Dear, Ayah…

Saat ini tepat setahun ayah tidak bersama kami
Ayah tak lagi memberikan kisah suka duka
Kamar ayah juga nampak sepi bahkan semakin sepi
Sebab aku tak juga mendiaminya lagi

Ayah…
Entah mengapa hidupku semakin berubah
Aku semakin kuat meski air mata sering menjadi penguat
Entah mengapa aku terus bisa tertawa
Meski aku sendiri tahu bahwa aku menangis dengan kenyataan ini

Ayah…
Aku tak tahu harus memulai darimana untuk membuatmu percaya
Bahwa aku bukan “Rahmah” yang dulu lagi
Aku bukan anak ayah yang manja lagi
Aku bukan anak ayah yang suka memaksakan kehendak lagi
Anak ayah sekarang sudah menjadi wanita biasa
Wanita yang ingin dicinta walau sering terluka

Ayah… Sudah 2 bulan lebih 10 hari aku tak lagi ke pusaramu
Membersihkan daun kering yang hinggap
Menyiramnya dengan air yang segar
Bahkan mempercantiknya dengan bunga-bunga di taman mama
Maafkan aku ayah…

Ayah…
Kini aku memenuhi janjimu
Ayah ingin aku menjadi dosen kan???
Ayah ingin aku mandiri kan???
Ayah ingin aku tegar kan???
Anakmu kini membuktikannya, ayah…

Ayah… Mengapa tak lagi sering bertemu denganku dalam mimpi?
Padahal selalu ada pesan tersirat yang aku tunggu darimu dengan mimpiku…

Ayah…
Anak kedua ayah sekarang sudah menjadi guru honor di SMK
Anak ketiga ayah sekarang sudah berjuang menjadi sarjana
Anak bungsu ayah sekarang sudah kuliah juga
Mama juga makin sibuk dengan pekerjaan barunya, menjaga bayi…
Dan aku… sibuk meniti karir yang tidak lain juga menjadi asamu…

Ayah…
Maafkan aku karena belum bisa memberikan mama menantu
Belum bisa memberikan adik-adik seorang kakak ipar
Belum bisa menjadi istri yang baik
Bahkan belum terfikirkan untuk menikah dalam waktu dekat ini…
Semua untuk mama dan adik…
Aku harus berjuang dirantau orang…

Ayah…
Aku punya berita baik untuk ayah…
Aku diangkat jadi kepala suku dalam komunitas penulis
Aku dipercaya menangani kelas untuk mengajar bahasa inggris di perguruan tinggi
Aku sudah beberapa kali naik pesawat (moment yang aku impikan sejak kelas 6 SD)
Aku sudah menginjak beberapa kota di Indonesia
Aku menemukan sosokmu pada salah satu dosen senior di kampus tempatku mengajar

Ayah…
Masih teringat jelas wajah ayah sedang sakaratul maut
Damai
Tenang
Senyum
dan Bersyahadat…

Ayah…
Maafkan aku karena sering lalai memberikan sedekah atas namamu
Maafkan aku karena terkadang lupa berdoa setiap saat untukmu
Maafkan aku ayah….

Ayah sayang sama aku kan?
Aku bahkan jauh lebih sayang pada ayah…
Ayah…
I Miss You So…

Palangkaraya, 12.35 WIB setara dengan 13.15 WITA (waktu dimana ayah sudah tinggal nama)

Facebook
Twitter

Related Posts

2 Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *