Sekolah Bayar Pakai Sayur, Harapan Bersekolah Tidak Hancur

Sekolah boleh bayar pakai sayur. Kalimat yang sempat membuat saya bingung. Apa iya ada sekolah yang berada di zaman now dengan konsep sangat sederhana dan mudah seperti itu? Ternyata memang ada dan ini masih di Indonesia. Betapa memang kesejahteraan setiap penduduknya tidak sama. Bahkan orang miskin masih saja ada di berbagai titik pada setiap daerah.

Jika kondisi demikian, mengenyam pendidikan pun makin susah. Jika tidak terus belajar maka akan makin tumpul otak karena tak pernah dipaksa berpikir dan menganalisis. Namun, ternyata di wilayah Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng, ada sekolah yang dikenal kesehariannya merupakan Sekolah Alam.

Jenjang yang ada pada sekolah ini adalah SD-SMP-Ma’had Alam dan sudah berdiri sejak 2015 silam. Ya, sekolah ini diberi nama BIS (Banyuwangi Islamic School). Sekolah ini didirikan oleh seorang pemuda yang bernama Muhammad Farid.

Kegiatan Sekolah Alam ala Muhammad Farid

Namanya sekolah alam, memang kondisi sekolahnya tidak memiliki kursi dan meja seperti sekolah umum biasanya. Pelajaran yang diajarkan pun tidak serunut kurikulum pendidikan formal, baik negeri maupun islami. Mayoritas anak-anak diajarkan ilmu dengan kurikulum modern yang dikombinasikan dengan pendekatan ilmu pendidikan pesantren Salafiyah.

Jadi, tak hanya pengetahuan umum, tetapi juga bisa hafal ayat suci Al Qur’an. Selain itu, anak-anak juga diajarkan berbagai jenis bahasa, seperti Bahasa Mandarin, Bahasa Jepang dan tentunya Bahasa Inggris sebagai bahasa universal.

Setiap hari anak-anak tidak duduk rapi di dalam ruangan kelas. Kelas mereka adalah alam sekitar. Outbond pun bisa dilakukan karena tanah sekitar 3.000 hektar bisa digunakan untuk berkegiatan. Semua dilakukan Muhammad Farid karena memang suka sekolah yang lebih dekat ke alam.

“Kami menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak membosankan. Anak-anak bebas belajar di mana saja, baik di dalam ruangan maupun di alam terbuka,” ungkap Farid saat diwawancarai jurnalis.

Sekolah Bayar Pakai Sayur, Harapan Bersekolah Tidak Hancur 1

Anak-anak hanya akan menggunakan seragam selama dua hari saja, Senin dan Selasa. Selebihnya bebas menggunakan pakaian apa yang penting rapi dan sopan.

Anak-anak dibebaskan mengambil tempat di ruang terbuka yang nyaman untuk belajar. Bahkan yang paling membuat saya speechless adalah bahasa yang digunakan setiap hari di kelas adalah Bahasa Inggris. Sungguh sebuah terobosan untuk sekolah yang jauh dari kota besar. Anak-anak di pelosok pun harus bersyukur dengan keberadaan sosok Farid dan rekannya yang memang memiliki niat mulia akan tujuan mencerdaskan anak-anak bangsa dimulai dari lingkungan terdekatnya.

Sangat Fokus Mengajak Anak Kaum Dhuafa untuk Bersekolah 

Sekolah ini untuk siapa saja yang mau belajar. Bahkan anak-anak usia sekolah dan termasuk dalam anak yang berasal dari keluarga kurang mampu, diijinkan ikut belajar. Farid tidak pernah lelah berkeliling ke rumah-rumah kaum dhuafa untuk mengajak anak-anak mereka bersekolah di sekolahnya.

Bagi Farid, sekolah itu tidak boleh dibatasi pada yang bisa bayar dengan yang tidak. Namanya menuntut ilmu itu adalah hak dan kewajiban semua manusia.

“Bentuk keprihatinan kita kepada mereka yang fakir, yang miskin, yang dhuafa, anak yatim. Inilah yang justru menjadi tantangan untuk kita,” kata Farid pada setiap jurnalis yang datang menggali informasi.

Seikat Sayur Bisa Jadi Uang Bayar Sekolah

Sangat excited juga saya saat tahu informasi soal “Sekolah Sayur” yang digagas oleh Muhammad Farid ini. Apalagi bagi kaum dhuafa, anak yatim miskin dan semisalnya. Sebab, mereka bisa bersekolah hanya dengan membayar pakai seikat sayur.

Batin saya pun bergejolak,

“Hari ini masih ada yang sekolah tidak bayar dan kalau bauar pakai sayur?” 

Ternyata memang ada, sekolah alam yang dibangun Muhammad Farid bersama rekannya. Namun, Farid juga benar-benar harus memastikan bahwa si anak yang bersekolah berasal dari warga yang menjadi syarat. Bahkan bisa digratiskan jika memang tidak ada lagi yang mampu untuk dibayarkan.

Sekolah Sayur Muhammad Farid

Apresiasi SATU Awards dalam Bidang Pendidikan 

Ide dan inovasi Farid dengan “Sayur untuk Sekolah” memang pantas mendapatkan apresiasi SATU Awards dari Astra. Membangun sekolah sejak 2005 hingga kemudian di tahun 2010 mendapatkan penghargaan ini, sungguh perjalanan sangat panjang untuk pembuktian bahwa sekolah tak harus dibayar dengan uang.

Seikat sayur menjadi bukti kesungguhan dan sayang jika anak-anak yang diberi kesempatan itu disia-siakan. Sebab, sejatinya belajar itu tak harus duduk diam di bangku sekolah, di ruang terbuka pun menjadi tempat untuk menimba ilmu-ilmu Allah yang bertebaran.

Harapan Muhammad Farid di Masa Depan dengan Sekolah yang Dibangun 

Muhammad Farid sangat berharap bahwa sekolah bukan lagi hanya untuk orang yang memiliki uang. Sekolah untuk siapa saja. Maka ke depannya sangat berharap bahwa makin banyak anak-anak yang kurang beruntung dalam hal keuangan tetap bisa bersekolah dan mendapatkan ilmu serta pengajaran adab.

Jangan sampai tantangan era globalisasi yang makin keras ini justru makin banyak anak-anak yang tidak mau bersekolah karena terbentur dengan biaya mahal. Sekolah alam bisa dengan biaya sekolah seminim mungkin. Asalkan pihak yang terkait saling memahami dan mendukung satu sama lain.

***

Well, perjuangan Muhammad Farid mencerdaskan generasi selanjutnya memang patut diacungi jempol. Saya berharap setelah makin banyak yang menyuarakan inovasi dan kreativitas serta niat yang sungguh dari Farid ini, banyak yang mau ikut membantu. Minimal memberikan donasi dalam bentuk pakaian laik pakai dan bantuan perlengkapan sekolah dan mengajar sehingga bisa makin banyak yang belajar menyenangkan.

***

Referensi:

  1. Cerita Sekolah Alam Farid; https://banyuwangi.viva.co.id/peristiwa/7889-sayur-untuk-sekolah-muhammad-farid-sang-inspirator-sekolah-alam-gratis-di-banyuwangi?page=1, diakses tanggal 17 Oktober 2024 
  2. Majalah ASTRA https://astramagz.astra.co.id/, diakses 17 Oktober 2024
Facebook
Twitter