Bermain Game Tidak Selalu Salah, Ada Manfaatnya Juga Kok!

Bermain Game Culinary School

“Bun, kenapa sih bolehin aku main game?”

“Memangnya kenapa tanya begitu? Kamu mau dilarang?”

“Eh, enggak begitu juga. Cuma banyak temanku tidak diberi waktu main game.

“Hmm, beda keluarga ‘kan beda aturan. Fokus sama keluarga kita saja, Nak.”

“Cuma kasihan sama teman.”

***

Hmm… terdengar terbalik ya dengan umumnya orang tua yang melarang anaknya bermain game apalagi menggunakan ponsel orang tuanya. Namun, kondisi tersebut tidak boleh menyalahkan aturan yang berlaku pada setiap keluarga. Tentu aturan itu dibuat sebab sebelumnya sudah ada perisitiwa yang akhirnya memutuskan untuk tidak bermain game. 

Bagaimana dengan saya? Seperti potongan percakapan di atas, saya memberikan kesempatan pada anak untuk mengenal dunia game juga. Seluas-luasnya boleh banget tetapi ada batasan yang perlu diikuti. 

Batasan Keluarga Saya akan Permainan di Ponsel  

Kalau orang tua kebanyakan, anak seusia anak kami sudah diberikan ponsel atas nama pribadi si anak. Kalau kami belum. Saat usianya belum urgent untuk memiliki ponsel, maka kami tidak akan memberikannya. Usia 10 tahun saat ini dan sudah paham dengan teknologi tetapi kami belum memberikan ijin ketika anak tersebut minta ponsel. 

Alasannya yaa karena menggunakan ponsel ayah atau bundanya masih bisa untuk berkomunikasi. Lagipula pembicaraan dengan teman-teman kelasnya masih seputar dunia sekolah yang mana orang tua juga perlu tahu karena biasanya ada tugas kelompok dan lainnya. Selain itu, tanggung jawab akan kepemilikan barang masih belum 100% bisa, sebab kadang menyimpan barang yang sudah dipakai tidak dikembalikan pada tempatnya. 

Hal sepele seperti ini bisa berakibat fatal ketika kelak diberikan ponsel dan keteledoran itu masih ada. Akan ada berapa banyak ponsel yang akan berada tidak sesuai dengan tempatnya dan tentunya hilang diambil orang karena ada kesempatan? 

So far, anak saya pun memahami sehingga masih setia menggunakan ponsel ayah atau bundanya. 

Selain itu, alasan lainnya adalah belum mampu menghasilkan uang untuk membeli paket data. Selama ini memang anak saya jualan di sekolah tetapi terkadang ditabung dan kadang juga beli printilan lucu dan unik kesukaannya. Yaa, namanya juga anak perempuan, pasti tertarik dengan itu semua pada masanya, bukan? 

That’s why masih cukup pakai ponsel bunda atau ayah apalagi kalau ingin bermain game. Bunda atau ayah juga bisa melacak sudah menggunakan aplikasi apa saja saat memegang ponsel serta berinteraksi dengan siapa saja. Ini penting agar anak selalu menjaga kepercayaan orang tuanya. 

Bermain Game Culinary School

Manfaat Game untuk Anak Seperti Apa?

Lalu, ada orang tua teman anak saya yang bertanya manfaat yang dirasakan ketika anak bermain game. Katanya, bagi anaknya itu sangat merusak karena nilainya bisa turun karena fokusnya main game mengganggu ingatan pelajaran.

Hmm, pastinya sih kalau untuk anak-anak saya, game di ponsel itu mampu memberikan:

Kemampuan Anak Berpikir Lebih Cepat 

Maksudnya di sini, anak akan segera mencari solusi dalam memecahkan misteri game yang dimainkan. Ada waktu yang harus dikejar untuk mendapatkan jawaban terbaik. Jika tidak, pasti kalah bukan? Nah, di sini anak akan terbiasa berpikir lebih cepat karena terpacu oleh waktu.

Tidak Gagap Teknologi 

“Kan, bukan main game saja bisa tahu teknologi.”

