Utamakan ADAB Sebelum ILMUÂ adalah salah satu pesan penting almarhum bapak dulu. Pasalnya beliau pernah bercerita memiliki teman yang memang dari ilmu sangat luar biasa pintarnya, hanya saja sering tidak menghargai waktu. Dari situ saya kemudian belajar bagaimana memenej waktu dengan waktu baik agar tidak selamanya ditunggu.
Menunggu sih masih bisa atas batas wajar tetapi jika sampai merugikan tentu tidak baik juga diikuti, bukan? Nah, balik lagi ke soal ADAB dan ILMU.
Adab itu sendiri diartikan sebagai sebuah norma kesopanan, sopan santun yang dilandaskan pada norma agama. Dan semua agama pasti mengajarkan soal adab ini. Agama mana pun.
Adab lebih didahulukan sebelum berilmu karena kita menjadi lebih respek dengan sekitar. Kita jadi tahu bagaimana bersikap dengan orang lain, diri sendiri bahkan dengan apa saja yang di sekitar. Pastinya kalau kita diperhadapkan dengan orang yang cara bicaranya kasar tetapi kita tahu bahwa sekolahnya tinggi tentu tidak akan nyaman, bukan?
Kita akan jauh merasa nyaman berada di sekitar orang yang ilmunya bagus tetapi memanusiakan manusia. Bahkan dengan benda mati pun mereka tetap berperilaku baik.
Belajar Adab, Ilmu Mudah Dipahami
Pelajarilah Adab sebelum Ilmu, karena Ilmu akan mudah dipahami karena mempelajari Adab
Lebih kurang seperti itu perkataan Imam Malik pada seorang pemuda Quraisy sehingga kedudukan adab lebih tinggi dibandingkan ilmu. Jadi, wajar jika seorang ulama sangat menekankan siapa saja yang ingin mengambil pelajaran darinya untuk mengedepankan adab terlebih dahulu sebelum ilmu.
Contoh-Contoh Sederhana Mengutamakan Adab Sebelum Ilmu
Tidak perlu mengambil contoh yang sulit karena di sekitar kita sering didapati fenomena seperti ini. Contohnya, ketika kita sebagai murid, sudah selayaknya datang terlebih dahulu daripada guru, bukan? Mengapa? Karena kita yang membutuhkan ilmunya otomatis kita harus memperlihatkan sikap yang benar-benar menunjukkan bahwa kita membutuhkan ilmu tersebut.
Bagaimana jika terlambat? Sebenarnya dalam realita banyak sekali alasan yang akan muncul dengan kata terlambat. Namun, jika benar-benar memiliki manajemen waktu yang baik dan sungguh-sungguh terhadap ilmu yang dibutuhkan, pasti yang namanya terlambat bisa diminimalkan.
Ada contoh lain?
Ketika dalam sebuah ruangan atau komunitas, tentunya ada berbagai macam jenis karakter manusia di dalamnya. Kita akan melihat mana yang benar-benar beradab dan tidak dari segi sikapnya. Misalnya, ketika salah satu orang di ruangan berbicara dan ada satu orang lagi tanpa permisi juga ikut berbicara. Alasannya argumen orang pertama yang berbicara itu tidak sesuai dengannya. Nah, adab dari orang kedua yang berbicara tentunya tidak ada, bukan? Karena harusnya memastikan dulu orang pertama selesai berbicara dan bisa melakukan interupsi atau memperlihatkan tanda untuk bicara. Dan tidak langsung memotong pembicaraan jika belum disilakan.
Masih ada contoh lain? Tentunya banyak di sekitar kita. Perhatikan dengan saksama maka akan banyak ditemui orang-orang demikian.
Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, sedangkan Adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh
Dari quote di atas sudah bisa dibayangkan bagaimana bahayanya ilmu jika tidak memiliki adab. Dan akan tampak tak berguna ketika ada adab tetapi tak berilmu. Keduanya harus saling bekerja sama sehingga menghasilkan manusia-manusia tak hanya pandai tetapi juga baik akhlaknya. Kita pasti ingin senantiasa menjadi dan bersama dengan orang seperti itu, bukan?
***
Well, menjadi manusia harus pandai dalam bersikap dan bertutur sebagaimana ilmu yang kita miliki. Sebab cara kita bersikap dan bertutur menjadi cermin seberapa dalam keilmuan kita sebenarnya. So, jangan pernah mengaku berilmu tinggi tetapi banyak yang tersakiti dengan kita sendiri.
9 Responses
Bener banget nih mbak memang penting banget untuk mengutamakan ilmu dari pada adab. Karena orang yang beradap baik dalam perkataan maupun perbuatannya pasti terlihat seperti orang yang berilmu. Tapi orang yang berilmu namun kurang adabnya maka akan terlihat seperti orang yang tidak beilmu.
Saya suka quote-nya yang terakhir, tapi agak sulit dipahami. Sampai baca 5x baru ngeh ðŸ¤
Emang iya sih saya sepakat banget ini. Membentuk adab baik itu lebih utama daripada mengajarkan ilmu. Karena ya itu tadi, berilmu tapi tak beradab, jadinya biadab. Egosentris karena ingin menunjukkan dirinya lebih berilmu daripada orang lain.
Pathetic bukan?
Somehow saya nyaman banget baca kalimat mbak Amma… Betul sekali ilmu tanpa adab, bagai api tanpa kayu bakar. Bahasa Taiwannya meifanpa, tak berguna. Next bagaimana caranya mengajarkan adab yang baik buat anak-anak yaa mbak Amma, ini PR sekali buat saya…
Tapi mbak, terlambat itu bagi orang indonesia sudah jadi budaya yang mendarah daging. Buktinya nih di era zoom kayak sekarang aja, di mana gak perlu jalan ke tempat meeting tinggal pencet doang masih sering telat. Hehee
Tapi mbak, terlambat itu bagi orang indonesia sudah jadi budaya yang mendarah daging. Buktinya nih di era zoom kayak sekarang aja, di mana gak perlu jalan ke tempat meeting tinggal pencet doang masih sering telat. Hehee…
Suka banget dengan contohnya ‘terlambat’. Contoh sederhana adalah banyak blogger yang betah dan merasa nyaman dirinya berada di list utang grup support, saya kadang heran, kok orang senang banget terbiasa terlambat. Hehe. Padahal dengan manajemen waktu yang biasa, saya sepakat semua itu bisa diminimalkan. Sesederhana itu terkadang.
Memang harus saliing dijaga untuk bisa saling melengkai satu sama lainnya, dan tidak bisa dipisahkan antara ilmu dan adab ini.. Karena mereka pasti akan selalu mengisi setiap ruang kosong yang diciptakan, entah itu baik atau buruk
Berilmu tanpa adab akan membuat seseorang menjadi sombong yaa, Mba. Padahal sejatinya, orang itu semakin berilmu semakin merendah seperti padi yang semakin berisi semakin merunduk
setuju banget nih memang adab itu lebih penting daripada ilmu. kadang suka gimana gitu kalau lihat ada orang pintar tapi adabnya jelek banget entah itu ke orang yang lebih tua atau ke sesama rekan kerja atau temannya