Cinta. Satu kata yang memiliki sejuta persepsi. Itu semua berdasarkan pengalaman yang dialami oleh siapa saja yang merasakan cinta itu sendiri. Seperti halnya Eka Situmorang yang mendeskripsikan cinta dengan alur nafas kehidupan Kayla.
Labirin Rasa, sebuah novel yang digagas oleh wanita berdarah Batak ini mencoba memberikan sentuhan baru dalam dunia cerita fiksi. Tak ingin terlalu larut dalam pesona tentang tema yang sedang menjadi “trending topic” karena novel Labirin Rasa memiliki daya tarik tersendiri meskipun menyentuh “cinta” sebagai penguat.
Kayla, disebut sebagai petualang. Kesukaannya pada traveling membuat karakter Kayla terlihat mempesona apalagi Kayla seorang perempuan. Pembawaannya yang tomboy, egois, mandiri, tegas, agresif dan memiliki prinsip dalam hidup membuat tokoh Kayla seperti hidup. Dan saya sendiri sempat berpikir mungkin Kayla menjadi tokoh yang sejatinya menceritakan sosok penulis novel Labirin Rasa ini sendiri :D, meskipun hanya pernah bertemu sekali dengan penulisnya.
Dalam novel ini, disebut Ruben sebagai sosok laki-laki yang menyetuh hati Kayla. Cinta yang tumbuh dengan begitu kuatnya namun harus merasakan kepedihan karena persoalan nafsu. Semua berakhir dengan begitu getir hanya karena kesalahpahaman semata.
Kayla kemudian menjalani kehidupan dengan Labirin Rasa yang tak biasa. Sebab cinta memang tak pernah dipastikan akan berlabuh pada siapa. Sosok Andy dan Patar yang hadir menghiasi kehidupan cinta Kayla memang memberikan nuansa berbeda dalam dunia percintaan. Apalagi jika salah satunya harus menjadi bagian terpenting dalam kehidupan Kayla kedepannya.
Lepaskan jika harus melepaskan. Beri waktu, beri ruang untuk cinta dapat bertumbuh… (hal. 389).
Memang cinta tak ubahnya membuat manusia yang merasakan harus berperan pada apa yang dilihat dalam nyata. Namun, bukan berarti bahwa semuanya harus sesuai dengan harapan bahkan logika. Karena cakupan cinta pun juga kompleks dan lagi-lagi diinterpretasikan sesuai dengan karakter jiwa yang merasakannya. Labirin Rasa diperlukan untuk sejenak memberi ruang dalam kesesatan rasa yang menyergap tiba-tiba.
Overall, Labirin Rasa dikemas dengan emosional dan boleh jadi menjadi karena terpengaruh karakter Kayla yang memang demikian. Sikap tegas namun tetap memiliki emosi yang terkadang labil menjadikan Kayla bertahan dengan lika-liku labirin yang sempat membuatnya tersesat akan kedalaman rasa di hatinya. Hingga mampu melakukan apa saja demi rasa yang bernama cinta.
Mengenai kelemahan novel Labirin Rasa ini antara lain pada kesalahan berupa typo, tidak konsisten dalam penggunaan kata, hingga kepada alur yang lompat dan maju mundur. Ditambah lagi ada percakapan yang seharusnya Kayla bersama Ruben tetapi “terselip” nama Patar. Namun, kembali lagi bahwa nobody’s perfect… semua bisa saja melakukan kesalahan dan menjadikannya pelajaran bukan untuk diratapi dan akhirnya membenci masukan.
Bagi yang ingin mengalami “sesat” dalam ruang cinta, Labirin Rasa bisa menjadi referensi bahwa tak selamanya cinta menemukan bahagianya begitu saja. Tersesat dalam petualangannya bisa menjadi bumbu kenangan yang kemudian mendewasakan secara tidak langsung. Tak ada bahagia jika kecewa tak pernah terasa, begitupun kecewa akan berangsur menghilang berganti bahagia ketika mampu lepas dari sesatnya rasa yang menyergap dalam hati.
Saya beri 3 bintang dari 5 bintang untuk novel Labirin Rasa ini
NB:
Cinta itu memang menyesatkan. Tetapi sesatnya menjadi indah jika ditemani saling memahami dan memberikan kebebasan untuk memaknai “tersesat” itu.
3 Responses
good luck ya mbak
Wah, perlu baca nich mbak? Salam kenal dulu ya mbak?
sangat membantu kebtulan saya ad tugas kuliah merensensi karangan fiksi