Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kedua.
Berada di kota Surabaya, ada banyak hal yang menarik. Salah satu diantaranya adalah Monumen Kapal Selam atau sering disebut dengan Monkasel. Monumen bersejarah ini dibangun pada tanggal 27 Juni 1998 dan mulai beroperasi pada tanggal 15 Juli 1998. Monumen ini bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif wisata sejarah untuk anak-anak sekolah.
Lokasi Monumen Kapal Selam terletak di Jalan Pemuda wilayah Embong Kaliasin – Genteng, Surabaya, Jawa Timur. Bentuk kapal selam yang ditampilkan bukanlah kapal selam replika melainkan kapal selam asli milik Angkatan Laut Indonesia. Tepatnya kapal selam Pasopati 410 yang merupakan salah satu kapal selam terbesar di Asia.
Sebelum memasuki gerbang Monkasel sebenarnya kapal selam sudah nampak dari luar. Namun, sebenarnya bukan hanya bentuk kapal selamnya yang menarik para pengunjung. Banyak hal yang bisa ditemui di dalam monumen kapal selam. Sejumlah pernak-pernik angkatan laut yang menunjang aktivitas serta tugas para perwira angkatan laut saat itu.
Eits, sebelum masuk silakan membeli karcisnya dulu yah…! Murah, kok. Terakhir Februari 2013 lalu masih seharga Rp. 5.000,-/orang.
Masuk ke dalam Monkasel maka akan menelusuri tujuh ruangan dengan dua ruangan adalah ruang torpedo (ruang pertama dan ketujuh) sebagai tempat amunisi. Ruangan pertama kali yang ditemui adalah Ruang Torpedo. Di ruang ini terdapat empat tabung besar. Ruang kedua terdapat tempat untuk Komandan, ruang makan dan ruang kerja. Suasana ruangan ini sangat sempit dan bergerak seperlunya saja. Ketiga merupakan ruangan pusat komando dan komunikasi. Di dalam ruangan ini terdapat cerobong sebagai alat untuk mengamati kondisi di atas permukaan laut.
Untung saja postur tubuh saya sedikit lebih rendah sehingga menelusuri ruangan tidak perlu membungkuk, kecuali jika berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain melalui satu lubang. Tidak mungkin jika tidak membungkuk.
Selanjutnyan, masuk ke ruang empat. Ruangan ini merupakan ruang untuk awak kapal. Terdapat deretan matras yang menggantung di sisi kanan dari arah pintu masuk. Ada dapur sangat sederhana beserta kamar mandi yang sempit. Bahkan menurut saya tidak masuk akal tetapi memang nyatanya demikian. Berjalan lagi, maka masuk ke ruangan kelima. Di dalam ruangan ini terdapat banyak mesin pengendali. Sama juga dengan ruang keenam. Nahkoda kapal selam sering ditemukan di dalam ruangan ini karena mengontrol laju dan arah kapal selam tentunya.
Perjalanan di dalam monumen kapal selam kemudian berakhir di ruang ketujuh. Desainnya hampir sama dengan ruang pertama tetapi sedikit lebih sempit. Di dalam ruangan ini juga terdapat tabung-tabung yang dahulu dijadikan sebagai tempat amunisi diletakkan.
Hanya itu? Tenang. Di sekitar area monkasel ini dibangun kolam renang. Tentu anak-anak selain belajar, bisa melepaskan penat dengan bermain dan berenang di dalam kolam renang. Hmmm… masih kurang? Di samping kolam renang juga ada Vidio Rama. Di dalam gedung Vidio Rama diputarkan film dokumenter tentang sejarah kapal selam di Indonesia. Film tersebut tentunya ada jadwal. Film diputar setiap 4 jam sekali. Sebaiknya berada di depan gedung satu jam atau setengah jam sebelum mulai agar kebagian tempat.
Satu jam bisa digunakan untuk menikmati keindahan di depan Vidio Rama yaitu sepanjang sungai Kalimas. Atau jika sudah bosan dengan pemandangan sungai, bisa ke kafe yang terletak pas di samping vidio rama. Di kafe diberikan hiburan berupa lantunan lagu yang dibawakan oleh biduanita dari kota Surabaya. Menurut pemilik kios, kafe sangat ramai di akhir pekan.
Menarik, bukan?! Kalau ke Surabaya, jangan lupa ke Monumen Kapal Selam, yah. Selami sejarahnya, nikmati suasannya.
NB:
Berikut gallery foto-foto yang sempat terekam kamera:
5 Responses
Selamat jalan-jalan di Kota Pahlawan ya, Dibagian belakang ada patung buaya dan ikan hiu Mbak, Bagus lho
@eddypras,
makasih Om 🙂
tawwa…, darimi menyelam…,. yang mana suamita kah?. yang mirip Andy Lau kah?, 🙂
@Haerul,
ayo ditebak, hehehehe 😀
Terima kasih, artikel yang menarik~