Berwisata ke Candi Penataran dan Menelusuri Sejarah Blitar 800 tahun Silam – Saat Anda mendengar nama kota ini, mungkin pertama kali yang diingat adalah tempat peristirahatan terakhir bagi Presiden Pertama Indonesia, Bung Karno. Blita memiliki berbagai ragam wisata, seperti wisata alam, budaya, sejarah, hingga kuliner yang sayang jika dilewatkan. Salah satu wisata bersejarah di tempat ini yakni Candi Penataran. Candi ini memiliki nama terdahulu yang telah disematkan berdasarkan sebuah prasasti Palah, sehingga candi ini dinamakan sama dengan nama prasasti yakni Candi Palah.
Candi Palah ini dibangun pada masa Kerajaan Kediri pada tahun 1194 silam. Candi ini diresmikan oleh seorang Raja Kediri bernama Raja Çrnga (Syrenggra) dengan gelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa. Raja Crnga memerintah Kerajaan Kediri dari tahun 1190 hingga 1200. Dahulu candi ini memiliki fungsi untuk mencegah erupsi gunung Kelud yang sering kali meletus. Karena hal tersebut, candi ini dimanfaatkan sebagai tempat upacara pemujaan.
Mpu Prapanca mengisahkan tentang perjalanan Raja Hayam Wuruk yang memerintah Kerajaan Majapahit dan diabadikan dalam kitab Negarakertagama. Raja Hayam Wuruk dahulu sempat mengunjungi Candi Palah untuk mengerjakan sebuah ritual pemujaan terhadap Hyang Acalapad, yang konon merupakan perwujudan Dewa Shiwa dengan nama Giri Indra atau sang penguasa gunung.
Ada dugaan dari arkeolog yang menyebutkan berdasarkan panduan Kitab Negarakertagama, tentang kesamaan nama atau gelar Girindra atau Girinatha sebagai sebuah nama lain yang disematkan untuk Ken Arok. Dugaan lainnya, Candi Palah ini menjadi tempat pendharmaan atau pembakaran jasad Ken Arok. Girindra juga salah satu wangsa yang diturunkan kepada Ken Arok selain Wangsa Rajasa dan Wangsa Wardhana. Bahkan nama Hyang Acalapati yang merupakan wujud Dewa Shiwa dan Ken Arok mengikuti peneladanan sifat-sifat Bathara Shiwa.
Hanya saja, wisatawan modern lebih mengenal candi ini sebagai nama Candi Penataran dikarenakan sesuai dengan nama lokasi candi ini yakni Desa Penataran, Kecamatan Ngelongok, KabupatenBlitar. Beda halnya jika Jawa Tengah memiliki Borobudur, maka Jawa Timur memiliki Candi Penataran sebagai candi terbesarnya.
Candi ini pertama kali di temukan pada tahun 1875, oleh penemu bunga bangkai Rafflesia Arnoldi yakni Sir Standford Raffless; kemudian menuliskan catatan penemuannya di History of Java. Candi ini memiliki tiga buah halaman yang diduga digunakan sebagai tempat pemujaan. Halaman paling depan akan melalui sebuah turunan dan jalan yang diiringi oleh dua buah patung besar disebut sebagai Reco Pentung atau Arca Dwarapala. Kemudian, akan melewati Bale Agung. Bale Agung ini adalah sebuah bangunan dengan lebar 37 meter x 18,84 meter dengan tinggi 1,44 meter.
Selanjutnya, akan menemui pendopo teras yang memiliki fungsi sebagai penjaja sesajen saat ritual. Bangunan ini memiliki ukuran 29 meter x 9,22 meter dengan tinggi 1,5 meter. Lalu akan menemukan sebuah Candi Angka Tahun yang merupakan sebuah bangunan candi terkenal di kompleks Candi Penataran ini. Berposisi di belakang Candi Angka Tahun terdapat sebuah bangunan persegi panjang dan terdapat di tengah-tengah kompleks candi ini. Kemungkinan, bangunan persegi ini digunakan untuk latihan tombak bala pasukan atau anak kerajaan. Tetapi belum ada penjelasan pasti tentang fungsi bangunan ini.
Pada halaman tengah candi ini, akan terlihat sebuah bangunan candi lainnya bernama Candi Naga. Candi ini hanya bersisakan bagian kaki dan badannya saja. Candi ini memiliki ukuran seluas 4,83 meter x 6,57 meter dengan tinggi 4,7 meter. Ketika sampai di halaman belakang, akan terasa perbedaan kontur jalan yang sedikit lebih tinggi di bandingkan kedua halaman sebelumnya.
Di halaman belakang candi ini, terdapat sebuah candi utama dari Candi Penataran juga sebuah Prasasti Palah. Pada candi utama ini berbentuk seperti sebuah piramida berundak. Ada pula teras yang tersusun hingga mencapai tinggi 7,19 meter. Sebuah relief dan patung menjadi sebuah ciri khas candi ini. Pada candi ini dapat hingga ke puncak. Dari pemandangan di atas puncak terlihat secara keseluruhan kompleks bangunan yang megah dan indah. Selain itu, panorama sawah-sawah warga setempat yang menyegarkan mata pun dapat tertangkap oleh kamera mata memandang.
Keunikan lainnya, terdapat sebuah kolam air yang sangat jernih pada bagian belakang Candi Penataran. Kolam itu berisi air bewarna biru jernih dengan paduan warna kehijuan dan ketika melihat ke dasar kolam akan terlihat banyak koin atau logam. Memang kolam tersebut dipercaya oleh warga sekitar sebagai tempat permohonan. Tak heran jika banyak anak kecil yang selalu berusaha untuk mendapatkan koin-koin yang ada di dasar kolam.
Harga tiket masuk hanya Rp 3.000/orang, Rp 5.000 untuk pengunjung dengan kendaraan motor dan Rp 10.000 untuk mobil. Ada beberapa fasilitas kamar mandi dan warung makan sehingga tidak perlu khawatir jika tidak menyiapkan bekal.
Setelah menjelajahi wisata yang ada di Kabupaten Blitar ini, tidak perlu ragu jika harus menginap karena merasakan kelelahan menelusuri Candi Penataran. Ada penginapan baik berupa losmen mau pun hotel yang bisa dipilih. Cukup mencari yang sesuai budget di aplikasi Traveloka maka perjalanan tetap menyenangkan.
Oiya, jangan lupa siapkan mental yang kuat dan kamera mumpuni untuk mendokumentasikan setiap detik saat berada di kawasan Candi Penataran ini. Sebab momen hari ini boleh jadi tak akan terulang besok atau saat dimana kembali mengunjungi Candi ini. So, sudah siap untuk agenda liburan menyenangkan pasca lebaran ini?
Referensi:
http://swetadwipa.blogspot.co.id/
One Response
Bersiih Candinya, Mbak.