“Bu, sepertinya saya harus cuti kuliah.”
“Lo, kan selangkah lagi? Penelitianmu sudah jalan toh itu.”
“Iya, Bu. Bapak sakit dan sepertinya saya kesulitan untuk minta biaya kuliah. Selama ini saya patungan sama bapak.”
“Hmm, teruskan saja. Kita cari solusinya.”
***
Kurang lebih seperti itu percakapan saya dengan dosen pembimbing. Beliau terlalu bijak dan berusaha membantu saya dalam menyelesaikan studi magister yang tinggal selangkah lagi. Kepentok uang SPP satu semester dan biaya persiapan sidang membuat saya ragu karena melihat kondisi bapak waktu itu sedang sakit keras dan butuh biaya.
Selang beberapa waktu saya pun kemudian bertemu dengan orang yang menjadi pengajar awal di dunia blog. Melihat saya senang menulis di buku diary dan juga notes fesbuk waktu itu, dia menyarankan agar dituangkan di blog. Awalnya tidak mengajari saya struktur artikel yang sudah SEO seperti yang dihebohkan mayoritas blogger.
“Menulis saja. Ngalir apa adanya.”
Lalu pelan-pelan memperkenalkan saya dengan sebuah agensi bloger. Di sinilah kemudian saya mulai mengetahui bahwa tulisan bisa dihargai.
1 Artikel Dihargai 1 Juta
Surprise!
Ya, ini kejutan banget buat saya yang waktu itu masih sangat baru memahami bahwa menulis di blog bisa dihargai seperti itu. Menulis artikel dengan tema tertentu dan kaidah penulisan yang semuanya dituangkan dalam brief pun pelan-pelan saya ikuti. Ya, meskipun sekarang agensi blog ini pun sudah tidak ada lagi, tetapi kebaikan orang-orang yang pernah ada di dalamnya pun tidak akan hilang begitu saja.
Saya bersyukur sekali bisa kenal mereka. Kenal dari orang komunitas yang ada di kampung halaman, saya pun kemudian belajar pelan-pelan tentang SEO. Ya, satu hal dalam dunia blogging yang sampai saat ini pun masih terus menjadi bagian penting yang tidak boleh terlewatkan. Berbagai workshop pun saya ikuti. Dengan harapan cuan untuk masa depan karena tulisan.
Meskipun pada akhirnya di-julid-in karena nulis di blog katanya kaku karena semata-mata mencari uang saja. Niat berbaginya jadi hilang. Hmm, terserah ya orang mau bilang apa. Mereka punya mulut untuk digunakan. Salah atau benar yang diucapkan tak perlu risau. Toh, bakalan ketahuan di hari paling akhir kelak.
Liputan Event bareng Suami
Ini juga punya kisah tak terlupakan. Punya pasangan yang juga seorang blogger bisa menjadi jalan penghasilan double. Ya, waktu itu kami sama-sama mendapat undangan untuk meliput sebuah event pameran otomotif. Job desk kami berbeda dan tentunya demikian pula dengan nominal pendapatan. Namun, sebagai istri pastinya akan mendapatkan semuanya, bukan? Haha.
Penghasilan Selalu Ada sebagai Mommy Blogger
Nah, menjadi mommy blogger seperti Mba Wiwid Wadmira pernah katakan memang penuh lika-liku. Namun, bagi saya mendapatkan sesuatu dari blog dengan status ibu memang tidak melulu soal uang. Produk gratis dengan harga ratusan ribu itu sudah sangat wah bagi saya meskipun ada saja yang masih mengeluh.
Diberi karunia bisa punya anak dan menjadi salah satu media untuk mendapatkan penghasilan bukan hal buruk, bukan? Selama anak juga enjoy menjalani dan tidak merasa terpaksa yaa ayo aja. Hanya saja memang telinga harus sedikit tebal karena pasti ada saja mulut yang tidak terkontrol dan biasanya orang seperti akan diam ketika diberi kesempatan yang sama.
Menunggu Lama, Ibarat Nabung
Ya, seperti itulah karena terkadang pekerjaan menulis di blog tidak langsung dibayarkan seketika setelah selesai dikerjakan. Ada yang butuh waktu sesuai yang tertera pada perjanjian kerja sama ada juga tanpa perjanjian tapi juga harus menunggu lama. Belum lagi kalau psikis sudah ditekan dengan kalimat yang meminta sabar tetapi sebenarnya mengintimidasi. Namun, saya menjadikannya sebagai tabungan. Ya, dibayar lama, anggap saja seperti menabung.
Ah, bagaimana pun suka duka mendapatkan penghasilan, saya bersyukur masih setia menulis di blog. Jumpalitan membuat blog tetap tumbuh meskipun belakangan ini disibukkan oleh performa blog agak menurun karena algoritma yang sedang update.
***
Well, dengan cara apapun menghasilkan uang dari blog, sebisa mungkin diperoleh dengan jalan jujur. Hal ini karena aku kembalikan bahwa dengan uang yang kita terima dan membeli makanan untuk keluarga, bisa dibayangkan kalau diperoleh
5 Responses
Kisah yang inspiratif!
mba Amma juga yang buka jalanku untuk dapat penghasilan dari blog.. Very big thanks for you.. aku ngga akan lupain itu. Semoga rejekinya terus lancar dan berkah dari blog ya mba.. Big hug !
Eh jalan apa ya Mbak?
Aku malah lupa
Beneran…
Masyaallah, bunda blogger satu ini luar biasa lho. Anak 2 masih kecil-kecil tapi selalu bisa meluangkan waktu ngurusin dalemannya blog dan SEO yang buat saya susah bingit. Blog yang awalnya hanya jadi tempat curhat, lalu dibantu teman dan suami mulai dimonetize itu sungguh di luar expektasi. Jadi sekarang terseok-seok ikut belajar menjadi content creator yang baik seperti mbak Amma.
Semua orang punya prioritas, Mbak
Aku malah ga bisa bayangkan jika blog ini nggak kuurus
Maret 2020 ga bisa kulupa kalau akhirnya bisa makan karena blog ini aja
Betul, betul blog itu ibaratnya nabung. Mesti sabar kalo mau berpenghasilan lewat ngeblog ya mbak. 1 artikel dihargai 1 juta itu wow banget mba :))