Komunikasi visual memang tidak terlepas dari menariknya sebuah gambar. Foto, eflyer, poster, banner atau apa pun yang menjadi sumber informasi, pasti butuh sentuhan dalam desainnya. Tak sekadar cantik, padu padan warna yang ciamik tetapi juga tata letak dan pemakaian elemen pun perlu diperhitungkan.
Tidak semua desain itu butuh menampilkan banyak warna, informasi dan sejenisnya. Desain yang menarik dan bagus itu adalah yang mampu menyampaikan pesan dan sesuai dengan tujuan sebuah informasi, event atau apa pun kepada yang melihatnya.
Begitu juga dengan blog. Ya, kali ini Komunitas ISB mengajak anggotanya yang ingin belajar skill mendesain sebagai bagian untuk memperindah dan menaikkan level blog. Nge-BLOG memang gak sekadar menulis lalu posting, tetapi menggunakan desain Canva sebagai bentuk komunikasi visual itu sangat penting juga diperhatikan.
Tak hanya artikel terlihat lebih nyaman, tetapi juga membuat pembaca lebih betah menyelesaikan artikel yang dibaca dalam blog kita. Kalau sudah seperti itu, pastinya engagement dan traffic blog akan jadi lebih baik.
Desain dengan Canva, Semuanya Ada
Tidak hanya bisa desain ilustrasi, buku, poster, Canva juga menyediakan template dan ukuran untuk membuat header blog bahkan desain-desain yang bisa menjadi infografis dalam artikel.
Ada yang sudah jadi sehingga bisa kita modifikasi sedemikian rupa agar tidak sama persis dengan template buatan content creator yang ada di Canva tersebut. Bisa juga kita mulai buat dari awal dengan bantuan elemen yang bisa dicari sesuai dengan kata kunci kebutuhan kita.
Kalau dalam webinar tersebut, slaah satu contoh yang diberikan adalah membuat infografis tentang kesehatan mental. Dengan narasumber yang sudah menjadi Canvassador, mbak Tuty Queen, beliau menjelaskan dengan detail bahkan memberikan contoh bagaimana membuat desain dengan template yang sudah ada dan dimodif sesuai dengan kebutuhan yang ingin disampaikan.
Font, elemen, warna dan hal-hal yang dibutuhkan itu sangat bisa didapatkan dari Canva. Ada yang berbayar (Canva Pro) ada yang juga gratis alias tidak perlu memiliki akun Canva Pro.
Lisensi dan Batas Pemakaian Elemen dalam Canva
Sudah bertahun-tahun menggunakan Canva, saya pun menanyakan perihal lisensi terkait pemakaian elemen dalam desain yang dibuat. Apakah boleh diperjualbelikan atau tidak. Akhirnya saya menemukan jawaban yang makin menambah semangat saya dalam mendesain apa pun.
“Bisa dijual, Mbak. Asalkan dalam desain tersebut tidak menampilkan elemen tunggal saja. Jika dipadupadankan dengan elemen lain, seperti gambar, huruf atau elemen apa saja yang ada di Canva, maka itu bisa dan legal.” Jawab mbak Tuty saat di sesi tanya jawab.
Ya kebetulan saya dipercaya untuk mendesain kartupos dalam rangkan 20th Anniversary Postcrossing, sebuah kanal pertukaran kartu pos seluruh Indonesia yang bulan Juli nanti akan dihelat di beberapa kota dan negara secara serempak. Nah, kebetulan saya ada di regional Surabaya dan mendesain untuk meet up area Surabaya.
Kartu pos yang sudah saya desain akan dipesan sesuai jumlah yang diingin para Postcrosser. Dan bahagaianya lagi bisa diikutkan lomba desain kartu pos dalam rangka ulang tahun Postcrossing yang ke-20 tersebut.
Ini desain kartu pos yang saya desain tersebut. Alhamdulillah proses membuatnya ada sehari karena memang ada tema yang harus menjadi pedoman saat membuatnya. Menurut teman-teman bagaimana? Hehe…
Canva Sangat Mempermudah Visual dalam Artikel BLOG
selama mengenal Canva, selama itu juga BLOG saya tidak lagi posting foto secara langsung. Maksudnya saya perlu sentuhan agar foto yang copyright-nya adalah diriku, tidak langsung di-save orang lain dan bisa jadi disalahgunakan. Kalau ada sentuhan Canva yang bisa mencirikan gue banget itu sudah bisa terlihat, “Ooo, ini style mbak A, mbak B dan seterusnya.”
Meskipun memang bisa saja ditiru plek ketiplek, tetapi balik lagi bahwa etika seseorang pun adalah tanggung jawab masing-masing. Mau diberi sanksi sosial ya kalau dalam diri tetap mau meniru dan langsung comot saja sih tidak akan berubah, hehe. Tetap saja jahat.
Berikut beberapa desain yang saya buat untuk pemanis artikel di blog antara lain sebagai berikut:
Sederhana karena menampilkan foto dan keterangan terkait produk. Jadi tidak hanya sekadar menampilkan foto produk saja tetapi menjelaskan maksud yang ingin saya sampaikan terkait dalam foto tersebut.
Kalau langsung masukkan foto saja dan diberi penjelasan dalam artikel, mungkin tidak semua membaca. Namun, kalau melihat keterangan gambar, biasanya akan mencari keterangan lebih detil pada penjelasan di bawahnya.
Selain itu, saya juga sangat suka mengutip kalimat menarik yang mudah diingat dari narasumber dan saya tuangkan dalam desain. Contohnya seperti ini:
***
Well, terus belajar Canva itu candu. Selalu ada hal unik yang bisa diulik. Senangnya karena komunitas ISB bisa memberikan fasilitas belajar untuk anggotanya apalagi tidak berbayar. Harapannya, makin banyak kelas seperti ini dari ISB yang bisa terus mengajak anggotanya untuk upgrade lebih banyak ilmu lagi dan diaplikasikan sesuai dengan profesis sebagai blogger.
3 Responses
Aku malah sekarang lagi ada di ‘titik kodak’ euy. Alias suka males belajar lagi hal-hal baru, ngerasa apa yang udah kuasai selama ini cukup, dan males buat bikin kurva belajar baru lagi. Contoh kayak canva ini, sebenarnya kan memudahkan yaa.. cuma gatau kenapa, sampe sekarang masih males aja, maunya ngedit tuh pake Photoshop sama Illustrator terus, yang sebenernya gak praktis sama sekali.
Heuheu, tahun ini moga aja yaaa aku bisa tergerak buat lebih banyak belajar seputar canva.
Canva itu beneran ngebantu orang-orang amatiran kaya aku Mbak Ama..
Apalagi kalau diminta artikelnya cepet tayang, sementara nggak punya waktu ngedesain, canva bisa jadi solusi.
Padahal sore itu aku pengen ikutan kelasnya mbak Tuty, tapi kok ya rempong ngurus berkas buat daftar ulang sekolah bocil.
Nasib, nasib…
Ahh, moga bisa ikutan lagi next eventnya ISB.. 🙂
Ilmunya Mba Tuty sangat aplikatif jadi terarah aku saat gunakan Canva