Mencicipi Coto Makassar Daeng Mochtar di Surabaya – Masih teringat percakapan saat hamil dengan Mama saya di kampung (Maros, 17 km dari Makassar).
“Mama, mau sekalika’ makan Coto.”
“Tidak bisa itu dikirim, Nak. Nanti basi bumbuna.”
“Nanti pale kalau ada yang bisa bawa langsung saya hubungiki’”
“Tidak adakah penjual Coto di sana?”
“Tidak adapi kudapat yang enak, Mama. Malawi semua kuah Coto-na.”
“Sabbarano, Nak. Ka tidak bisaki’ juga apa-apa ka jauh sekali Surabaya.”
“Iye’. Ini Mas Adi masih cari-cari ji info penjual Coto enak. Biar tommi mahal ka macinna sekalika’.”
***
Hmm… ada yang memahami percakapan saya dengan Mama di atas? Kalau iya, berarti sudah bisa saya ajak bicara juga dengan bahasa tersebut. Intinya, saya ngidam makan Coto Makassar namun saat itu (tahun 2013) saya masih terbilang baru di Surabaya. Masih perlu banyak tahu. Salah satu yang terpenting bagi saya adalah penjual masakan khas Makassar yang pasti ada saja di Surabaya. Hanya saya yang memang belum mengetahui.
Adalah suami saya (Mas Adi) yang berusaha browsing warung atau restoran dengan menu Coto Makassar. Ternyata tidak tega juga melihat saya dengan kondisi ngidam seperti itu. Dan dengan usaha yang gigih, akhirnya Coto Makassar dengan rasa yang pas bisa ditemukan juga.
Coto Makassar Daeng Mochtar nama warungnya. Pertama kali membeli, suami berangkat sendiri. Pulang ke rumah sudah membawa dua buah ketupat dan satu porsi Coto Makassar. Saya pun bertanya soal harga, suami tidak mengatakannya saat itu. Pada saat ngidam, saya ingin makan Coto Makassar hingga 3 kali. Sebenarnya dalam hati (jika kondisi memungkinkan) ingin mengkonsumsi lebih banyak. Akan tetapi usia kehamilan yang beranjak di atas 5 bulan, saya harus stay di rumah mertua. Sekitar 2-3 jam dari Surabaya dengan kendaraan umum (bus) jika tidak macet. Untuk mendapatkan Coto Makassar menjadi jauh lebih sulit. Akhirnya hanya menekan keinginan tersebut dalam-dalam.
Sekilas tentang Coto Makassar Daeng Mochtar di Surabaya
Pemilik warung Coto Makassar ini mengaku asli dari Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Memulai berjualan Coto sejak Januari 2000. Artinya sudah sebentar lagi genap 17 tahun. Sudah lama banget… Soal rasa, kuahnya benar-benar pas di lidah saya. Kentalnya sesuai dan rasa rempahnya pun sama dengan Coto yang asli di Makassar. Hmm… ini boleh jadi karena yang menjual adalah berasal dari suku Makassar asli.
Harga Coto Makassar Daeng Mochtar di Surabaya
Soal harga, memang sedikit lebih mahal jika dibandingkan dengan harga di kota aslinya, Makassar. Namun, menurut saya tetap wajar karena rasa, potongan daging yang besar dan porsi sesuai. Untuk porsi kecil Coto Makassa Daeng Mochtar ini dijual dengan harga Rp 22.000,-/porsi, sedangkan porsi besar harganya Rp 44.000,-/porsi.
Kalau di Makassar, Coto selalu disantap dengan ketupat. Namun, saya perhatikan di warung Daeng Mochtar ini, Coto Makassar dihidangkan dengan ketupat, gogoso’, dan buras. Untuk porsi kecil, saya biasanya menghabiskan dua ketupat atau satu ketupat dan satu buras. Bagaimana dengan gogoso’? Hmm… makanan satu ini saya sedikit hindari karena dibuat dari ketan. Tahu sendiri kan kalau beras ketan sangat rentan dengan lambung bagi penderita maag. Oiya, harga ketupat dan buras masing-masing Rp 2.000,-/biji.
Menyantap Coto Makassar biasanya dengan minuman apa? Karena warung Daeng Mochtar belum menjadi restoran, maka minuman yang disediakan pun terbatas. Tetapi bagi saya pribadi, setelah makan Coto memang sebaiknya mengkonsumsi banyak air putih atau perasan jeruk. Tujuannya untuk melancarkan lemak agar tidak hinggap terlalu lama di bawah kulit. Nah, warung ini menawarkan minuman teh dan air jeruk yang boleh diminta dalam keadaan hangat ataupun dingin. Jika ada yang ingin air mineral pun ada. Untuk minuman dibanderol dengan harga Rp 7.000,-.
