Mengharu biru. Rasa yang terpendar usai membaca novel berjudul “Rainbow”. Penulis novel ini adalah Eni Martini. Sosok wanita yang saya kenal pada sebuah grup kepenulisan di facebook. Belum pernah bertatap muka tetapi bercengkrama di dunia maya sudah seperti pernah bersua lama.
Namun, kali ini tak ingin bercerita panjang lebar mengenai kedekatan (meskipun hanya di dunia maya) saya dengan Eni Martini, sang penulis Rainbow. Akan lebih kepada sebuah review (mungkin) untuk novel manis yang sudah masuk ke dalam daftar deretan koleksi buku fiksi saya.
Judul: Rainbow – Akan Selalu Ada Kesempatan Kedua
Penulis: Eni Martini
Penerbit: PT. Elex Media Komputindo
Terbit: Juli, 2013
Halaman: 201 halaman
ISBN: 978-602-02-1609-6
Hidup berumah tangga bukan sebuah babak kehidupan yang mudah dijalani siapa saja. Bahkan sekalipun seorang presiden. Semua akan mengalami yang namanya “cobaan hidup rumah tangga”. Cobaan tersebut akan datang silih berganti dengan kadar yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan pasangan suami isteri (selanjutnya pasutri) tentunya. Sebab Tuhan tak akan memberikan cobaan dimana tidak dapat diemban oleh pasutri. Semua memiliki solusi, hanya saja terkadang pasutri lupa bahkan lebih mementingkan ego masing-masing sehingga janji untuk saling mengasihi, mengayomi bahkan mencintai satu sama lain seakan dipertanyakan kembali.
***
Cobaan kehidupan juga digambarkan Eni Martini dalam novel Rainbow ini. Sebuah kisah rumah tangga terhadap pasutri Akna dan Keisha. Romantika rumah tangga yang masih begitu manis dikecap di usia pernikahan yang masih sangat muda, harus diuji dan digoncang oleh badai yang mempertaruhkan keutuhan rumah tangga.
Keisha. Sosok wanita yang sangat mencintai Akna. Dikisahkan dengan gambaran sebagai wanita yang penuh semangat meskipun sebenarnya ada “kerapuhan”. Kreatif dan selalu ingin move on dari keterpurukan hidup yang dialami. Dan satu yang pasti, ada cinta yang besar bagi diri Akna darinya. Wujud pengabdian hatinya pada Akna, sang suami.
Sementara Akna. Digambarkan sebagai laki-laki cerdas, pintar dan memiliki ketekunan (baca: workaholic) dalam pekerjaannya. Tak jarang pekerjaan kantor bisa dijalankan dengan mudah dan memberikan keuntungan besar pada perusahaan. Sifat romantisnya begitu menyentuh hati Keisha, istrinya. Sosok yang mudah menjadi melankolis tetapi tak bisa dipungkiri bisa berubah menjadi sosok yang keras dan kaku.
Akna dan Keisha, pasangan suami isteri yang harus berusaha mempertahankan keutuhan rumah tangga di saat cobaan mendera. Ketidakmampuan Akna untuk bangkit seperti dulu membuat Keisha menjadi harus lebih kreatif dalam berpikir dan bekerja. Tak ingin larut dalam cobaan yang mendera rumah tangga mereka meskipun air mata tak pernah kering bahkan seringkali harus terbawa emosi dengan keadaan.
Apabila cinta memanggilmu
Ikutlah dengannya, walaupun jalan yang akan kalian lalui terjal dan berliku
Dan bila sayap-sayapnya datang merengkuhmu, pasrah serta menyerahlah… (Hal. 36)
Akna tak pernah bisa menerima atas kekurangan dirinya dan merasa terpukul dengan hadirnya kondisi baru dalam hidupnya. Terpuruk dengan keadaan jobless membuatnya semakin tak percaya diri. Mengurung diri bahkan emosi yang tak terkendali membuat Keisha, sang istri, harus bertindak lebih jauh. Sebab, bagi diri Keisha, berlama-lama dengan sosok Akna sudah tak mampu membuatnya senyaman dulu. Tak ada kehangatan cinta dan sikap romantis yang sering membuat Keisha semakin enggan beranjak dari kebahagiaannya bersama Akna. Semua telah berbeda. Dan keputusan terbaik harus segera diambil.
“Na, selamat anniversary… semoga kita tetap pada tempatnya dan selalu saling mencintai.” (Hal. 41)
Benarkah Keisha benar-benar menempuh jalan “terbaik” dalam persoalan rumah tangga yang mengoyak batin dan raganya itu? Apakah Akna sudah tak mampu mengubah kembali rumah tangga yang ternoda masalah agar utuh seperti sedia kala? Adakah yang mampu menyatukan mereka kembali?
The colors of the rainbow so pretty in the sky
Are also on the faces of people going by
I see friends shaking hand saying “How do you do.”
They really say: “I love you”
***
Kisah Akna dan Keisha membuat saya terduduk dalam air mata. Bukan sedih karena larut dengan kisah Keisha yang begitu kerasnya berjuang dalam mempertahankan rumah tangga meskipun Akna tak sedemikian kuatnya. Justru membuat mahligai rumah tangga saya dan suami seakan mendapatkan “bel peringatan” bahwa cobaan dalam rumah tangga terkadang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Memang saat ini (di usia pernikahan yang masih berjalan menuju 2 tahun) sudah berbagai rintangan yang kami hadapi. Mulai dari menundukkan ego masing-masing sampai pada menerima akan “kondisi baru” yang sebelumnya tidak terbayangkan. Namun semua kembali pada niat kami dalam berumah tangga. Bukan karena dunia semata tetapi ketakutan kami pada-Nya.
Mungkin jika saya berdiri di posisi Keisha akan melakukan hal yang sama. Bahkan mungkin lebih lemah dibanding Keisha. Tetapi semoga saja tidak terjadi. Kami berharap cobaan yang datang dari-Nya adalah bagian penghapus dosa-dosa kami berdua di masa lalu. Kami mencoba ikhlas dalam menjalani kehidupan rumah tangga kami.
Selalu ada pelangi setelah badai hujan. Begitupun problematika sebuah rumah tangga. Selalu ada solusi yang menyertai. Bagaimana mendapatkan solusi tersebut? Jawabannya ada pada diri masing-masing pasutri ^_^
***
Well, keseluruhan novel Rainbow sudah bagus. Meskipun terdapat kelemahan seperti tidak konsisten dalam menuliskan kata mami-mamih, mama-mamah, kekei-keike, ada juga “keseleo” dalam penulisan kata istigfar-istighfar, suuzan-su’udzhan dan masih ada beberapa kata lainnya di dalam novel. Soal pemilihan desain cover, hmmm… masih perlu sentuhan yang lebih cantik lagi agar makna Rainbow dalam cerita tergambar jelas.
Untuk itu, saya beri 4 (empat) dari 5 bintang untuk novel ini.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Resensi “Rainbow”
14 Responses
Kapan yahhh…saya merasakan kehidupan pasutri…
@taufan,
insya Allah segera yah kak ^_^
wuaahhh jadi penasaran ma bukunya 😀
@ervyanti,
ayo dimiliki…
betewe, itu buku yang kita sama-sama cari di Gramedia MP lho…
Selalu akan ada ujian dalam rumahtangga … kalau kita sadar .. insya Allah sampai kapan pun bisa melaluinya. Mudah2an kita semua berhasil melaui ujian apapun yang diberikan.
SUkses yaa 🙂
@Mugniar,
iya bunda…
aaamiiinnn… semoga tetap istiqomah bertahan dalam ujian rumah tangga, sekecil dan sebesar apapun itu…
jd pengen mengecap pahit, manis, n asinx pernikahan….
Kapan ya???
@nunu,
Insya Allah dari sini selalu mendoakan mbak ^^v
makasih mb atas apresiasinya di lomba resensi RAINBOW… ^_^
soal kata Mama-Mamah, Mami-Mamih—-penekanan pada huruh H hanya diucapkan oleh Yanti ART karena memang dia spell’nya sangat Sunda. spt kata, mau kemanah ‘H’ dalam tekanan*heheheh, pokoknya makasih deh untuk resensinya, sukses selalu mba
@Eni Martini,
alhmadulillah, penulis bukunya langsung komentar di resensi ini… #senang
iya mbak, terima kasih pencerahannya… sebagai pembaca memang melihat dari sisi yang dibaca 😀
sukses juga buat mbak Eni ^_^
suka penasaran sama buku yang sudah direview 🙂 good luck ya mbak
@Lidya,
ayuk mbak dibaca juga sekalian…
terima kasih atas motivasinya…
ujian dalam rumah tangga akan selalu hadir…. karena ujian tersebut rumah tangga akan menjadi semakin kokoh………… ^_^
Saya akan selalu mencoba