Ucap teman saya yang mulai risih dengan pilihan dan keputusan akan hidup anak-anak saya. Jika pernyataannya demikian terdengar maka percayalah bahwa game yang dikenal hanyalah game yang membuang-buang waktu, sekadar hiburan dan tidak membuat anak merasa lebih terpacu untuk berpikir.

Penting mengetahui perkembangan teknologi dan game juga jadi salah satu langkah awal mengenalkan anak dengan dunia teknologi secara nyata. Sebab di bangku sekolah pastinya hanya sekadar teori belaka.

Anak Belajar Regulasi Emosi Secara Tidak Langsung 

Memang kalau tidak diselami maka dianggap buang-buang waktu. Namun, ketika melihat anak bermain dan berusaha mencari solusi, dari situ anak akan belajar bagaimana merespon kegagalan dan merayakan kemenangan tanpa euforia yang bermakna. Emosi negatif yang dirasakan anak bisa keluar lewat bermain game bahkan ada anak yang bisa marah hanya pada game padahal sebenarnya dalam hati sangat berkecamuk rasa marah pada orang tuanya.

Entah itu hal sepele atau bukan, pastinya emosi anak-anak bisa tetap dikontrol. Apalagi kalau tetap didampingi di rumah dalam bermain game, pastinya akan menjadi bahagia karena selalu ditemani dengan orang tuanya sesuai dengan kompleksitas usianya.

Permainan Seperti Apa yang Boleh Dimainkan? 

Kalau ini sih masih lebih sering memberikan anak game yang mudah saja untuk dimasukkan aplikasinya pada ponsel orang tua. Sebab, permainan yang sudah terlihat rumit dari luar, pastinya tidak akan pernah membuat anak puas saat itu sehingga minta lagi dan lagi ponsel orang tuanya. Jika sudah seperti ini maka kembali pada kesepakatan.

Jenis permainannya pun sangat diteliti terlebih dahulu supaya tidak keliru. Sebab, saat ini banyak konten-konten yang tidak benar merasuki game. Itulah mengapa pentingnya selekstif dulu tentang permainan. Lalu, bisa main apa saja jadinya?

Permainan Asah Otak dalam Berpikir Jawaban 

Bisa dengan game Catur, teka-teki soal yang fun bahkan sekadar mengisi kata-kata kosong dalam susunan kotak-kotak. Semua itu baik untuk anak asalkan anak dan orang tua sudah menyetujui batasannya itu tadi.

Permainan yang Melatih Life Skill

Saya jadi ingat game yang dimainkan di laptop, yaitu Culinary Schools. Ini sangat membantu anak saya untuk bersenang-senang selama liburan sekolah beberapa waktu lalu. Kebetulan anak-anak terbatas memegang ponsel ayah dan bunda sebab kami ada pekerjaan tambahan dan membuat waktu saya sering keluar rumah beberapa kali meski hanya beberapa jam.

The BOILED EGGS, Latih Anak Merebus Telur

Namun, waktu itu membuat anak saya bosan dan butuh game. Saya kenalkan dengan Culinary Schools yang beberapa permainannya bisa melatih kemampuannya seperti:

  • The boiled eggs
  • Bento box
  • Go to the market

Dan banyak lainnya. Game tersebut membuat anak saya belajar sebelum benar-benar terjun ke dapur. Kebetulan dua anak saya yang pertama dan kedua itu perempuan. Selalu ingin membantu saya di dapur. Melihat permainan ini jadi setidaknya terbantu dalam mengedukasi anak.

Bento Box Game from Culinary Schools

***

Well, pastikan selalu bahwa anak mematuhi aturan yang sudah disepakati. Orang tua juga harus yakin bahwa anak sudah mampu untuk menjalankan kesepakatan. Jika kemudian ada kondisi yang di luar jangkauan atau tidak sesuai ekspektasi, maka jangan langsung menjadikan anak sebagai kambing hitam.

Yuk, jadikan teknologi sebagai media belajar agar anak tumbuh dan berkembang tak ketinggalan zaman.

Facebook
Twitter

Related Posts

16 Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *