Tips Mengatur Keuangan agar Tidak Besar Pasak daripada Tiang

besar pasak daripada tiang

Lebih Besar Pasak daripada Tiang

Sebuah peribahasa sederhana yang membuat saya harus kembali merenung dengan tenang. Pasalnya, kondisi finansial di tengah pandemi memang mengalami banyak gelombang. Namun, bukan berarti harus tinggal diam, tetap harus berjuang. Berbagai cara harus dilakukan agar pendapatan datang. Dan sudah kewajiban untuk mengelola dengan baik agar tidak percuma terbuang.

Bagi seorang freelancer yang bersinergi dengan sosok yang bergerak di bidang jasa, pastinya membutuhkan perencanaan yang matang dan pengelolaan yang teratur. Kalau tidak begitu, maka pendapatan menjadi sulit untuk diatur. Apalagi kalau nominal dan waktu pendapatan yang masuk tidak bisa ditentukan. Semuanya tergantung seberapa banyak pesanan.

Langkah Mengatur Keuangan 

Namun, mengatur keuangan tetap harus dilakukan bagaimanapun kondisinya. Apalagi masih harus terus menjalani kehidupan kedepannya. Maka, beberapa langkah real yang kami lakukan adalah sebagai berikut:

1. Mendata Keperluan Pokok per Bulan

Terlihat sederhana tetapi bagi yang pendapatan tidak menentu, pasti akan menemui tantangan. Biasanya jika sudah menentukan kebutuhan dan nominalnya terbilang besar, kami ubah lagi daftar kebutuhan yang benar-benar pokok saja yang ditulis. Lainnya dicoret sementara untuk memastikan bahwa keperluan tersebut bisa ter-cover dengan baik.

Daftar keperluan pokok kami mungkin berbeda dengan kebanyakan orang, tetapi itu kembali pada keluarga masing-masing. Pastinya, kebutuhan internet, listrik dan air tetap menduduki prioritas utama. Kalau ini sudah bisa dipenuhi, maka lainnya bisa menyusul.

2. Tidak Jajan Online Jika Tidak Mendesak

Seperti kondisi bulan lalu dimana terpaksa jajan online karena suami sedang di luar kota dan saya harus bersama dua anak yang masih kecil. Tidak mungkin ditinggal untuk membeli keperluan makan. Makanya memesan makanan dengan aplikasi menjadi jalan keluar yang sama-sama menguntungkan.

besar pasak daripada tiang

Hanya saja setelah melakukan aktivitas ini, tentu saja memberikan pengertian pada si anak pertama bahwa membeli makanan dengan jalan tersebut tidak bisa dilakukan setiap waktu. Hanya waktu tertentu dan keadaan mendesak. Jika pun tidak mendesak, maka saat itu boleh jadi ayah dan bunda sedang memiliki kelebihan dana yang bisa digunakan sejenak untuk have fun.

3. Mengurangi Window Shopping

Nah, ini hal yang saya hindari untuk saat ini. Meskipun di salah satu marketplace ada zona untuk bermain, sebisa mungkin tidak membuka lebih dari itu. Apalagi hanya sekadar coba-coba mengetikkan kata kunci produk yang ingin dilihat harganya. Benar-benar ditahan meskipun ada yang sangat lucu untuk dimiliki.

Kebiasaan window shopping secara tidak sadar mempengaruhi untuk memiliki. Apalagi saya punya iman yang lemah dalam hal melihat printilan fotografi yang sebenarnya belum penting untuk dibeli. Belum lagi keperluan anak-anak seringkali banyak diskon di sana-sini yang membuat hati seorang ibu terpanggil untuk ikut antri.

4. Komitmen Investasi

Mengapa ini bisa menghindari lebih besar pasak daripada tiang? Karena alokasi dana sudah ada untuk tujuan yang diharapkan jangka panjang. Tidak mungkin mengganggu komitmen dalam melakukan investasi karena hasil yang ingin diperoleh pun sudah diketahui nominalnya. Apalagi jika investasi untuk pendidikan anak di masa depan. Pastinya akan selalu berusaha bagaimana harus memenuhi agar investasi yang dilakukan tidak terabaikan.

5. Menekan Lapar Mata dengan Puasa

Seringkali lapar perut itu datang dari  seringnya mata melihat berbagai jenis makanan atau minuman. Tanpa sengaja karena scrolling media sosial atau sekadar melihat status teman yang isinya makanan. Nah, kalau puasa sebisa mungkin menghindari untuk jangka waktu boleh dibilang seharian. Jika ingin mencari inspirasi menu buka puasa, seringnya menu yang sudah pernah dibuat sebelumnya.

