Pertama Kali Jatuh Cinta dengan Kartu Pos mungkin tidak menarik untuk kalian baca. Karena salah satu media mengirimkan pesan, kabar atau informasi satu ini memang sudah banyak yang melupakannya. Bahkan ketika tahu bahwa sebenarnya ada komunitas yang mewadahi orang-orang dengan hobi mengirimkan atau mengumpulkan kartu pos pun pasti heran yang muncul seketika.
“Zaman semua serba digital kok masih ngirim kartu pos, nyampenya berapa lama?”
Eits, tunggu dulu. Jangan buru-buru menanyakan berapa lama kartu pos itu sampai di tangan orang yang dituju. Coba tanya bagaimana perasaan ketika kartu pos ditulis, dihias, ditempeli prangko lalu dikirim ke kantor pos dengan harapan yang tidak semua orang tahu. Jawabannya akan berbeda-beda, tergantung kisah pertama kali jatuh cinta dengan kartu pos yang dialami karena pasti akan dijawab tanpa ragu-ragu.
Nah, kalau saya sendiri bagaimana? Semenarik apa sehingga masih mengirim kartu pos bahkan bergabung dengan komunitasnya sampai sekarang yang juga ada di Surabaya.
Pertama Kali Jatuh Cinta dengan Kartu Pos Bapak
Hmm, jujur saja pertama kali jatuh cinta dengan kartu pos itu karena seorang laki-laki dewasa di Jerman. Ya, saat itu usia saya masih SD kelas 2 dan masih tinggal di rumah lama milik paman. Bapak yang saat itu berprofesi sebagai guru Bahasa Inggris, ternyata punya banyak teman. Salah satunya laki-laki yang mengirimkan kartu pos yang menceritakan kondisinya di Jerman, singkat, padat dan selalu ada tanda tangan.
Saya pun akhirnya sering bertanya pada Bapak, segala hal yang berhubungan dengan dunia surat-menyurat. Bapak yang selalu memberikan fasilitas akan rasa ingin tahu saya yang besar, memberikan saya kesempatan untuk membalas kartu pos tersebut tanpa syarat. Namun, saya sudah memahami batasan mana yang harus dilalui dan tidak sehingga kepercayaan Bapak selalu ada. Bahkan sejak kartu pos saya tiba di Jerman dan mendapatkan balasan, Bapak sudah paham kalau ketertarikan pada kartu pos tidak boleh dikekang. Alasan bapak sederhana, saya bisa melatih writing in English dengan kartu pos saat itu. Bahkan sesekali ada kata yang dicoret dan diberikan kata yang benar di bawahnya. Seseru itu cerita saya dengan bapak ketika pertama kali jatuh cinta dengan kartu pos.
Jatuh Cinta yang Terus Berlanjut dengan Komunitas
Waktu itu saya tidak sengaja melihat timeline di Facebook yang share sebuah kartu pos cantik dari Russia. Saya pun jadi stalking dan sedikit merasa aneh sebab namanya begitu asing. Ternyata, beliau adalah teman saya yang mengganti nama akun dan sekarang fokus dengan hobi postcrossing.
Saya buka situs yang tertera di status teman saya tersebut dan sungguh senangnya karena situs tersebut merupakan situs yang menghubungkan orang dari segala penjuru dunia dengan kartu pos. Seketika jadi ingat kisah pertama kali jauh cinta dengan kartu pos bersama mendiang Bapak. Tanpa pikir panjang, saya sign up dan mulai bersenang-senang dengan kartu pos lagi dan mungkin selamanya.
Sekarang, saya sesekali ikut kegiatan komunitas tersebut, baik online atau offline. Bahkan saya pernah menuliskan perjalanan meet up kami di Kantor Pos Kebon Rojo, Surabaya.
Kejutan Setelah Pertama Kali Jatuh Cinta dengan Kartu Pos
Banyak. Salah satunya adalah punya tumpukan kartu pos dari berbagai negara. Bahkan negara-negara impian pun juga ada. Setidaknya bisa langsung berinteraksi dengan mereka meskipun dengan snail mail, sebutan kartu pos karena memang tak bisa cepat sampai dalam kurun waktu 1-2 hari.
Selain itu, kejutan lainnya adalah perlu tabungan khusus untuk membeli prangko. Kalau kartu pos sendiri bisa handmade bisa beli. Tergantung selera dan permintaan teman postcrossing.
Dan yang paling membuat terkejut tetapi bahagia adalah informasi register kartu pos oleh penerima di negara lain padahal kita sudah menganggap kartu tersebut expired karena saking lamanya tidak ada kabar.
Ya, perjalanan kartu pos saya ke Australian memakan waktu 1.769 hari. Waktu yang benar-benar hopeless bagi sebagian orang. Untung saja ini hanya persoalan register kartu pos, bukan register status cinta ditolak atau diterima, haha.
***
Well… pertama kali jatuh cinta dengan kartu pos juga pasti ada yang mengalami, bukan? Kalau kamu kebetulan membaca artikel ini, coba sharing pengalaman dan rasa ketika jatuh cinta saat itu.
14 Responses
Wah, Masih ada ya mbak komunitasnya?
Jadi inget masa kecil seneng banget nerima kartu pos dari saudara,
aku dulu sukanya korespondensi alias surat menyurat karena buatku kartu pos selalu terbatas karakter. Rajin banget dulu buka majalah mentari putera harapan demi mendapatkan alamat-alamat yang ingi saya kirimi surat. Rasanya menyenangkan ketika dapat surata balasan
Aku jaman SD sebenarnya juga suka kirim surat-surat, Mbak. Bahkan sampe SMA sama sesemas-mas. Wkwkk
Tapiii sepertinya jaringanku cuma ada di dalam pulau, bahkan yang terakhir di dalam kota. Memang menyenangkan surat menyurat itu, apalagi kalau dapat kartu pos. Rasanyaa bahagia!
Mau memulai lagi sekarang kok udah aras-arasen ya, soalnya kantor pos udah jauh dari sini.
Waaks kartu pos, jadi inget jaman sekolahan. Aku juga suka berkirim surat pake kartu pos Mba. Tapi aku lebih suka koleksi prangko sii hihi
Dulu kalau ada teman sekolah yang dapat surat atau kartu pos, asli penasaran banget. Karena terkendala kondisi gak bisa ke kantor pos, akhirnya gak pernah kirim-kirim bahkan sampai sekarang. Lucu juga kalau saling bertukar sampai luar negeri
Waktu SD dan SMP, saya masih suka kirim-kiriman surat termasuk kartu pos. Makanya sekarang suka kangen dengan masa-masa seperti itu
Wah seru ya hobinya. Kalaud dulu aku sukanya perangko. :)) Tapi kalau pergi ke museum atau ke luar negeri, aku selalu beli kartu pos juga sih buat kenang2an.
Dulu aku suka banget mbak dengan kartu pos dan perangko. Sampai ada komunitas, namun lambat laun semua bubar. Tapi happy banget ya mbak Ama kalau kartu pos nya sampai di tempat tujuan dengan selamat.
toss Ammaaa…aku juga suka banget. Entah sejak kapan koleksi dan gemar berkirim kartu pos. Hobi yang dituarkan tanteku nih..karena kebetulan dia juga suka banget perga dan pindah – pindah tinggalnya di luar negeri seperti kami. Koleksi udah 3 box besar nih Amma huhu…kayaknya bisa dibagi2 hehe
Wahh, aku dulu masih sempat menyaksikan papaku kirim-kirim kartu pos atau menerima kartu pos. Hehehe. Apalagi pas lebaran tuh yaa…
Jadi inget punya temen yang suka banget ngumpulin kartu pos, setiap aku kemana dia minta oleh olehnya itu hhee
Aah…uda lama banget yaa, kak Ama.
Aku filateli. Tapi koleksi perangko ku semua ada di rumah Ibu.
Uda sampai 3 album besar dan semua aku dapatkan dari menabung.
Dulu, Bapak rahimahullah sangat suka aku koleksi perangko.
Kalau masku, uang koin berbagai negara.
Tapi sayangnya…sekarang entah kemana.
Hobi yang unik ini memang jarang sekali orang lain pahami.
Padahal sangat penuh nostalgia dan bisa membangkitkan kisah lama…
Walaahh ke Aussie bisa mpe 1700an hari gitu? Kayaknya itu udah diterima, keslempit, trus baru inget untuk diregisterkan kalik ya Ama. :))
Punya hobi postcrossingan gini emang susah menjelaskannya kepada orang yang menganggap kartu pos hanya selembar kertas saja. Beda perspektif soalnya. 🙂 So nikmati saja kan yaaa…
Dulu filateli digemari orang banget. Pernah baca di Jawapos koleksinya sampai beralbum-album. Yang unik kalau ada usia prangko tahun lama sama cap pos negara di antah berantah ya
Kalau mbak Rahmah koleksi perangkonya juga nggak? Udah berapa banyak sekarang? Bisa tuh dijadiin properti foto, hehe
Daripada nyari pandan gak dapet-dapet😁