Susie, Sahabat Pena dari Belanda – Hari gini masih berkirim surat? Hello… itu hobi alias aktivitas mainstream banget gitu loh! Dan masih ada beberapa kalimat-kalimat lain yang spontan terucap ketika saya ditanya aktivitas selain ngurus my princess dan nge-BLOG. Tetapi tenang saja, saya tidak akan membuat status nyinyir bin galau hanya karena argumen seperti itu.
Menulis surat sudah menjadi hobi saya sejak sudah bisa lancar menulis. Awalnya hanya menuliskan buku diary yang seolah-olah menjadi teman berceritaku. Hampir tiap malam saya lakukan sembari menemani Bapak (alm.) nonton berita. Lama-kelamaan, saya pun menjelajah dengan mencari teman sungguhan lewat lembaran belakang buku LKS zaman dulu. Itu lho yang bagian belakangnya banyak foto-foto siswa plus alamatnya. *duh ketahuan deh tuanya, hehe…
Dan kini, saya masih menjalankan aktivitas tersebut. Tak hanya surat saja sebenarnya, kartu pos juga iya. Namun, kali ini hanya membahas surat dulu, khususnya dari sahabat pena saya dari Negara Belanda (Netherland), namanya Susie.
Awalnya saya tidak pernah menyangka akan memiliki sahabat pena di era yang serba modern ini. Apalagi kemajuan teknologi sudah bisa mempertemukan kami di facebook atau media sosial lainnya. Tetapi, saya merasakan ada sesuatu yang berbeda ketika menulis surat. Belum lagi surat harus ditulis pakai bahasa Inggris minimal 3 halaman kertas surat. Selain itu, saat menanti balasannya pun membuat hidup saya ada harapan. Ya, selalu ada harapan kalau Pak Pos datang membawa balasan surat yang saya kirim.
***
Saat ini, saya dan Susie sudah menerima masing-masing 2 surat. Memang baru 2 surat karena kami memulai perkenalan juga belum lama. Mau tahu soal Susie? Yuk, saya kenalkan dengan sahabat pena saya ini:
Namanya Susie dari nama asli Susanne Kooijman. Asalnya dari Negara Belanda, tepatnya di Holland. Usianya nggak perlu lha yaa… yang pastinya dia belum menikah dan sudah punya rumah pribadi. Susie ini sangat suka membuat kue, seperti Pie, Macaroon dan aneka roti lainnya. Dia bercerita di dalam surat kalau akan membuat sebuah toko dan diberi nama Sweeties Pie. Bahkan di surat pertama, dia ingin sekali saya ke tempatnya dan mencicipi pie buatannya plus menuliskannya di blog.
Aduh, andai saja Belanda semudah nyebrang jalan ke warung depan rumah, meski nggak diminta pun pasti saya sudah mencoba pie buatannya. Biarlah menjadi wishlist dalam agenda dulu. Sebab saya pun tidak tahu kapan Allah mewujudkannya. Suatu saat tetapi entah kapan, hehe…
Oiya, di balik mengirim surat seperti ini ke Susie, saya jadi teringat pada saat awal ingin menulis surat. Stok kertas surat habis di map penyimpanan. Mencari kertas surat di toko-toko saat ini pun menjadi sulit. Membeli online saya urungkan karena lebih mahal ongkos kirimnya dibanding kertas surat yang saya beli. Dan akhirnya saya hanya bisa menuliskan surat pada lembaran kertas polos yang saya sulap layaknya kertas surat pada umumnya. Murah meriah dan terkesan sangat kreatif (*disorakin rame-rame).
Hasilnya, surat saya sampai dan Susie senang sekali memiliki sahabat pena dari Indonesia. Karena kesenangan tersebut, saya pun tidak pernah lupa menyisipkan tentang keindahan Indonesia agar dia tahu dan tak sebatas browsing saja di internet.
***
Sahabat pena memang menjadi penghibur di kala realita hidup membuat penat. Dia tak tersentuh dan hanya bisa diterawang lewat tulisan di depan mata. Lama-kelamaan ada pertautan dua jiwa yang akan rindu ketika baris demi baris kata yang diutarakan tak kunjung tiba lewat Pak Pos ^_^
Kamu punya sahabat pena?
3 Responses
Pengalaman asyik dan unik. Dulu saya suka ngirim surat ke teman2 yang belajar di luar kota atau luar negeri. Tapi sekarang, tidak ada lagi … Moga langgeng ya persahabatan penanya 🙂
Hobi yang bagus dan suatu waktu bermanfaat.
Says nggak punya sahabat pena sejak kecil.
Salam sayang dari Jombang.
Hi kak, kalo boleh tau jasa pos apa ya yang digunakan? Hehehe aku juga baru mau mulai mencari penpal 😄 oiya harga kirim surat nya berapa yah? Terimakasih~