Cara STOP Pneumonia pada Anak Dimulai dari Keluarga – Mungkin terkesan masalah klasik jika yang terjadi di negeri kita, semuanya harus kembali pada keluarga. Namun, kenyataannya memang harus seperti itu adanya. Keluarga menjadi sumber kekuatan, bisa pula jadi sumber kelemahan dari tiap anggotanya.
Begitu juga dengan masalah Pneumonia yang belakangan makin tinggi prosentase korbannya yang tidak lain dari kalangan usia dini. Kalau menurut data dari informasi Subdit Surveilansi ISPA, Kemenkes RI, bahwa sejak 2016, angka kematian akibat Pneumonia anak usia di bawah 1 tahun da rentang 1-5 tahun, terbilang tinggi. Bahkan di tengah pandemi seperti ini, ada sekitar 443 anak yang meninggal dunia karena Pneumonia. Otomatis, orang tua harus menyadari dan membuka mata untuk mencari solusi bersama.
Apa itu Pneumonia?
Sebelum bahas lebih lanjut bahaya dan cara mencegah penyakit ini, ada baiknya kita mengenal dulu Pneumonia itu apa agar tidak sekadar ngomong Pneumonia dimana-mana.
Pneumonia adalah sebuah penyakit radang paru-paru yang disebabkan oleh jamur, bakteri dan juga virus yang masuk ke dalam tubuh karena aktivitas pernapasan. Bakteri, jamur dan virus yang masuk ke dalam organ pernapasan yakni paru-paru mengakibatkan fungsi paru-paru terganggu. Penderita akan mengalami dema, batuk, pilek, sesak napas sehingga menjadi penyakit berat dan berujung pada kematian.
Nah, tentunya tidak ada satu pun orang tua yang ingin anaknya mengalami Pneumonia, bukan? Maka kondisi di atas bisa dicegah sejak dini jika orang tua mau lebih care dengan kondisi lingkungannya.
Mengapa Anak Mengalami Pneumonia?
Sebelum mengatasi atau mencegah Pneumonia pada anak, ada baiknya orang tua harus memahami betul Pneumonia ini penyakit apa, penyebabnya, menyerang anak pada bagian tubuh mana aja hingga kemudian hal-hal yang perlu dilakukan dari rumah bersama seluruh anggota keluarga.
Nah, Pneumonia ini sendiri terdiri atas 3 Jenis jika dilihat dari Kuman Penyebabnya, yaitu:
1. Pneumonia Akibat Bakteri
Bakteri yang menyebabkan Pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza dan Streptococcus aureus. Bagian tubuh yang diserang adalah paru-paru.
2. Pneumonia Akibat Virus
Virus yang menyebabkan Pneumonia adalah Coronavirus, Adenovirus, Influenzavirus dan Hantavirus. Nah, itulah mengapa pandemi ini ada 400an anak yang meninggal dunia karena virus Corona pun menjadi salah satu penyebab Pneumonia.
3. Pneumonia Akibat Jamur
Jamur yang menyebabkan Pneumonia adalah Cryprocococcus, Histoplasma dan Coccidioides. Jamur ini biasanya terdapat pada kotoran burung. Jadi, kalau terlalu lama di area yang banyak burung dan menghirup spora jamur tersebut dalam jumlah banyak, Pneumonia bisa jadi penyakit yang menyerang tubuh.
Cara Mencegah Pneumonia pada Anak
Saat mengikuti webinar dalam rangka memperingati Hari Pneumonia Sedunia 2020, Prof.Dr.dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si menjelaskan dengan sangat jelas mengenai Pneumonia, mulai dari penyebab hingga tindakan pencegahannya. Nah, berikut adalah cara mencegah Pneumonia yang bisa diikuti:
S untuk ASI eksklusif selama 6 bulan ditambah dengan makanan pendamping ASI yang sesuai prosedur makan bayi
T untuk Tuntaskan imunisasi hingga 2 tahun. Karena kondisi saat ini pandemi, harus selalu patuh protokol kesehatan
O untuk Obati ke fasilitas kesehatan terdekat jika anak mengalami sakit atau kondisi yang tidak baik dalam kesehatan
P untuk Pastikan untuk selalu yakin bahwa anak sudah cukup gizi
Terlihat sederhana, bukan?
