Lucu, kesan pertama setelah membaca Novel Cintaku Enam, Karena Kutakbisa Diam. Novel merah jambu ini menjadi teman saat saya melakukan perjalanan dari Yogyakarta – Surabaya beberapa hari yang lalu.
Judul | : | CINTAKU ENAM, Karena Kutakbisa Diam |
Penulis | : | Gustam Sereng Andokke |
Penerbit | : | WritingRevo Publishing |
Tebal | : | viii+136 hal |
ISBN | : | 978-602-18845-7-7 |
Gustam S. Andokke sebagai penulis novel Cintaku Enam, beliau menuangkan pengakuan tentang kisah percintaan dengan beberapa wanita. Dikemas dengan model pantun membuat kesan unik novel ini. Ada 14 Bab yang mengisahkan pengalaman cinta seorang lelaki dalam memikat hati wanita. Tanpa bahasa yang begitu tinggi dan alur yang mengalir renyah serta pemilihan kata yang kreatif.
Sebuah keyakinan dalam hati saat menemukan sosok pujaan hati hingga strategi memikat sang pujaan dijalankan dengan cara yang unik. Perjuangan demi perjuangan dilakukan untuk mencari sosok yang pas di hati. Beragam kejadian dan lika-liku cinta dihadapi dengan gaya santai dan kocak. Seperti pada penggalan dari Bab 6:
Assalamu’alaikum salam olahraga
Abang datang dengan keluarga
Hendak silaturahmi
Ingin ketemu dengan calon istri
(Hal. 44)
Belum lagi peristiwa yang dialami atas nama cinta, salah satunya selingkuh. Penulis kemudian menuliskan seperti ini:
Menimbang pacaran yang semakin jenuh
Yang hanya bertahan diminggu ketujuh
Perlu selingan dikala butuh
Bahasa kerennya sih selingkuh
(Hal. 58)
Meskipun demikian, tetap saja hubungan selingkuh tidak akan bertahan lama. Penulis kemudian melanjutkannya dengan kisah-kisah cinta hingga mendapatkan pasangan sampai saat ini
Cinta memang tidak selalu manis
Tak juga harus romantis
Terkadang berakhir menangis
Tak jarang berakhir tragis
Tapi kita harus Optimis
Karena cinta sebuah “wish”
Harapan
Penulis mengisahkan perjalanan pantang menyerah dan selalu optimis mendapatkan “cinta”. Berangkat dari sebuah keyakinan dan pengharapan, penulis mengakhiri karyanya dengan mendapatkan sosok wanita yang selalu menemani hingga saat ini.
Novel Cintaku Enam ini cocok dibaca bagi yang selalu merasa minder. Merasa tak memiliki sesuatu yang berarti untuk diberikan kepada pujaan hati. Semoga buku ini menginspirasi bahwa selalu ada harapan akan cinta.
NB:
Cinta memang sebuah rasa yang dititipkan Tuhan. Hadirnya bisa membuat bahagia bisa juga sakit. Tergantung cara dari hati yang tersentuh cinta.
Cinta memang hak siapa saja namun bukan berarti begitu bebasnya mempermainkan cinta yang ada. Selalu berusaha menjaga agar rasa itu berada dalam koridor yang wajar.
3 Responses
hallo Rahmah. Lama tak jumpa, hehe. Btw novel ini isinya pantun semua kah? Kalo dari penggalan di atas sih unsur pantun tak semuanya terpenuhi ya, sebab selain akhiran yg berima, pantun harus terdiri dari sampiran dan isi. Tapi ya tidak adil menilai buku itu hanya dari postingan blog ini tanpa membacanya juga sih. hehe. Thanks for sharing!
Ambil cucian di rumah Desi
Cukup sekian dan terima kasih
@indobrad (kopimana.com),
Halloo kakak Indobrad… wah lama tak melihat kakak lagi…
Modelnya pantun kakak, tapi memang sudah diakui oleh penulisnya sendiri kalau terdapat banyak kekurangan dari buku ini
Tapi terlepas dari semua itu saya melihat kreativitasnya, entah berapa hari penulisnya mengumpulkan kata hingga kemudian bisa jadi buku seperti ini.
Sudah lama tidak makan duren
Pengennya beli di Bekasi
Kak Indobrad, aku kangen
Main donk ke sini
Hahahahahah #mekso
itu penulis menyebutnya gurindam bukan pantun 😀 wah terima kasih banyak sudah mengulas