Nabung Emas di Pegadaian, Siap Cerahkan Masa Depan – Mungkin itulah kalimat yang pas untuk memotivasi saya saat ini. Yap, usia yang sudah masuk di angka tiga puluhan ternyata harus di-partner-kan dengan salah satu BUMN kedua tertua di Indonesia, yaitu Pegadaian.
Sejak kecil saya memang sudah sering mendengar kata Pegadaian. Bahkan waktu SD hingga SMA, saya memiliki teman sekolah yang bapaknya seorang kepala bagian di kantor Pegadaian. Kalau datang ke rumahnya untuk belajar kelompok, saya pasti harus melewati pintu masuk yang bersambung dengan rumah teman saya itu. Dan tentunya ber-say hello dengan karyawan yang sedang bertugas pada saat itu. Tetapi, saya sama sekali tidak peduli apa fungsi dari instansi dengan tagline “Mengatasi Masalah Tanpa Masalah” tersebut. Pikir saat itu, saya masih kecil dan belum boleh ikut campur urusan orang dewasa. *Betapa lugunya saya dulu*
Tahun 2016, tepatnya bulan April kemarin mata dan pikiran saya baru terbuka soal Pegadaian. Terlambat? Ah, tidak!. Bagi saya lebih baik tahu terlambat daripada tidak pernah tahu sama sekali. Saya mendapat pencerahan dari bapak dan ibu yang bekerja di Pegadaian dengan penjelasan yang lebih detail. Bahkan di salah satu seminar RoadBlog10Cities, Surabaya, saya mendengar materi Bapak Hakim Setiawan selaku Deputy Area Surabaya 1, menjelaskan segala hal tentang Pegadaian seperti produk-produk terbaru Pegadaian yang saat ini sedang dipromosikan ke masyarakat. Salah satunya adalah menabung emas di Pegadaian. Hal ini pula untuk memperbaiki pemahaman masyarakat di luar sana kalau Pegadaian tidak hanya melulu soal gadai emas saja.
Flashback Sejenak
Yap, saya gadai emas memang lebih percaya di Pegadaian. Taksiran akan emas yang digadai pun tidak asal. Juga biaya administrasi yang terbilang ringan, yaitu Rp. 2.000 saja. Jatuh tempo harus melunasi emas yang saya gadai pun lamanya 4 bulan. Waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan kembali dana agar emas tetap bisa kembali ke tangan sendiri. Jenis emas apapun bisa digadaikan.
Nah, ini dia salah satu pengalaman gadai emas yang tak terlupakan adalah saat membantu teman (Mbak Ndari) yang dirundung musibah kematian salah satu orang tuanya (ibundanya tercinta), bulan April 2016 lalu. Kematian memang tidak diketahui kapan datangnya. Beliau meminta bantuan dana kepada saya dan tanpa pikir panjang saya pun memberi solusi ke Pegadaian saja, karena saat itu saya pun tidak ada dana lebih untuk dipinjamkan. Akhirnya Bu Ndari ke Pegadaian Syariah yang terdekat dan paling terjangkau saat itu karena wis kesusu (bahasa Jawa: terburu-buru).
Pihak Pegadaian Syariah menaksir kalung dan dua cincin yang dijadikan barang gadai oleh Bu Ndari. Karena ke Pegadaian Syariah bersama suaminya, maka gadai emas diatasnamakan suaminya, Bapak Soekamto. Hasil taksiran sangat membantu karena disebutkan nominal Rp. 3.000.000,- yang sudah bisa digunakan untuk proses penyelenggaraan jenazah, tiket pulang dan pergi Magetan – Surabaya.
Duh, lega banget rasanya saat itu. Bu Ndari akhirnya pun ikut percaya dengan Pegadaian, apalagi misalnya saat jatuh tempo (bulan Oktober 2016) jika dananya belum terkumpul semua, pihak Pegadaian Syariah memberikan penawaran penitipan kalung dan cincin tersebut dengan angsuran Rp. 23.000,-/minggu sebanyak 12 kali angsuran. Bu Ndari dan Pak Soekamto jadi tidak perlu makin terbebani pikirannya.
Mendengar kata nabung emas, saya langsung semakin tertarik karena beberapa hari sebelumnya memang sedang bincang-bincang dengan suami soal planning keluarga kami ke depan. Kalau dulu sih masih santai karena hanya berdua, sekarang sudah ada Salfa, anak kami yang sudah berusia 22 bulan. Tentunya, sebagai orang tua perlu merencanakan masa depan yang cerah untuk anaknya, bukan? Dan kami memilih Pegadaian sebagai partner dalam mewujudkan hal tersebut.