***

Well, pernah sekali waktu pengeluaran melebihi pendapatan. Tentunya posisi satu saat itu adalah memiliki utang. Sungguh tidak enak sekali rasanya jika memiliki utang sehingga segera diputuskan untuk membayarnya. Bahkan jika yang membaca ini dan merasa saya masih memiliki janji yang belum ditepati, bisa kirim email yang sudah tercantum di blog ini.

Facebook
Twitter

Related Posts

11 Responses

  1. Sebagai freelance, saya memang harus ketat juga mengaur keuangan, Mbak. Apalagi masih zaman pandemi seperti ini. Saya pun lebih mengutamakan kebutuhan dulu, bukan keinginan. Dan memang mencatat pemasukan dan pengeluaran itu perlu sekali.

  2. Bener banget sih, Freelancer yang memang tidak ada pemasukan tetapnya per bulan penting sekali untuk mengelola keuangan. Tapi selain tips yang sudah diuraikan di atas, ada juga hal yang penting yakni mencatat pemasukan dari setiap project yang ada. Jadi imbang dalam pengaturannya baik dari sisi income atau pun pengeluaran.

  3. Bener banget! Aku kadang menyiasati window shopping dengan masukin barang di cart marketplace. Terus ditinggal aja HAHAHA. Tapi kalau mau check out baru bener bener dipikirin. Kalau udah sold, ya berarti ga jodoh ama barangnya hihi

  4. Memang harus pandai pandai mengatur keuangan, apalagi di saat pandemi. Pemasukan kadang ga sepenuhnya, tapi kalau ga pandai pengeluaran lebih besar dari pemasukan. Thanks tipsnya mba

  5. Mencatat ini memang kebiasan kecil yang basic tapi memang sulit banget untuk konsisten. Dan window shopping ini meang kebiasaan yang terlihat sepele tapi efeknya besar. Musti dikurang-kurangin hehehe

  6. jajan itu bikin bocor alus sik… dan saya paling sering jajan di e commercer.. hiks… yang terpenting emang pengendalian diri… dan tau mana keinginan dan mana kebutuhan

  7. Efek pandemi ini memang jadi ujian tersendiri khususnya di bidang ekonomi. Dan tuk freelancer kayak kita memang dibutuhkan disiplin dan manajemen cashflow yang baik. Semoga kita semua sanggup melewatinya. Dan yg saya lakukan salah satunya adalah dengan meng-uninstall aplikasi e-commerce. Supaya ga tergoda hihi

  8. Setuju sekali ini, bagi pekerja lepas, tentu perlu menerapkan kebijakan ekonomi yang ketat. Apalagi terkait dengan lapar mata yang terkadang bisa memancing terjadinya kebocoran anggaran di luar rencana. Itu sangat berbahaya bagi ekonomi keluarga, jika lapar mata dimanjakan.

    Harus ada pembagian dan perencanaan anggaran belanja yang jelas setiap bulannya. Berapa untuk bayaran tagihan, berapa untuk biaya kehidupan sehari hari, untuk belanja bulanan, harus ada juga anggaran untuk pengeluaran tak terduga. Apalagi di tengah pandemi yang lagi tak memnentu seperti sekarang ini.

  9. Setuju banget kak dengan semua poin di atas. Karena, dalam hal mengatur finance ini sepenuhnya ada dalam kendali kita. Apalagi, buat aku yang sering banget lapar mata, hihii.

    Catatan banget nih buat aku pribadi, agar lebih memikirkan jangka panjang dalam hal keuangan saat ini. Bermanfaat banget nih kak sharingnyaa. Nice info!

  10. Bukan cuma freelancer yang sering kebobolan soal pengeluaran. Aku pun demikian Apalgi sekarang jadi mahasiswa full time lagi tapi pengeluaran belum diatur ulang. Makasih banget, Mbak untuk tulisan ini. Yang paling sulit untukku adalah jajan. Aku suka banget jajan makanan, nggak masak dengan alasan nggak suka bau masakan lagi dimasak sama yaa emang nggak sempet. Ini trgger terbesar sih.

  11. Oooohhhhh ternyata window shopping itu pengaruh toh. Pantesan ga terasa eh tiba-tiba pas akhir bulan boncos. Hahahaha. Terima kasih tips-tipsnya mba, saya bookmark biar inget terus!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *