Surat untuk November akhirnya tertulis juga di blog ini. Padahal biasanya saya hanya menulis di buku harian (baca: diary) yang hanya dibaca mandiri. Namun, karena permintaan tema, berusaha menuliskannya dengan sepenuh hati. Memang akan terkesan sedikit berada dalam kesedihan karena untuk surat atau puisi seringnya dalam suasanan seperti ini Silakan menyimak dan siapa tahu terinspirasi.
***
Dear, November…
Masih ingat di awal kehadiranmu aku minta bahagia?
Belum juga lama permintaanku itu, kabar duka datang menyapa
Sahabat karib suamiku pergi seketika
Pun teman seperjuanganku dalam dunia parenting pergi selamanya
Dear, November
Masih ingat ketika tahun lalu aku minta bertemu lagi?
Ya, kita bertemu tetapi sungguh dalam kondisi yang tak pernah kuprediksi
Pandemi, nyaris mengoyak keutuhan rumah tangga hanya karena materi
Dear, November
Beberapa hari lalu, usiaku juga makin jelas berkurang lagi
Terasa sekali bedanya ulang tahun kali ini
Namun, kejutan dari sahabat rasa saudara membuat senyum selalu terurai
Mereka selalu ada dengan kejutan sesekali
Jari mereka tak pernah lelah menjawab ketika aku tanyai
Dear, November
Tersisa beberapa hari lagi kehadiranmu
Masih ada kejutan buatku?
Aku coba untuk menunggu
Semoga yang ada di setiap doa, terwujud satu per satu
Dear, November
36 kali sudah kamu hadir dalam hidupku
Entah berapa kali lagi jatahku
Namun aku berharap masih banyak waktuku
Banyak yang ingin kuperbaiki dari masa lalu
Banyak yang ingin kubuat di masa depan bersamamu
Bisakah seperti itu?
Dear, November
Bantu aku memaafkan orang-orang yang menyakiti
Bantu aku menghindari sifat dan sikap mendzholimi
Bantu aku pergi dari inner-child yang menyiksa diri
Bantu aku…
Dear, November
Sesekali aku pernah mengurung diri dari ramai
Memanggil inner-child dan kutanyai
Sesakit apa sehingga harus merasakannya sampai kini
Bisakah lalu berdamai
Hingga tak ada drama hidup lagi
Drama yang ujungnya sama setiap hari
Sakit hati yang tak terobati
Rasa bersalah yang selalu menghantui
Bahkan pernah sekali ingin coba selamanya mengakhiri
Mungkin akan ditangisi
Dear, November
Saat aku tiada dan kamu menemukan November baru, coba buka surat ini
Rasakan bahwa aku pernah ada, berupaya menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan lagi
Dear November
Jika kelak anak dan suamiku tak ingat lagi
Karena jasad sudah menyatu dengan bumi
Kirimkan surat ini
Sampaikan bahwa aku selalu rindu
Bersama mereka selalu seru
Meskipun sering juga ada tangis haru
Seperti itulah mereka, cintaku
***
Sebenarnya jarang sekali menulis surat terbuka seperti ini. Bukan karena tidak ada ide, tetapi lebih kepada tidak percaya diri. Ya, saya selalu bermasalah dengan diri sendiri. Apalagi ada inner-child yang selalu mengganggu setiap akan melangkahkan kaki. Entahlah, saya selalu merasa bahwa setiap kegagalan yang terjadi saat ini karena campur tangannya yang tidak berhenti. Dan setiap November, selalu jadi waktu untuk muhasabah diri.
Memang November layaknya bulan yang lain, tetapi bagi hidup dan perjalanannya, punya makna yang tak semuanya bisa diungkapkan dengan kata-kata. Bahkan pernah sepanjang November lebih banyak air mata.
Well, jika surat di atas ada yang sama dengan kondisi hati siapa saja yang membacanya, jangan lupa untuk merenung kembali. Mungkin saja memang ada yang harus dibenahi dalam diri.
***
NB: Jika ada yang mau jadi sahabat penaku dengan berkirim surat atau kartu pos, langsung email saja alamatnya ya, nanti aku balas alamat lengkapku juga.
Karena sampai saat ini saya pun masih berkirim kartu pos/surat via postcrossing.
3 Responses
Dear November,
Bulan yang penuh kebahagiaan, buatku juga 🙂
November selalu menjadi bulan spesial juga buatku. 9 tahun lalu di awal november aku merasakan perjuangan antara hidup dan mati. november Allah memberikan kado terindah dalam hidupku. Semoga selalu ada kebahagiaan setiap November datang.
dear november, mari kita saling berbahagia bersama