Kepincut Nabung Emas di Pegadaian
Seperti sudah sampaikan di atas bahwa kami sedang merencanakan kehidupan yang lebih baik untuk masa depan yang lebih cerah. Kami pun sepakat menabung emas di Pegadaian menjadi jalan untuk mewujudkan hal tersebut. Maka dengan langkah mantap saya pun berkunjung ke kantor Pegadaian. Hmm… mungkin sudah digariskan Tuhan untuk ber-partner dengan Pegadaian, soalnya kantor cabangnya pun sangat dekat dengan kediaman kami di wilayah Petemon Barat. Ibarat lagu “Pacar 5 Langkah” maka Pegadaian pun sedekat itu dengan kami saat ini. Jadi, tidak perlu mengeluarkan effort yang begitu besar untuk menjadi nasabah Pegadaian.
Hal lain yang membuat saya tertarik menabung emas di Pegadaian adalah simple dan tidak memakan waktu lama. Bahkan saya bisa menyetorkan dana kapan dan berapa pun untuk tabungan emas ini. Bisa setiap hari, setiap minggu, pokoknya terserah dari kita sebagai pemilik tabungan emas tersebut. Blogger seperti saya dan suami yang fokus pada bisnis percetakan pun tidak merasa terbebani harus menyetorkan sekian rupiah untuk jangka waktu tertentu. So flexible…!
Berikut beberapa langkah yang saya lakukan saat membuka tabungan emas di Pegadaian:
- Saya hanya mengeluarkan dana Rp. 50.000,- dimana uang tersebut sudah termasuk setoran awal + biaya administrasi dan nilai pembelian emas sebesar 0.0710 gram. Dana Rp. 50.000,- itu dari keinginan saya pribadi yang ingin langsung menyetorkan di atas biaya pembukaan tabungan emas yang hanya sebesar Rp. 5.000,-
- Mengisi data
- Menunjukkan KTP
- Menunggu 10 menit
- Buku tabungan emas saya sudah jadi dan siap untuk diisi seterusnya
Kapan Emas Saya Bisa Dibawa Pulang?
Nah, ini pertanyaan yang saya tanyakan pertama kali saat membuka tabungan. Jawaban Pak Danu Purwito selaku Pimpinan Cabang Petemon Barat pada saya saat itu adalah ketika konversi dana yang saya setorkan sudah senilai dengan 5 gram emas. Namun, saya bisa mengambilnya dalam bentuk uang kembali atau emas. Bahkan bisa hingga nilai emas mencapai 10 gram. Terserah saya. Lagi-lagi Pegadaian membuat saya makin yakin untuk terus menabung.
Bagaimana dengan Harga Emas Saat Dijual Kembali?
Pertanyaan ini diajukan oleh nasabah lain yang kebetulan ikut mendengarkan penjelasan Pak Danu soal tabungan emas pada saya. Harganya tetap mengikuti harga pasaran saat itu. Kalau kebetulan harga emas tinggi dan ingin menjual, Pegadaian menerima dengan senang hati. Yap, namanya juga mengatasi masalah tanpa masalah. Kalau ada masalah yaa bukan Pegadaian namanya.
Tanya jawab dengan Pak Danu memang menyenangkan. Sesering apapun saya datang, beliau tetap memberikan jawaban atas apa yang saya tanyakan. Wajar sih, masa kerja beliau sudah 8 tahun. Dari sebelum menikah hingga sekarang sudah punya anak. Hihi… saya mah gitu, suka nanya sampai ke ranah lain, Oppss.
So, masih ragu menentukan langkah untuk masa depan yang lebih cerah? Kalau saya sih nggak lagi karena sudah nabung emas di Pegadaian.
11 Responses
Heheheee masnya narsis juga. Tapi memang oke kok program pegadaian ini.
Oh ada buku tabungannya ya? Enak juga.
Tabungan emas memang mencerahkan masa depan ya mbak 🙂
wah kayanya aku perlu mencoba nih mbak, udah sempat disaranin pak suami, tapi belum ku coba
aku udah dong bikin, tapi buku tabungannya belum datang ke rumah nich,
sama sama kepegadean, beda sama saya, saya mau gadaiin sesuatu di sana, hehe
aku baru tau nih ada program ini. Oke juga yaaa mba
enggak ragu dong Mbak, saya sudah jadi nasabah Pegadaian selama tujuh tahun nich
Wah, bisa dicoba nih. Tapi setornya harus datang ke Pegadaian ya, Mbak? Nggak bisa transfer dari bank lain gitu? 😁
Harus ke Pegadaian Mbak soalnya bukunya kan mau dicetak…
Ooh gitu.. baru baca sekarang 😀
Kayanya aku tertarik nih, Mbak 🙂