Telusuri Jejak Perjuangan Polisi dalam Bingkai #WisataHoofdbureau – Akhir pekan akan diisi oleh kegiatan yang santai, menenangkan dan juga refreshing. Namun, kali ini saya tidak melakukan hal yang pada umumnya dilakukan semua orang tersebut. Kebetulan sekali ada tawaran undangan untuk sejenak mengenang bagaimana perjuangan para pejuang terdahulu dalam bentuk Kuis #WisataHoofdbureau, khususnya kepolisian dalam mempertahankan NKRI dengan kekuatan semangat berkorban seluruh rakyat Indonesia.
Mendengar kata “Hoofdbureau” sendiri saya masih sangat asing. Langkah kaki saya menuju Polrestabes Surabaya bisa menemukan jawabannya. Tadinya, saya sangat takut masuk ke Polrestabes. Padahal keluarga saya dari almarhum bapak kebanyakan berprofesi sebagai polisi dan tersebar di wilayah Indonesia timur. Tetapi, tidak aka nada pengetahuan jika selalu ketakutan yang menjadi penghalang semuanya. Apalagi rasa penasaran saya dengan seperti apa bentuk #WisataHoofdbureau yang dikemas berupa tour ke tempat-tempat bersejarahnya kesatuan POLRI.
Sebelum berangkat, para peserta #WisataHoofdbureau dikumpulkan dalam sebuah ruangan untuk disambut oleh Bapak Kasatlantas, Kapolrestabes dan beberapa jajaran kepolisian Surabaya. Yap, inilah pertemuan pertama kali (dan semoga bukan yang terakhir) dengan bapak Kapolrestabes Surabaya yang ternyata begitu ramah dan jauh dari kesan menakutkan. Sesi penyambutan kami, peserta #WisataHoofdbureau, pun diawali dengan pembukaan oleh MC, kemudian sambutan Kasatlantas, yaitu Bapak Andre JW Manuputty selaku ketua panitia terbentuknya kegiatan berwisata ini.
Selanjutnya adalah sambutan dari perwakilan Netizen Surabaya, Mbak Yuniari Nukti yang mengatakan bahwa netizen Surabaya menyambut baik dan selalu mendukung kegiatan positif dari kepolisian Surabaya. Sekaligus beliau mengatakan harapan kegiatan ini adalah menyebarluaskan kepada masyarakat bahwa polisi tidak seseram yang selama ini sudah tertanam dalam mindset.
Dan sambutan terakhir sekaligus membuka secara resmi Kuis #WisataHoofdbureau disampaikan oleh Kapolrestabes Surabaya, Bapak Iman Sumantri. Inti sambutan beliau adalah menghimbau pada seluruh peserta agar benar-benar memperhatikan pendidikan dalam keluarga. Sebab, mayoritas kejahatan yang terjadi akhir-akhir ini dilakukan oleh anak usia remaja bahkan di bawah umur. Dan ketika diselidiki, benteng pertahanan yang seharusnya dibangun dari lingkungan keluarga, sama sekali tidak terbentuk. Sehingga setelah lepas dari control keluarga di rumah, tak ada lagi yang bisa menjaga bahkan mencegah dari perbuatan kejahatan. Dan kegiatan ini bisa sekaligus mengkampanyekan kepada masyarakat bahwa polisi selalu berusaha mengayomi, menindak kejahatan dengan sesuai hukum yang berlaku, tetapi semua itu tidak akan berhasil tanpa kerjasama masyarakat untuk benar-benar taat pada aturan yang telah dibuat.
Saatnya menikmati tempat-tempat bersejarah dalam perjalanan panjang POLRI…
Kuis #WisataHoofdbureau kali ini mengunjungi beberapa tempat, yaitu:
Gedung Radio Republik Indonesia (RRI)
Beranjak dari Polrestabes Surabaya, kami dengan bus wisata dibawa ke Gedung RRI. RRI menjadi salah satu media komunikasi yang berjasa dalam sejarah perjuangan polisi Surabaya khususnya. Peranannya pada masa Proklamasi Kemerdekaan sangat penting. Gedung RRI pada masa itu dikuasai oleh pihak sekutu yang kemudian menyulut api semangat arek-arek Suroboyo untuk sebuah kemerdekaan. Oleh karena itu, pertempuran tidak bisa dicegah. Pertempuran inilah yang mengawali peristiwa 10 November 1945 dan pada hari itu juga ditetapkan sebagai Hari Pahlawan.
Peserta yang mengunjungi Gedung RRI ini disambut ramah dan sekaligus memperkenalkan bagaimana RRI begitu cintanya pada NKRI dengan terus bertahan sampai saat ini. Radio RRI pun sudah memiliki lebih dari 20 kanal informasi dan siaran-siaran yang beragam untuk dinikmati oleh masyarakat dan tak hanya untuk kalangan orang dewasa saja.
Monumen Perjuangan POLRI
Sudah lama saya di Surabaya, tetapi baru kali ini mengetahui ada monumen semacam ini. Menurut informasi, Monumen Perjuangan POLRI dibangun untuk mengenang diproklamirkannya Barisan Polisi Istimewa menjadi Polisi Republik Indonesia pada tanggal 21 Agustus 1945. Adapun bunyi dari Proklamasi Polisi, yaitu:
“Oentoek bersatoe dengan rakjat dalam perdjoeangan mempertahankan Proklamasi 17 Agoestoes 1945, dengan ini menjatakan Polisi sebagai Polisi Repoeblik Indonesia”
Soerabaja, 21 Agoestoes 1945. Atas nama Seloeroeh Warga Polisi, Moehammad Jasin-Inspektoer Polisi Kelas I.
Nah, dari sinilah saya pun kembali mengingat sejarah di bangku sekolah bahwa ada pahlawan bernama M.Jasin yang sangat berjasa bagi POLRI.
Gedung St. Louis
Destinasi selanjutnya adalah Gedung St. Louis. Saya sendiri kaget karena gedung ini adalah sebuah sekolah SMAK Katolik bernama St. Louis. Ternyata, gedung ini adalah saksi bisu para pelaku sejarah kemerdekaan Indonesia di Surabaya karena dijadikan sebagai markas Polisi Istimewa yang dipimpin oleh Muhammad Yasin pada tahun 1943 dengan nama Broederschool. Arsitekturnya masih dipertahankan sedemikian rupa untuk tetap memberikan penghormatan kepada sejarah bangsa ini.
Gedung Wismilak
Mendengar kata Wismilak, pikiran saya langsung tertuju pada rokok. Awalnya saya menduga bahwa kepolisian sejak dahulu sudah mengenal rokok, tetapi tidak seperti itu sejarahnya. Gedung ini pada walnya adalah Kantor Kepolisian Negara Darmo yang didirikan pada tahun 1928. Zaman dahulu difungsikan sebagai Asrama Polisi Istimewa atau dalam bahasa Jepangnya, Tokubeten Kaisatsutai.
Dibawah kepemimpinan Moehammad Jasin inilah Polisi Istimewa kemudian berubah menjadi Polisi Republik Indonesia lewat Proklamasi Polisi. Gedung ini juga sudah mengalami beberapa kali renovasi agar tetap mempertahankan sejarah. Arsitektur gedung ini pun sangat jelas tergambar bagaimana kondisi bangunan di masa perjuangan.
Polsek Tegalsari
Mengunjungi tempat ini memang di luar dari agenda #WisataHoofdbureau tetapi bukan berarti bahwa Polsek Tegalsari tidak memiliki andil dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Bangunan ini menjadi Kantor Seksi IV dan dijadikan sebagai salah satu Cagar Budaya Indonesia wilayah Surabaya tahun 2013 oleh Pemerintah setempat.
Gedung Don Bosco
Gedung yang masih menjaga arsitekturnya terlihat “kuno” ini ternyata menyimpan sejarah juga. Berlokasi di Jl. Tidar, Surabaya Selatan, gedung ini dulunya adalah tenpat penyimpanan senjata pemerintah Jepang terbesar di Surabaya. Di gedung ini pula rakyat Surabaya berhasil melucuti senjata Jepang dan diambil alih untuk perjuangan merebut kemerdekaan. Di bawah pimpinan Mayor Harimoto, tanggal 1 Oktober 1945, gedung ini diserbu oleh rakyat Surabaya yang berjuang. Dan oleh Bung Tomo, sebagian senjata dikirim ke Jakarta sebagai perlengkapan perjuangan.
Saat ini, Don Bosco telah berubah menjadi Panti Asuhan yang menampung lebih kurang 90-an anak-anak usia sekolah SD-SMP. Di dalam gedung ini terbilang kompleks karena sudah ada gereja, kelas belajar, lapangan sepakbola, playground, dan dengan tatanan yang sangat asri. Jika masuk dari pintu utama, nuansa kuno dengan perabot kayu seolah-olah membawa rasa dan raga berada pada zaman dahulu.
Polsek Bubutan
Bangunan ini adalah bekas kantor Polres Surabaya Utara Seksi I yang dikenal dengan Polsek Bubutan. Di sini pula lokasi pertama kali dimana bapak M. Jasin bertugas. Pada zaman kemerdekaan, Polsek Bubutan ini dijadikan sebagai Kantor Polisi Seksi 3.
Polrestabes Surabaya
Sebuah permulaan pasti ada akhirnya. Begitupun dengan perjalanan #WisataHoofdbureau. Andai saja waktu tak menyapa dengan begitu cepat, rasanya masih ingin berlama-lama menikmati bangunan-bangunan bersejarah yang berhubungan dengan POLRI. Dan Polrestabes Surabaya menjadi destinasi awal dan akhirnya.
Polrestabes Surabaya yang dibangun 1850 ini dulu dikenal sebagai Hoofdbureau van Polite, atau masyarakat mengenalnya dengan Hobiro. Pada zaman Jepang digunakan sebagai markas besar pasukan Polisi Istimewa Kota Besar Surabaya dan saat ini pun dipakai sebagai markas Polrestabes Surabaya. Jika masuk ke dalam bangunan ini, maka ditemukan Museum Hidup. Di dalam museum ini terdapat berbagai jenis perlengkapan kepolisian dari masa ke masa, mulai dari seragam, senjata hingga mesin tik yang digunakan sebagai alat administrasi kepolisian.
Di dalam Polrestabes Surabaya inilah kehangatan antara netizen dan polisi terjalin. Tak ada jarak layaknya polisi dan warga, tetapi sebagai sahabat. Yap, sahabat dalam menyiarkan informasi kebenaran pada masyarakat bahwa polisi bukan untuk ditakuti tetapi dijadikan sahabat keamanan. Suasana aman dan menimalisir kriminalitas menjadi tugas pokok seorang polisi. Namun, semua itu tidak akan terwujud tanpa bantuan dan kerja sama masyarakat.
***
Perjalanan wisata yang berlangsung lebih kurang 5 jam tersebut menghasilkan lelah bermanfaat. Yap, penat untuk sebuah ilmu pengetahuan bagi saya memang sudah seharusnya ditempuh. Belum lagi saya juga membawa balita. Sudah terbayang berapa energi yang saya perlukan untuk sebuah pengalaman dan pengetahuan yang tidak tergantikan.
Dan sebelum di akhir acara ini, ternyata ada uji pengetahuan yang dikemas dalam bentuk Cerdas Cermat. Kebetulan saya berada dalam kelompok M. Jasin. Kehebohan pun tidak bisa terelakkan. Saya sendiri sampai sekarang masih sering tertawa sendiri mengingat bagaimana setiap kelompok begitu antusiasnya dalam menjawab pertanyaan. Belum lagi media yang dipakai setiap kelompok yang menimbulkan suara yang menggetarkan ruangan yang ada di kantor Polrestabes Surabaya, ada kentungan, bel hingga alat yang biasa digunakan penjual roti konvensional saat berjualan. Heboooh!
Namun, pada intinya adalah kami (semua peserta Kuis #WisataHoofdbureau) semakin bertambah ilmu tentang sosok M. Jasin. Tokoh yang tidak akan pernah dilupakan jasanya oleh POLRI. Sebab tanpa semangat dan perjuangannya dahulu, mungkin Polisi Istimewa yang berubah menjadi POLRI tidak akan sehebat sekarang ini.
Jayalah selalu, Polisi Republik Indonesia…!
3 Responses
Wisata sambil belajar sejarah memang menyenangkans ekaligus tambah ilmu.
Seru abis acaranya.Aku ngguyu pas Salfa duduk di kursinya pak Kapolrestabes.:)
horeee… bisa jalan2 gratis ke kantor2 polisi yo mbaa.. trus jadi tahu, bangunan2 bersejarah yg dulu markas polisi 😀