So sleepy! Hal ini yang menggerogoti ketika acara sarapan setiap pagi selesai dilaksanakan. Sejak duduk di bangku SD, Mama dan Papa memang selalu mengajarkan untuk mengisi perut sebelum keluar rumah di pagi hari. Alasannya biar tetap semangat, khususnya dalam menerima pelajaran di sekolah. Dan juga sebagai penangkal pingsan pada hari Senin alias tetap fit mengikuti upacara bendera.
Namun, pada kenyataannya dalam tubuh saya tidak begitu kompromi dengan sarapan. Mengantuk dan mata berair karena menguap terus-menerus terkadang menjadi alasan untuk say no to breakfast. Kebiasaan sarapan kala itu diganti dengan membawa bekal ke sekolah. Hal itu berlangsung terus-menerus hingga duduk di bangku SMA, bahkan sampai kuliah.
Lagi-lagi perubahan itu terjadi tatkala telah memasuki jenjang pernikahan. Kebiasaan yang tadinya dilakukan dan menurut diri pribadi wajar-wajar saja, harus diubah dan menyesuaikan diri dengan lingkungan (baca: adaptasi).
Mendapatkan suami yang memiliki kebiasaan sarapan di pagi hari jelas membuat saya sedikit “kaget”. Ya, pagi-pagi benar harus menyiapkan makanan, utamanya memasak nasi, agar suami bisa sarapan sebelum memulai aktivitas. Mau tidak mau, suka tidak suka, kebiasaan sarapan pun akhirnya harus rutin saya lakukan juga, kecuali kalau sedang puasa 😀
Menu yang disiapkan pun sederhana. Karena kesukaan suami adalah tahu-tempe, maka membuatkan sambal bawang dengan tempe dipenyet pun suami sudah bahagia bukan kepalang. Tetapi berbeda dengan saya. “Mungkin” karena sudah terbiasa tidak sarapan, ketika mencoba rutinitas sarapan tersebut, setiap pagi rasa kantuk tidak pernah bisa absen menggoda. Jarum jam masih menunjukkan pukul 07.00 WIB saja, yang ada dipikiran hanya bantal dan kasur empuk. Hal ini pun akhirnya saya konsultasikan pada yang lebih berhak memberikan solusi.
Dari hasil konsultasi tersebut ternyata yang menyebabkan rasa kantuk itu adalah menu sarapan itu sendiri. What?! Ya, tadinya saya tidak percaya karena yang tersaji di atas meja saat sarapan pun hanya sederhana, yang penting perut tidak kosong dan menekan produksi asam lambung yang meningkat karena tidak adanya asupan makanan.
Yang menyebabkan kantuk setelah sarapan, antara lain:
- Jenis makanan yang disajikan memiliki kandungan gula yang terlalu tinggi, seperti roti atau makanan yang manis lainnya
- Makan dengan porsi yang terlalu banyak
- Terlalu pelit mengunyah makanan (mungkin karena saking buru-buru, makanan kurang dikunyah dan langsung telan). Hal ini mengakibatkan kerja organ-organ pencernaan menjadi lebih keras lagi.
Padahal sarapan memiliki banyak manfaat, seperti:
- Meningkatkan konsentrasi; otak kembali mendapatkan nutrisi sehingga bisa bekerja dengan baik
- Meningkatkan metabolisme tubuh; metabolisme yang berjalan lambat saat tidur di malam hari akan kembali aktif setelah mendapatkan asupan nutrisi dari sarapan
- Mencegah makan berlebih di siang hari; sarapan bisa menahan diri untuk makan berlebih di siang hari. Apalagi bagi yang bekerja dan menuntut tubuh yang fit (tanpa rasa kantuk), makan siang akan menghambat pergerakan tubuh jika dengan porsi banyak karena alasan tidak sarapan sebelumnya.
So, sarapan sangat penting untuk dilakukan. Saya yang sejak SD mengalami masalah sarapan tidak akan saya turunkan pada si kecil. Justru dengan beragam informasi yang bisa diperoleh saat ini, apa yang dulu tidak dilakukan karena keterbatasan pengetahuan, kini tidak ada lagi alasan untuk tidak mengaplikasikannya.
Dan saat ini sarapan sudah menjadi kebiasaan rutin yang tak lagi membuat kantuk. Solusinya adalah bagaimana mempersiapkan menu sarapan sehat untuk membangkitkan stamina, bukan sebaliknya 😀 Hmmm… sarapan dulu, yuk!
#10HariNonstopNgeblogGizi
3 Responses
yuk mari kita sarapan dulu, butuh konsentrasi nih buat sarapan 🙂
Wah. Info yang bagus mba.
Memang harus kurangi kadar gula dalam makanan ya. Jangan terlalu banyak gula. Gak bagus kan.
tadi pagi aku sarapan pakai rendang 🙂