Nah, karena suami saya orang Jawa dengan kebiasaan makan yang harus ada kerupuk, warung Coto Makassar Daeng Mochtar pun menyediakan ragam kerupuk.
Alamat Warung Coto Makassar Daeng Muchtar
Ingin mencicipi Coto Makassar dengan rasa yang pas ini juga? Boleh banget… datang aja ke Jl. Raya Kupang Indah, Surabaya. (dekat dengan Resto Cak Gundul). Warung mulai buka pukul 18.00 WIB. Jadi, pas banget buat dinner.
Pastinya, meskipun warung sejenis kaki lima, Coto Makassar Daeng Mochtar enak dan recommended buat teman-teman yang mengaku suka kulineran… dan saya nggak bakalan galau lagi jika tiba-tiba ingin makan Coto. Nggak perlu menghubungi Mama hanya untuk curhat galau soal Coto.
40 Responses
Aku jadi pengen makan coto Makassar nih mba Ama setelah membaca tulisan ini. Aku baru tahu di Makassar ada coto Makassar Daeng Mochtar yang enak ini. Ntar kalo ke Surabaya aku ampiri deh 🙂
Awwweeee, kodoong yang lagi ngidam coto saat itu. Untung dapatji dii Mak, klo ndk be’be mi elo na, heheh.
Klo dilihat dari penampakan gambarnya miripji tawwa coto di Sulawesi di, Makassar dan sekitar.
Btw, bagaimana dgn menu lainnya? Sama tonji kah? 🙂
Di Semarang ada resto Daeng Baba, aku udah nyobain cotonya. Ueenakk ya, rempahnya kerasa banget. Tapi emang kuahnya kentel banget, agak2 guilty gitu klo habis makan hahahaa… Eh besoknya nagih pengin lagi.
Kalau di Daeng Baba ada es pisang ijonya juga. Aku pesannya yang small aja. Ga sanggup mbayangin, habis makan seporsi coto+ketupat, trus pesen es pisang ijo porsi gede. Bisa meledak ntar perut :))
Dulu, aku gak suka banget makan coto. Karena memang gak suka makan daging, nah pas waktu teman ngajak ke resto coto Makassar dia maksa makan, mau gak mau karena menghargai aku coba. Dan, ternyata enak. Hahah walau sebenarnya gak doyan but at least kuahnya yang bikin saya jatuh hati.
Aku seumur-umur blm pernah makan coto makassar. Sebenarnya jarang suka yang kuah2. Kudu ada teman makan, gak boleh sendiri
Ga harusjauh jauh ke makasar ya mba. Di situ sudah ada. Bikin kulineran di sana makin beragam
Awwi sekampungki pale.
Susah juga yah makan coto Makassar di Surabaya. Untungnya suami tercinta berjuang demi istri tercinta.
Salam kenal dari Makassar.
Sampai saat ini aku belum pernah merasakan lezatnya Coto Makasar. Lagi laper terus baca postingan ini lalu pengen makan Coto Makasar deh jadinya. Tapi kayaknya di Kendal nggak ada yang jualan Coto Makasar. Baru tahu juga kalau harga Coto Makasar itu terjangkau karena harganya di bawah lima puluh ribu Rupiah.
Nostalgia ka bacai tulisan ta Kak, ahahahaha. Kangeeen Palopo, padahal baru hitungan bulan pindah dari sana. Yang paling kangen tentu saja kapurung, dan ndak ada yang jual sagu di sini. Hiks.
Kalau coto masih bisa lah dicari ya, ke Jakarta banyaak yang jual dengan rasa yang nggak kalah dengan di Makassar. Tapi kalau kapurung, kemana harus kucari?
Aku belum pernah makan Coto Makassar nih huhu tapi liat foto diatas kayaknya seger ya kuahnya apalagi makan pakai ketupat jadi tambah pengen coba.
Senang banget yaaa, kalau di rantau menemukan makanan khas daerah yang rasanya enak dan membawa ke suasana tempat asal. Jadi penasaran euy, rasa coto makasar tu kek mana, soalnya semua orang Makasar merekomendasikan makanan yang paling khas ya coto ini.
ahh murah meriah, cuma 22 ribu… enak banget kayaknya jadi pengen
aaaaaaaa… jadi lapar pengen coto makasar, uda lama banget gak makan coto makasar 🙁
Makan Coto Makassar memang lebih enak dengan ketupat ya mbak? Aku belum pernah nyobain Coto Makassar soalnya 🙂
Yup, kurang sreg sama nasi
Mungkin kebiasaan dari kecil
Waktu ke Surabaya kmrn PP sih mba ..pagi dth mlmnya hrs blik Jakarta jd blm smpt explore next mesti ini cobain cotto Makasar Surabaya