nggak rutin, dan seringkali hanya untuk buang sampah jadinya setelah ditulis dihancurkan.

    Sometimes i ashamed to see my own past :’)

  10. Menulis surat untuk diri sendiri menarik banget, aku pernah nih bikin surat buat diri sendiri juga yang bisa dibaca suatu hari nanti. Pas baca lagi isi suratnya, kadang jadi serasa diingatkan kembali apa yang terjadi sama diri kita dimasa lalu, gimana perasaan kita, kesulitan kita, bahagianya diri kita, dll.

  11. In syaa Allah kelak akan menjadi kenangan indah karena pernah ada sebuah masa seperti ini dalam sebuah perjalanan hidup. Sama kaya aku, kak Amma. Kalau nangis berlebihan suka pusing. Tapi tetep, “rasa” ini kalau sudah ingin tumpah, gak bisa ditahan.

    Hiiks~
    Semoga Allah mudahkan lancarkan segala urusannya kak Amma.

    1. Aku jadi teringat drama Hello Me, kak Amma.
      Perjalanan menuliskan surat untuk diri sendiri ini unik sekali. Aku gak kebayang diriku 5 atau 10 tahun ke depan.
      Semoga Allah berikan kesehatan dan keberkahan selalu di sepanjang hayat.
      Aamiin~

  12. Semangat Mba Rahmah, terkadang kita memang perlu self reflect dan terimakasih sama diri kita sendiri karena sudah bertahan sejauh ini. terimakasih untuk surat inspiratifnya mba

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *