Pesona pasir putih Tanjung Bira menjadi pilihan berlibur saat itu (2010). Cocok untuk insan yang mencari ketenangan dan kesejukan alam setelah penat bekerja. Keindahan pantai serta hamparan pasir putih yang lembut dapat memanjakan tubuh.
Tetapi tunggu, sebelum kaki dan tubuh menghirup segarnya udara pantai Tanjung Bira, kami mengamati di setiap perjalanan pesisir pantai terdapat kerangka-kerangka perahu phinisi (perahu kebanggaan Sulawesi Selatan yang pernah melintasi Samudera Pasifik dahulu kala) yang dibangun warga. Namun sayang sekali saat itu kami tak sempat turun dan mengabadikan moment tersebut.
Hamparan pantai yang luas, air laut yang biru-hijau memanjakan mata saya dan rombongan. Kami benar-benar takjub pada keindahan alam sang Maha Pencipta, Allahu Rabbi. Saya sendiri seperti tidak percaya bisa menginjakkan kaki di atas pasir putih lembut, belum lagi dikena ombak kecil menggulung ke bibir pantai, terlihat juga beberapa kerang dan bintang laut yang sudah mati tersapu ombak kemudian kembali lagi ke bibir pantai.
Saya dan teman-teman mengatakan bahwa inilah liburan terheboh karena sebenarnya perencanaan hanya sehari dan semua bisa terlaksana hingga raga berada di Tanjung Bira. Puas bermain pasir hingga menjadikan pasir putihnya sebagai masker wajah. Jika mengingat masa itu, rasanya ingin sekali ke sana lagi.
Lokasi Tanjung Bira
Tanjung Bira terletak di Bulukumba, tepatnya sekitar 40 Km dari pusat Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. posisi Tanjung Bira jika dilihat dari Peta, maka Tanjung Bira tepat di kaki Sulawesi Selatan.
Menempuh Tanjung Bira
Jika berangkat dari kota Makassar, maka perjalanan akan ditempuh sekitar 4-5 jam perjalanan. Jika berangkat dari bandara Hasanuddin (Kabupaten Maros), maka perjalanan akan ditempuh sekitar 5-7 jam perjalanan.
Transportasi yang digunakan juga beragam. Bisa menggunakan motor, mobil pribadi atau mungkin menggunakan jasa travel. Kalau pengalaman kami, menggunakan travel jauh lebih nyaman karena bisa cepat sampai. Tarif jasa transportasi menggunakan travel (mobil serupa Xenia atau Avanza) berkisar Rp. 500.000,-/malam. Satu mobil travel memuat 8 orang.
Jika ragu, Anda juga bisa menggunakan Buku Panduan wisata terbaik di Sulawesi Selatan untuk lebih meyakinkan dan lebih membantu dalam me-manage keuangan untuk program travelling
Fasilitas di sekitar Tanjung Bira
Memasuki area Tanjung Bira, terlihat deretan villa yang disewakan bagi pengunjung. Tarifnya juga beragam, tergantung model villa yang diinginkan. Saat itu, kami tidak menyewa karena memang tidak sampai menginap di sekitar pantai. Kami Cuma menempati bale-bale yang disediakan untuk berteduh dari teriknya matahari.
Di sekitar bale-bale tersebut terlihat warga daerah asli memanfaatkan objek pariwisata ini dengan menjajakan makanan khas warga sekitar. Ada gogoso (sejenis lemper), songkolo (makanan dari ketan hitam) juga ada nasi kuning yang lauknya abon ikan.
Kami tak hanya mendapati depot makanan, ada juga kios-kios sederhana yang menjajakan kerajinan khas Tanjung Bira. Kerajinan yang dibuat dari kerang yang sudah mati. Harganya juga beragam, standar dari harga Rp. 2.000,- hingga Rp. 25.000,- (tergantung besar dan kesulitan membuat kerajinan tersebut).
Memuaskan hati menikmati lebih dalam tentang eksostisme Tanjung Bira, banana split bisa menjadi salah pilihan. Hanya mengeluarkan kocekan sekitar Rp. 100.000,-/5 orang, maka kita akan dibawa sedikit lebih jauh ke tengah laut. Fasilitas ini cocok bagi yang suka menguji nyali dan membuang fobia pada laut.
Pastinya, liburan ke Tanjung Bira dengan pesona pasir putih tahun 2010 lalu masih sangat berkesan. Mengingatnya kembali mencuatkan rasa rindu pada teman-teman yang juga ada dalam kenangan itu. Andai saja bisa terulang, mungkin nostalgia bisa membawa bahagia kembali.
NB:
Jika suatu hari Anda berkesempatan melakukan travelling ke Sulawesi Selatan, Tanjung Bira bisa menjadi salah satu pilihan.
5 Responses
Liat fotonya kayaknya asik banget tempatnya…
@Mas Alifianto,
asik banget emang mas
sempatkan kesana deh 🙂
Bismillah..Pingin kesana lagi ma kalian!!!
Wah, seru nih liburannya,pantainya juga bersih ya. Sayang, jauh amat dari sini ya,hehehe
@Ety Abdoel,
ditunggu mbak Ety
kalo mau kesana harus siap tenaga berlama-lama diperjalanan 🙂