Perjalanan ke Malang yang Tak Terencana (2)

Perjalanan ke Malang yang Tak Terencana (2) – Mungkin sudah ada yang penasaran dengan kelanjutan cerita saya ketika di Malang. Terakhir, saya berhenti bercerita pada saat saya sudah melakukan perjalanan menenami saudara ke sebuah outlet sepatu ternama. Jarak antara lokasi Bakso Kirun dengan outlet tersebut cukup ditempuh dengan mobil angkutan umum berupa mikrolet (kalau saya di Makassar menyebutnya pete-pete).

Menahan diri untuk tidak belanja pun akhirnya sukses saya lakukan. Padahal dalam pandangan saya, beberapa model sepatu dan (juga) tas seolah melambaikan tangan padaku dan menampakkan logo diskon yang melayang-layang seperti kibaran bendera. Tetapi, ah tidak! Saya harus menunjukkan ke suami juga kalau saya tidak serta-merta kalap ketika melihat barang-barang bagus. Yap, saya harus tampil di hadapan suami sebagai istri yang bisa memenej keuangan. Meskipun suami tidak akan pernah marah jika saya berbelanja untuk kepuasan diri. Saya saja sih yang merasa risih dan selalu berpikir ke depan bahwa kebutuhan primer semakin banyak. Untuk urusan me time dengan berbelanja memuaskan diri, nanti sajalah. Menunggu “rekening basah lagi” dari pencairan hasil menulis.

Tak hanya cerita soal itu, di outle sepatu itu pun saya harus ekstra tenaga berjalan kesana-kemari. Boleh dibilang seluruh sudut outlet sudah saya lihat semuanya. Padahal saya sudah bilang tidak akan berbelanja. Hmmm… itu terjadi karena si Salfa, anak manis berusia 18 bulan tidak mau diam dan duduk tenang di kursi. Keinginannya untuk terus jalan benar-benar menguras tenaga mengikutinya. Sesekali saya biarkan berkeliling sendiri sambil saya mengawasi dari jauh. Tetapi, tetap saja saya harus ikut membuntutinya karena khawatir Salfa memegang barang yang mudah pecah atau tertabrak customer yang sedang berbelanja juga. Dan Salfa selalu penasaran dengan balon foil yang terpajang di dinding outlet. Anak kecil memang selalu tertarik dengan balon.

Perjalanan ke Malang yang Tak Terencana (2)

Tidak ada kata tidak riuh kalau membawa anak kecil yang sedang masa-masa aktifnya. Sesekali suara Salfa memancing customer untuk mencubit pipinya. Bahkan tidak segan-segan pelayan outlet tersebut ikut bermain bersama Salfa. Mulai dari ci luk ba sampai kejar-kejaran. Duh, anak kecil seperti nggak punya lelah. Saya yang kebetulan memakai sandal yang tidak punya heel pun masih saja kewalahan. Apa saya terlalu lama di outlet tersebut? Ya, namanya menemani orang berbelanja, tentu harus mengikuti waktunya. Apalagi kalau saat itu saudara sedang memilih sepatu untuk digunakan saat bekerja. Mau tidak mau benar-benar harus selektif dan harus nyaman di kaki.

Sekitar 1 jam saya di outlet tersebut, akhirnya kami selesai juga. Dan tujuan selanjutnya adalah mencari oleh-oleh khas Malang. Kalau biasanya kami membeli Apel Ana, kali ini beda. Suami sudah mengirimkan SMS kalau minta dibelikan Strudel Malang. Jujur saja, saya baru pertama kali mendengar kata itu. Saya jadi berpikir dan membayangkan bentuk strudel itu seperti apa. Karena saudara melihat saya diam beberapa saat, barulah dia menjelaskan kalau strudel itu sejenis kue dengan aneka rasa. Sekilas bentuknya seperti bolu gulung.

Kami pun berjalan menuju outlet Strudel Malang dan beruntungnya lagi, cukup jalan kaki sekitar 5 menit dari outlet sepatu tadi. Ketika masuk, saya langsung disuguhi senyum ramah si pelayan dan background dinding outlet yang menampakkan wajah artis ternama, seperti Teuku Wisnu (suami Shireen Sungkar), Irwansyah dan istrinya. Dan saya pun baru tahu kalau strudel merupakan bisnis kue yang dijalankan oleh keluarga artis tersebut.

Lalu, apa yang saya lakukan lagi di outlet Strudel Malang tersebut? Yap, to be continued… *semoga nggak bosan, hehe.

Facebook
Twitter