Giveaway Blog: Masa Kecilku, Gugup Masuk TV

Giveaway Blog: Masa Kecilku, Gugup Masuk TV adalah episode masa kecil yang sengaja akan saya angkat dalam postingan kali ini. Namun sayang sekali karena foto-foto tersebut tidak lagi tersimpan dalam album kenanganku. Seingat saya pernah dipinjam oleh teman-teman SD untuk di scan, tetapi sampai detik ini foto itu masih belum kembali.

Masa kecil saya fokuskan pada masa saya duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), tepatnya di SD Negeri 1 Maros, Kabupaten Maros, Propinsi Sulawesi Selatan. Sekolah yang di dalamnya terdapat beribu warna dan cerita sejak tahun 1991-1997.

Sejak kelas 1 SD, saya sudah digenjot oleh mendiang Ayah untuk belajar. Bahkan seingat saya, di bangku Taman Kanak-Kanak, Ayah sudah menggencarkan pendidikan yang luar biasa ketatnya padaku. Mulai dari berhitung dan membaca plus kecakapan dalam berbahasa Inggris. Jika dilihat pada masa kecilku, sudah tidak ada bedanya seperti anak-anak sekarang dimana di bangku SD, anak-anak sudah dibekali pengetahuan bahasa asing di jenjang SD kelas 3. Beruntung juga rasanya punya Ayah yang peduli dengan pendidikan saya.

Keseharian saya adalah rumah-sekolah-rumah. Jika ingin bermain, seringkali teman-teman saya yang diajak Ayah untuk ke rumah. Alasan Ayah saat itu sedikit aneh menurut saya, yaitu nanti saya “diculik orang”. “Hmmm… mungkin Ayah sangat sayang padaku jadi tidak boleh keluar kemana-mana selain ke sekolah,” ujarku kala itu di dalam hati. Tetapi walhasil semuanya berdampak positif. Keseriusan saya dalam belajar dan kegigihan Ayah mengajari saya berbuah juga. Saya dan kedua teman saya yang lain (Indah dan Isma) terpilih mewakili SD Negeri 1 Maros untuk Cerdas Cermat tingkat SD.Pada saat itu saya duduk di bangku kelas 5 SD.

Giveaway Blog: Masa Kecilku, Gugup Masuk TV 1

Sorak-sorak bergembira ramai pada saat itu. “Masuk TV, Horeeeeee!!!”. Teriak kami bertiga. Padahal seharusnya menjadi sedikit takut karena Cerdas Cermat bukan ajang untuk narsis unlimited tetapi untuk menjawab soal-soal yang diberikan dan mempertaruhkan nama baik Sekolah kami.

Persiapan demi persiapan dilakukan hingga pada hari “H” kami bertiga, guru-guru dan para pendukung kami ikut mendukung dan memberikan support. Mama saya kala itu yang mewakili dari pihak keluarga. Dengan santainya kami tertawa ‘haha-hihi’ setelah tiba di kantor TVRI. Bahkan bercanda dengan sangat berlebihan. Guru pendamping sudah sering menasehati kami. Tetapi yaah begitulah kami tetap cuek bebek. “Toh, kita kan udah belajar, pasti pertanyaannya mudah.” Ucap kami, kompak.

Ternyata apa yang terjadi? Di depan sorotan kamera dan video shooting yang begitu silau dan benar-benar terang mengarah kepada saya, sontak semua pelajaran yang pernah saya pelajari buyar seketika. Konsentrasi menjadi pecah dan beberapa pertanyaan mudah harus direbut oleh peserta yang menjadi lawan kami. Muka gugup, bibir kelu dan tangan gemetar menjadi sesuatu yang membuat saya jadi tidak percaya diri. Benar-benar buyar. Saya dan teman-teman satu tim pulang dengan rasa kecewa dan juga malu. Meski masih sempat mendapatkan Juara II, tetapi entah mengapa menyesali hal itu.

Gugup Masuk TV benar-benar membawa konsentrasi menjadi hancur berantakan. Jika mengingat hal itu kembali, rasanya ingin mengulangnya. Yah, semoga saja anak saya dapat meneruskannya kelak. Masuk TV untuk dunia pendidikan, bukan dalam hal yang buruk.

“Mak,ane ikutan giveaway-nya ye,mak! Kasih ane hadiahnya yang Memeluk Mimpi Mendayung Harapan karya Alberthiene Endah ya!”

Facebook
Twitter

Related Posts

2 Responses

  1. huwwoowww, papamu kayak papaku dulu…tapi kok aku gk lolos ikut cerdas cermat ya? 🙁 hihihihihihihi…
    makasih ya udah ikut #GABlogEmakGaoel…tunggu pengumumannya tanggal 4 agustus ya… 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *