Pelajaran Kimia dan Bahasa Inggris yang Tetap Lestari dalam Kehidupan Saya – Hari ini saya harus menjawab pertanyaan seputar mata pelajaran saat sekolah yang membekas sampai sekarang. Kalau menjawab ini lagi lagi saya harus mengusap air mata, karena ada hubungannya dengan dua orang guru panutan saya yang sudah tiada. Pertama adalah bapak saya sendiri (mengajarkan Bahasa Inggris) dan yang kedua adalah sahabat bapak sendiri sejak masih uda (mengajarkan Kimia).
Bahasa Inggris dan Amal Jariyah Bapak
Saya sangat ingat betul bagaimana Bapak gembleng saya agar menguasai Bahasa Inggris. Saya pernah tidak diberi makan malam karena tidak mampu mengubah satu kalimat ke beberapa pola tenses. Saat itu saya baru duduk di bangku SMP Kelas 1.
“Ih, jahat amat sih bapakmu. Kok tega sama anak sendiri kayak gitu.”
Saya pernah mendapat argumen di atas ketika tahu bagaimana kerasnya bapak mengajar saya supaya paham. Apakah saya menyesal? Big No. Justru dengan sekuat tenaga Bapak mengajarkan saya ilmu yang dipahaminya tersebut, saya bisa menikmatinya sampai sekarang.
Saya bisa ke Manila dan berinteraksi dengan penduduk di sana, saya bisa mendapat penghasilan karena beberapa tahun mengajar di bimbingan belajar dengan mata pelajaran Bahasa Inggris, ada yang melamar saya untuk mengajari anaknya kursus privat, bahkan jadi asisten dosen di bangku kuliah untuk kelas bilingual. Sederhana memang, but I feel so wonderful. Bahkan sekarang masih diajak terus bergabung di salah satu kursus Bahasa Inggris online, dimana saya mengajar via WhatsApp. Sesekali menulis Bahasa Inggris juga di blog.
Baca: Surabaya North Quay di Bulan Ramadhan
Dengan kondisi seperti ini, saya yakin dan percaya, Bapak mendapatkan pahala atas ilmunya. Ketika saya mengamalkannya pada hal positif, insya Allah pahala mengalir atas untuknya. Begitupun dari orang-orang yang pernah diajar oleh bapak semasa hidup. I wish he is happy over there…
Kimia dan Kehidupan Saya sebagai Full Mommy
Lalu, bagaimana dengan Kimia? Sama. Sahabat bapak ini, Pak Syahrir, kalau mengajari saya di rumah, pasti diselingi dengan canda tawa, sehingga belajar kimia tidak membosankan apalagi menakutkan. Soalnya banyak yang takut bersentuhan dengan Kimia karena takut akan bahan toksik dan meledak, haha. Padahal tidak semua lho bahan kimia yang seperti itu. That’s why in the first level of school, we learned about ion, compound and their characteristic, right?
Baca: Mengapa Kembang Api Berwarna-Warni?
Perlu diingat bahwa tubuh kita itu senyawa kimia semua lho. Air yang paling banyak dikandung dalam tubuh berasal dari rumus senyawa kimia H2O, bukan? Nama ilmiahnya hydrogen monoxide atau hidrogen monoksida. Lalu, kenapa fobia dengan kimia? Hehe…
Nah, sekarang saya mengamalkan ilmu kimia dengan melakukan percobaan sederhana dengan anak saya yang usianya 3,5 tahun. Seperti bermain slime, playdough, membuat balon udara sederhana, membuat es batu dan masih banyak lagi lainnya. Yaa semacam Montessori a la a la giru deh, hehe. Tetapi setidaknya si kecil paham bahwa emaknya dulu sekolah di kimia.
Tidak hanya itu, sesekali saya dapat japrian di WA dari orang-orang yang bertanya bagaimana mengerjakan soal-soal kimia yang menjadi PR. Namun, tidak semua saya berikan jawab plek plek karena menginginkan mereka berlatih sendiri. Saya sebatas mengarahkan langkah-langkahnya saja. Itu juga berlaku untuk keluarga saya yang kebetulan masih duduk di bangku SMA.
Dan ini juga jadi amal jariyah buat beliau yang sudah tiada. Ilmunya yang bermanfaat insya Allah akan jadi pemberat amalnya kelak.
***
Well… tulisan ini juga berharap menjadi reminder untuk saya agar selalu mendoakan orang-orang yang telah memahamkan ilmu apapun kepada saya. Kalau kalian sendiri, masih ingat pelajaran apa nih? Share yuk!
NB:
Nama “Rahmah Chemist” pun akhirnya saya dedikasikan karena alasan ini. Saya bisa menempuh pendidikan hingga S2 Kimia karena dorongan beliau. Bahkan jika kelak ada jalan, ingin saya lanjutkan ke S3 ^_^
3 Responses
Wah Salfa pasti senang sekali ya, diajak ikut percobaan. Faiz juga senang sekali dengan percobaan-percobaan dengan bahan Kimia. Beda dengan Fira yang lebih asyik berbahasa
Bahkan saya yang kadang lelah karena harus mengulang percobaan yang sama berkali-kali, hahaha
Waah luar biasa bgt ih, cara bapak mendidik keren.. Skrg baru merasakan manfaat dr didikan bapak, 🙂
Inspiratif bgt nih