Asperger? Mungkin masih banyak yang belum tahu istilah ini. Saya pun sebenarnya belum lama mengenal kata “asperger” ini. Semuanya berawal dari hilangnya seorang anak bernama Mirza beberapa bulan lalu akibat kelalaian penjagaan ART di Jakarta. Dari situ saya baru tahu bahwa Mirza adalah salah satu anak asperger.
Seorang anak asperger memang sulit berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Tetapi, bukan berarti bahwa anak asperger terbelakang. Justru malah sebaliknya. Bahkan banyak penelitian yang menemukan bahwa IQ anak-anak asperger banyak yang di atas rata-rata. Oleh karena itu, tidak salah jika ada anak asperger yang bisa ahli di bidang tertentu, seperti pemograman komputer, matematika hingga pada ilmu pengetahuan alam.
Kesulitan berinteraksi tersebut memang menjadi perhatian khusus bagi orang tua di lingkungan keluarga dan guru di lingkungan sekolah. Sebab, ketidakmampuan anak asperger dalam mengolah rasa humor dan juga takut harus diimbangi dengan perhatian berlebih.
Hal ini juga terjadi pada Mirza. Laki-laki yang kini berusia 6 tahun. Aperger yang melekat dalam diri Mirza memang sempat membuatku terdiam. Bukan karena kasihan. Tetapi sebaliknya, kagum. Anak seusia Mirza dengan predikat asperger ternyata memiliki kelebihan dalam proses audio learning. Mirza sangat cepat menangkap sesuatu hal hanya menggunakan pendengarannya. Hal ini dibuktikan dengan kalimat-kalimat yang sering didengarkan tiap hari bisa diulang dengan cepat dan lancar. Tidak hanya itu, yang paling membuat kagum adalah Mirza mampu menghafal beberapa surah dalam al Quran, sebut saja Surah An Naba’. Karunia Tuhan melalui audio-nya mampu menghafal cepat dan melantunkan ayat-ayat al Quran yang boleh jadi kita sebagai orang dewasa mungkin belum atau bahkan sama sekali tidak menghafalnya.
Tak hanya itu. Kemampuan dalam mengoeprasikan permainan dalam sebuah gadget begitu cepat ditangkap oleh Mirza. Saya saja yang setiap hari bersama permainan dalam gadget tersebut belum memahaminya sampai detik ini. Dan cenderung saya meninggalkannya dan merasa tidak mampu mengoperasikannya.
Memang Mirza bukan sembarang Mirza. Kejadian beberapa waktu lalu saatnya dirinya pergi dari rumah (baca: hilang) seolah menjadi petunjuk bahwa Mirza memiliki kelebihan lain yaitu tidak memiliki rasa takut. Rasa takut itu tidak ada di dalam diri Mirza sehingga dirinya berani melakukan hal yang menurut kita sebagai orang dewasa adalah sesuatu yang mengerikan (baca: naik sepeda kecil di tengah jalan raya yang begitu ramai). Ingatannya yang kuat akan lokasi dimana dirinya selalu dibawa oleh kedua orang tuanya menjadi satu bukti bahwa Mirza itu cerdas.
Sehari bersama Mirza dengan beberapa kisah mengenai dirinya membuat mata saya terbuka. Tuhan begitu kaya dengan segala jenis ciptaanNya. Ada manusia yang diciptakan seperti Mirza itu menjadi pelajaran dariNya bahwa kita harus saling mendukung satu sama lain. Asperger bukanlah autis yang sering disamakan dengan keterbelakangan. Justru sebaliknya. Ada cara tersendiri dari anak asperger untuk survive dalam kehidupannya. Bahkan bisa sukses dengan kecerdasan yang dimilikinya melebih manusia pada umumnya. Begitupun dengan Mirza.
Ada satu kerinduan yang membekas meskipun hanya sehari bersama Mirza. Sederhana namun cukup membuat mata saya berkaca-kaca. Mirza memeluk saya dengan erat tiba-tiba di pinggir jalan dan mencium kedua pipi saya seperti Mirza mencium ibunya seperti biasa. Ada rasa haru dan rindu ingin diperlakukan demikian lagi oleh sosok mungil seperti Mirza. Kesan yang mengantar saya bahwa begitulah kasih sayang tulus dari seorang anak ketika kita sebagai pihak yang dewasa juga tulus memberikan kasih sayang dan perhatian padanya.
Sampai jumpa lagi, Mirza… nanti kita main gadget sama-sama lagi… kelak kamu akan membuat bangga ayah, bunda dan keluargamu… tetap jadi Mirza yang ceria yah… tunjukkan pada dunia bahwa anak asperger juga bisa sukses dalam bidang yang ditekuni…
Salam sayang dari Kota Pahlawan ^_^
NB:
Saya belajar food combining lho dari Mirza…
4 Responses
Assalamualaikum Mba Amma..
Ahh..baca postingan ini jadi ikut kangen Mirza *hugs*
@LEILA,
Iya mbak… sehari saja sudah bikin rindu… apalagi kalau lebih dari itu 🙁
Rahmah, terima kasih sudah mau bersama Mirza. Salam sayang dari Mirza ^_^
@Mubarika,
Sama-sama mbak ^^v
Salam sayang plus rindu sangat buat Mirza dan baby Fatimah #peluk