Tips Bekerja di Rumah Meskipun Punya Balita – Kalau ditanya soal kenyamanan bekerja di rumah, maka saya orang pertama yang akan mengatakan: “Sejak punya anak, saya sudah bekerja di rumah dan meninggalkan status dosen demi masa depan mereka.” Memang pertanyaan ini agak tricky karena khawatir jatuh pada kondisi terlalu bangga hingga memandang sebelah mata orang yang bekerja di luar sana, baik perempuan atau laki-laki.
Bagi saya, pilihan tidak akan selamanya membuat orang senang. Bahkan memilih sebuah keputusan berat, barisan pertama yang akan merasakan dampaknya adalah keluarga besar. Jadi, pilihan bekerja di rumah yang sudah saya putuskan sejak 2014 lalu menuai banyak pro-kontra. Tetapi saya percaya bahwa jalan saya memang seperti ini dan menikmati kehidupan di rumah setiap hari harus selalu diniatkan ibadah agar tetap stay waras.
Nah, bicara soal bekerja di rumah, saya memiliki beberapa tips nih:
Murnikan Niat
Ya, bekerja di rumah bukan hal mudah. Salah sedikit bisa merusak tatanan emosional, tujuan bahkan niat awal yang menjadi penopang keputusan. Maka dari itu murnikan niat penting. Tidak bekerja di luar karena malu, gengsi atau mau dianggap sok menjalankan anjuran agama bahwa perempuan tempat terbaiknya di rumah?! Oh tunggu! Jika semua itu jadi niatnya, harus diperbaiki.
Pastikan niatnya karena ingin lebih semangat dan menjaga diri dari hal-hal yang tidak nyaman di luar sana, misalnya. Karena tidak semua orang bekerja di luar rumah karena murni keinginannya tetapi karena tuntutan hidupnya.
Diskusi dengan Pasangan
Ketika ada pekerjaan mendesak yang masuk ke email dan harus segera diselesaikan, maka lakukan dengan profesional. Biasanya kalau saya menghadapi ini, pasangan saya otomatis memahami dan mengambil alih sejenak si balita agar konsentrasi tidak terpecah.
Pasangan akan dengan mudah memberikan uluran bantuannya dan ajak untuk sabar dalam menemani anaknya sendiri. Tetapi jika misal pasangan juga sibuk sehingga tidak bisa ikut menjaga si balita, maka saya pun sejenak mengikhlaskan pekerjaan dengan memberikan email permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan. Seringnya malah dapat bonus tambahan karena menjadi dosen yang amanah.
Membuat Jadwal yang Sesuai
Biasanya anak-anak yang ditinggal kerja, dititipkan dan seringnya tanpa pengawasan orang tua. Meskipun dengan kakek-neneknya, kita harus tahu kondisi anak bagaimana. Sudah makan atau belum, mainan diberesin atau tidak dan masih banyak kulihat.
Hal ini menjadi bahaya jika tidak ter-schedule sejak awal. Khawatirnya di tengah jalan banyak gangguan yang harus diatasi lebih dulu. Jadwal yang dibuat pun sebisa mungkin ditepati, bukan sekadar pemanis jurnal harian.
Informasikan ke Anak
Saya juga sering mengatakan sama anak bahwa kondisi bekerja dari rumah tidak lain karena untuk selalu dekat dengan mereka. Jadi ketika saya harus membuka leppy atau ponsel untuk melakukan pekerjaan, mereka harus memahami, kecuali yang bayi. Tetapi sejauh ini yang bayi tetap anteng dan hanya menangis ketika memang waktunya diberi ASI. Selebihnya memainkan mainannya sendiri atau ditemani kakaknya bermain.
Tetap Jaga Pola Istirahat
Layaknya bekerja di kantor yang punya jam istirahat, maka di rumah pun seperti itu. Meskipun sesekali harus menyusui si bayi, bukan berarti jam istirahat ditiadakan. Menyusui memang bisa dipakai untuk sekalian istirahat, tetapi menjadwalkan tidur siang jauh lebih baik.
***
Well… itulah tips bekerja di rumah a la saya yang memiliki dua anak. Awalnya memang sedikit merasa tidak fokus. Tetapi lama-kelamaan akhirnya bisa berjalan sesuai ritme.
So, sudah ada sejauh mana menyenangkan mengaja anak atau gurunya di sekolah?
23 Responses
aku udah melewati masa ini nih, apalagi dulu suamiku juga kerjanya di rumah juga macam lagi WFH & emang gak ngantor. Pakai jadwal itu harus jangan mentang-mentang di rumah semaunha aja ya jadi nanti bisa terpenuhi target2 pekerjaan
buat situasi skr ini, aku terbantu banget kalo pas suami lagi ga ngantor. jadi bisa memantau anak2. yes. biarpun udah pada gede tetep aja kudu diawasin buat belajar dan ngerjain tugas. sementara emaknya jgua punya tugas masak dan tugas ngeblog hihihi
alhamdulillaaah aku juga berhasil melewati fase keluar dari kerja tetap. biar pun berat tapi akhirnya enjoy dan menemukan dunia baru.. ilustrasi buku, anak dan dewasa.
dan sekarang saat pandemi, jadi enak ajagitu, lawong emang ga pernah pergi pergi juga, dan malah bersyukur karena kan jadi ilustrator itu malah ga kemana mana
Padahal kerja di rumah itu lebih rempong ya, Mba harus pinter menej energi, emosi, dan gabole gampang kedistrak… Klo ga alamat ga beres2 yaah kerjaan. Salut sama dirimu Mba, yg memilih keluarga dan melepas ngedosen… Semoga ntar klo anak2 udah gede bisa balik ndosen lagi
Luar biasa. Aku salut dengan para mama yang masih punya bayik tapi kerjaannya selalu beres kayak Ama gini. Aku pasti udah tepar duluan deh kalau dalam kondisi seperti ini. 🙂
Makasih Tipsnya Kak. Saya juga punya anak 2 tahun dan lagi protektif-protektifnya soo yang paling utama saya lakukan adalah shift-shiftan sama suamik biar bisa kerja dengan aman dua2nya heheh
Menurutku WFH itu sulit sekali buat aku di masa sekarang. Karena kerjaan aku jadi nambah 🙁
Yang tadinya aku gak ngajar sekarang jadi setiap hari mengajar 🙁
kuncinya di managemen waktu dan komunikasi dengan pengasuh atau suami ya supaya gak kelelahan juga. karena kita jadi berbagi peran yg cukup besar.
Sejujurnya, saya hepii banget dengan adanya sesi WFH ini, jadi bisa lebih sering di rumah, dengan drama galau-galau sedikit untuk menyiapakan menu makanan karena anak-anak full day di rumah.
Oia, tetep berdoa dan berharap semoga pandemi covid-19 bisa segera teratasi dan situasi normal lagi.
Kebayang kalau asih ada balita yang nemplok terus susahnya mau ngadep leptop hehe. Iya emang butuh bala bantuan ya kalau di rumah, gantian ma suami. Atau mau gak mau ya ngerjain kerjaannya pas anak bobo 😀
Kalau ga ada Bibi di rumah atau suami aku lebih milih bekerja malam hari mba makanya kantung mataku bergelayut wkwkwk
Bekerja dirumah bagi seorang wanita memang seperti 2 sisi mata uang. Di salah satu jadi lebih leluasa mengawasi anak dan keluarga tapi disisi lain kadang suka terjadi kontra dgn pihak keluarga. Selama bisa mengatur dan memanage dgn baik WFH bisa memberi dampak positif juga ya
Keren mbk. Aku juga di posisi seperti ini, meskipun baru satu anak. Tapi ketika mendadak harus kerja dan anak pingin nempel, biasanya aku kasih pengertian. Setelah selesai jerja, baru deh deketin anak…:). Beda lagi kalo pas ada suami, lebih enak karena bisa minta tolong ajak anak main dulu
Semangattt amma. Aku juga ribet di rumah hahahaha. Tapi nanti jadi kenangannnnn. Yang penting kerjasama ma suami 😘
Bisabayangin gmn repotnya kerja dirumah nyambi momong balita. Perlu banget nemukan ritme kerja yang pas tanpa mengabaikan si balita yg juga butuh perhatian ekstra. Thank you tips-nya mbak, ngena banget.
anak – anak tetap nomor satuuu ya Amma…aku juga penyesuaian banyaak nih dengan work from home, pastinya gampang banget distracted hehehe