Bahkan STOP yang disebutkan di atas adalah aktivitas ibu pasca melahirkan. Otomatis sudah sangat dipahami, apalagi sudah termaktub dalam Buku Pink yang selalu dibawa ke Posyandu ketika akan mengukur berat badan dan imunisasi sesuai usia bulan.
Langkah Nyata STOP Pneumonia di Rumah
Orang tua dan seluruh anggota keluarga di rumah, harus memahami benar hal-hal yang harus dilakukan di rumah sebagai bentuk pencegahan terjadinya Pneumonia. Adapun beberapa langkah nyata yang sudah kami lakukan, antara lain:
1. Memastikan Kebersihan dalam Rumah
Punya bayi dan anak usia TK memang seringkali rumah dibiarkan berantakan karena proses kreatif anak ada di situ. Namun, bukan berarti tidak memperhatikan kebersihan setiap sudut yang digunakan anak untuk beraktivitas bahagia dan seru. Saya sendiri selalu memastikan mainan anak-anak dalam keadaan bersih, apalagi anak bayi di rumah saat ini sedang proses mengenal berbagai macam benda di sekelilingnya. Otomatis apa yang dilihat dimasukkan ke dalam mulut untuk memuaskan rasa penasarannya.
Nah, memastikan semua yang ada di sekitar anak saat itu sudah dalam kondisi bersih dan aman untuk dipegang atau dimainkan bersama. Memang akan terlihat berserakan dimana-mana tetapi cukup pastikan saja kalau tetap dalam kondisi bersih keadaannya.
2. Menjauhkan dari Asap Kendaraan atau Rokok
Karena rumah kami di pinggir jalan raya dan sesekali si bayi usia 1 tahun ini harus mengasah kemampuannya berjalan, otomatis asap kendaraan dan rokok yang ada di sekitarnya menjadi dilema. Untuk itu, kami memberikan perlindungan tersendiri dengan tidak melakukan aktivitas tersebut jika ada yang merokok apalagi jika dekat jaraknya.
3. Memastikan Seluruh Anggota Keluarga Patuhi Protokol Kesehatan
Ini adalah hal yang sudah kami terapkan sejak awal pandemi. Masker, face shield, cuci tangan bahkan penyediaan hand sanitizer sudah kami lakukan dan upayakan dengan maksimal setiap hari. Bahkan untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, bepergian keluar rumah jika tidak ada urusan sangat urgent, maka di rumah adalah pilihan kami.
Bosan? Pasti. Namun, mencegah adalah jauh lebih baik daripada mencegah. Nah, karena di rumah kami juga belakangan ini sering kedatangan orang yang membutuhkan jasa dari pekerjaan suami, mau tidak mau mereka pun harus mengikuti protokol kesehatan, ora oleh wegah.
Berikan Hak Anak
Ini yang selalu saya tekankan pada suami bahwa anak-anak punya hak untuk hidup sehat. Otomatis kami sebagai orang tua harus mengupayakannya dengan maksimal juga agar selalu dalam kondisi sehat. Perilaku yang memberikan dampak buruk seperti merokok, malas membersihkan rumah atau lainnya, menjadi jalan hal yang perlu kami perhatikan dengan saksama. Saya mengatakan hal ini karena mayoritas keluarga besar saya adalah perokok berat. Sungguh dilema rasanya ketika harus berkumpul dengan mereka.
Untuk itu, kami punya jalan mengurangi ikut pertemuan jika kondisinya lebih banyak di area tertutup. Kalau pun terpaksa datang karena urusan mendesak, kami tidak akan terlalu lama ikut bersenda-gurau. Bahkan anak-anak kami prioritaskan untuk menjauh dari kerumunan jika mereka tetap melakukan aktivitas merokok dan hal semacamnya.
Dilema memang tetapi pertanggungjawabannya yang sungguh berat kelak di akhri nanti. Ketika anak menuntut karena semasa hidupnya ternyata terdzholimi karena orang tuanya yang tidak peka dengan hak-hak anak yang tersakiti.
***
Well, STOP Pneumonia sejak dini memang terlihat mudah dalam mengucapkan atau menuliskannya. Namun, ketika sudah berhadapan dengan orang-orang yang tidak memahami dan terkesan membuat kita lebih tersudut, rasanya sungguh tidak bisa ucapkan dengan kata-kata. Akhirnya, terus berjuang menyuarakan pada berbahai media yang kita bisa. Suatu saat, 2025, Indonesia bebas masalah Pneumonia.