Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kelima.
Puisi: Cinta Pertama sengaja kuhadirkan sebagai bentuk aplikasi dari rasa yang tak pernah tersampaikan secara nyata. Hanya mampu kukenang dan tak sanggup kudekap dalam kerinduan membahana. Ingin menjadi alas pada sebuah doa penghantar pada kebahagiaan sejati.
Wahai sosok yang tak pernah muram
Kulihat jelas mata itu penuh cinta
Hingga mata terpejam
Rasa itu selalu membelai raga
Di sini
Aku berdiri sendiri
Mengharap pelukan hangat itu terjadi lagi
Meskipun sangat sadar bahwa hal itu hanya bisa lewat mimpi
Aku tak pernah mengerti
Rasa cinta ini begitu menyiksa hati
Hingga aku harus menanggung sakitnya sendiri
Tak pernah kusangka
Ucapan itu berakhir nyata
2010 hidupku dirundung duka
Mengoyak hati hingga tak berasa
Wahai sosok pria bermata biru nan sipit
Apakah rasa ini sedemikian pahit?
Ingin kurengkuh bayangmu namun sulit
Bahkan seringkali batinku menjerit
Cinta ini telah membiusku
Sejak mataku mampu melukiskan wajahmu
Sebagai sosok pelindungku
Dan ‘ayah’ adalah sebutan untukmu
Wahai sosok pria yang kini tak lagi nyata
Kusandarkan doa untuk bahagiamu di sana
Berharap DIA memberi cinta yang serupa
Bahkan lebih besar dari cinta yang kupunya
Wahai sosok pria yang bijaksana
Betapa saat ini jiwa dan ragaku ingin bersua
Walau sekali saja…
Cinta pertamaku memang adalah ayahku. Sosok yang tak pernah habis rasa sayangnya untukku dan seluruh keluargaku. Tenang dalam menghadapi badai rumah tangga serta selalu berserah diri pada-Nya saat kesulitan mengganggu.
Aku sangat mencintaimu, ayah…
2 Responses
puisinya cantik, bikin saya jadi rindu dengan sosok bapak, rahimahullah. Terima kasih sudah mengingatkaku pada bapak.
@haeriah,
komentar mbak juga cantik 🙂