Sudah sebulan ini Letty selalu diam di pinggir kolam renang. Sesekali air matanya berlinang. Sesaat kemudian tubuhnya lemas dan tak sadarkan diri. Selalu begitu setiap hari. Tangannya masih saja selalu memegang phot frame berwarna ungu.

โ€œLetty, sarapan dulu sayang.โ€ Ajak Dion, suami Letty

โ€œNggak mau.โ€

โ€œSayang, perutmu harus diisi.โ€ Dion kembali membujuk.

โ€œNggak laper.โ€

โ€œIsi sedikit saja yah, sayang. Atau mau aku suapin?โ€

โ€œ…โ€

โ€œJangan begini terus sayang. Aku tahu kamu sedih. Aku pun juga sedih.โ€

โ€œMas nggak tahu rasanya, sakit. Andai saja aku tak mengajak Shiren bermain.โ€ Letty bicara dengan nada tinggi. Tubuhnya meronta di kursi roda yang sudah menemaninya sebulan ini. Tangannya masih memegang erat phot frame ungu miliknya. Dion mencoba meredam sembari memeluk Letty agar tenang kembali.

โ€œSayang, itu bukan salahmu. Memang sudah takdir-Nya akan begitu. Sudahlah. Sudah sebulan aku tak merasakan hangatnya pelukan istriku.โ€

Letty menatap photo frame ditangannya. Tangan Dion terus mengusap punggung Letty. Pelukannya mampu menenangkan Letty tetapi sejatinya Dion rindu akan istrinya yang dahulu memberikan pelukan hangat dan ceria.

โ€œSayang, jika kamu seperti ini terus, Shiren akan kecewa kepadamu. Ayo sayang. Jangan begini terus.โ€

โ€œAku kangen dengan Shiren, Mas. Kangen… โ€œ Tangis Letty kembali pecah.

โ€œAku juga kangen dengan Shiren, sayang. Tetapi semua harus kita terima.โ€

โ€œAndai saja… aku tidak… โ€œ Suara Letty terhenti.

***

Prompt #14 Shiren

credit

โ€œMama, dingin sekali.โ€

โ€œSalju memang dingin, sayang. Boneka salju Rio sudah jadi lho. Kamu nggak mau buat juga?โ€

โ€œMana, Ma? Aku mau buat tapi dingin banget. Kusangka kalau desa tak sehebat begini dinginnya.โ€

โ€œShirakawa memang desa di Jepang yang menerima salju paling banyak. Jadi wajar saja kalau suhunya terlalu rendah. Pakai ini.โ€

โ€œOke, Ma. Aku harus buat boneka salju yang lebih besar dari Rio.โ€

โ€œMama tunggu hasilnya.โ€

Udara dingin membuat langkah Shiren tak secepat biasanya. Baju tebal yang dipakainya tak sepenuhnya mampu menghalangi dingin yang menyerang. Tembus hingga ke bagian lapisan kulit terdalam sepertinya. Tetapi Shiren ingin membuat boneka salju atas support sang Mama.

Lima belas menit kemudian…

โ€œShiren… Shiren… ayo masuk, sayang. Waktunya makan siang. Sudah terlalu lama kamu di luar.โ€ Letty keluar mencari Shiren.

Tak ada suara. Boneka salju Shiren sudah jadi. Tetapi…

โ€œShireeen… kamu kenapa sayang? Shiren… bangun Shiren!โ€

***

โ€œAku memaksa Shiren membuat boneka salju untuk menyaingi Rio. Shiren sudah bilang kalau cuacanya dingin. Shiren memaksakan diri karena aku, Mas.โ€

โ€œSudahlah, sayang. Kita ambil hikmahnya.โ€

โ€œTetapi aku kangen Shiren, Mas.โ€ Tangis Letty pecah lagi.

โ€œAku juga. Sudah sayang. Kita sarapan yah.โ€

Letty mengangguk…

Total: 399 words

Facebook
Twitter

Related Posts

29 Responses

  1. aku juga berpikir kalo endingnya si shiren ini meninggalnya membeku sampe menjadi es, jahat banget ya ideku, mbak? ๐Ÿ˜€

  2. 1. Paragraf pertama biasa, tapi bikin penasaran. ๐Ÿ™‚

    2. Ide cerita sederhana, tapi asyik dibaca. ๐Ÿ™‚

    3. Penulisan, masih belum pas pada penggunaan kata sapaan ‘sayang’, karena seharusnya diawali huruf kapital dan masih ada typo ‘phot frame’. ๐Ÿ™‚

    4. Diksi lumayan, tidak ada kata/kalimat yang mubazir, sih, kayaknya. Pas. ๐Ÿ™‚

    5. Twist-nya mengharukan, meskipun sebenarnya sudah bisa ditebak di awal cerita itu. ๐Ÿ™‚

    Salam.

  3. iya, setuju sama mbak Latree, twistnya ga ada (eh tapi saya juga sering belum bisa bikin FF yang ngetwist :D) tapi bagus kok ceritanya ๐Ÿ™‚

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *