Sesak yang Berlanjut merupakan puisi yang lahir beberapa jam lalu. Rasa yang tumbuh ketika seseorang menghadang dengan murka. Mencoba mencari celah untuk membuatnya tersenyum namun yang ada hanya air mata. Mungkin di sana, kebahagiaan telah menyelimutinya. Namun entah mengapa sedih yang terkirim via telepon.
Di sebuah sudut bumi, aku coba mencari udara
Menapaki setiap celah yang mampu memberi bahagia
Menanyakan kepada siapa saja yang kutemui untuk beradu rasa
Ternyata semuanya sama dan masih tetap samaAku berlari dalam sesenggukan air mata
Berdialog panjang dengan hati
Tetap saja sesak semakin terasa
Hingga kupandangi langit hitam membahana
Seolah ikut merasakan sesak hatiGemuruh bersahutan termaknai dengan hujan
Sementara aku masih berlari dan terus berlari
Sembari hati bertanya dan menanti jawaban
Namun sesak semakin menjadiJika kutanyakan, Tuhan sampai kapan sesak ini pergi?
Yang ada hatiku semakin perih dan sakit
Jika kudiam, apakah semua akan menjauhi?
Yang ada hatiku gundah dalam rasa yang semakin terjepitHingga kini
Sesak itu masih di sini
*Surabaya, Maret 2013